Marriage Journey - Bab 200 Perhatian Hendi

Kondisi penyakit Sifa sebenarnya tidak terlalu baik, namun dia tahu Sifa cukup yakin dengan anak dalam kandungannya ini!

Bahkan sampai disaat yang begitu menentukan seperti ini, membiarkan Sifa kehilangan anak ini sekali lagi, itu merupakan hal yang tidak mungkin dan semua hal hanya bisa dibiarkan berkembang, sama sekali tidak ada kemungkinan untuk berubah……

Dokter perlahan mengusap perut Sifa, karena akan melakukan USG maka diberikan cairan khusus, dokter mengangkat kembali alat USG tidak lama kemudian, melihat janin dalam kandungannya baik-baik saja, perasaan Sifa akhirnya perlahan menenang.

“Dokter, belakangan ini aku merasa gerakan janin dalam perut sedikit berbeda, sehingga merasa khawatir, melihat kondisi sekarang, akhirnya bisa merasa lebih tenang.”

Dokter mendengar apa yang Sifa katakan, juga ikut tersenyum disamping.

“Semua calon ibu pasti memiliki kekhawatiran seperti itu, apalagi sekarang sudah hampir tiba bulannya, gerakan yang lebih aktif merupakan hal yang sudah biasa ditemukan.”

Dokter perlahan menjelaskan semuanya pada Sifa, dia berusaha membuat Sifa merasa tenang.

Dan Sifa yang mendengarkan disamping hanya terus mengangguk.

Setelah dokter memeriksa Sifa, Hendi mengantar dokter keluar dari studio gambarnya dan disaat ini, dia duduk seorang diri di studio gambarnya, mengusap lembut perutnya, dia bisa merasakan keberadaan anak dalam perutnya dengan jelas, anak yang tidak berhenti bergulat dalam perutnya.

Sifa bisa merasakan, anak ini memiliki ikatan yang cukup kuat dengannya.

Dalam hati dia berdoa, nyawa kecil ini harus baik-baik saja, harus lahir dengan selamat dari dalam dirinya.

Nyawa kecil ini merupakan segalanya bagi dirinya. Dia merasa anak ini merupakan berkah Tuhan untuknya, mungkin juga penghiburan, membuatnya bisa merasakan setiap reling nafas Decky dalam diri anak ini.

Setelah Hendi mengantar dokter keluar dari studio gambarnya, dia melihat Sifa dari kejauhan, membuat hatinya merasakan sesuatu yang sulit diucapkan.

Dia tahu Sifa saat ini mungkin sedang teringat dengan pria yang dulu selalu membuatnya sedih dan menyiksanya.

Namun meskipun demikian, Hendi juga tidak ingin mendekati Sifa dan membicarakan tentang pria itu.

Hendi perlahan berjalan kehadapan Sifa dan memapahnya.

“Kondisimu sekarang harus lebih memperhatikan tubuhmu, jangan duduk melukis terlalu lama, kalau tidak akan tidak baik untuk anakmu.”

Hendi mengingatkan Sifa perlahan dari samping, dia juga tahu Hendi, ini semua demi kebaikannya, dia juga tahu jelas kondisi tubuhnya.

Dia juga tahu kalau Hendi pasti sedang mengkhawatirkan dirinya sekarang, bagaimanapun dirinya sudah mendekati masa bersalin, kondisi apapun bisa terjadi sekarang.

Dia mengangguk, lalu berkata pada Hendi “Uhm, aku mengerti, kamu tenanglah, demi anak ini, aku pasti akan berusaha menahan diri, mengurangi waktu melukisku.”

Hendi yang mendengar Sifa sangat menuruti apa yang dia katakan, dalam hatinya ada sebuah perasaan yang juga sulit digambarkan.

Dia tahu segala sesuatu mengenai anak ini, Sifa pasti akan berubah demi dirinya. Asalkan anak dalam perutnya baik-baik saja, dia akan bersedia melakukan perubahan apapun.

Setelah Hendi selesai mengurus Sifa, dia mengambilkan obatnya yang berada diatas meja yang terletak tidak jauh, obat ini wajib dikonsumsi oleh Sifa sejak datang ke Amerika Serikat.

Ini merupakan obat yang bisa membantu Sifa memperpanjang umurnya, bahkan bisa dikatakan, asalkan Sifa bisa melahirkan anak ini dengan lancar, tidak perduli berapa banyak obat yang harus dia minum, dia akan melakukannya dengan sukarela.

Hanya obat ini yang bisa menahan sel kanker dalam tubuhnya tidak terus menyebar, meskipun obat ini masih bisa memberikan efek terhadap kondisinya, namun tidak tahu kelak bagaimana.

Karena banyak obat yang sangat manjur untuk Sifa diawal, namun setelah mengkonsumsi beberapa saat, efeknya akan berkurang.

Seiring kondisi Sifa yang sudah berbeda dengan sebelumnya, bagaimanapun sekarang ada bayi dalam perut Sifa, ada banyak jenis obat yang tidak bisa Sifa konsumsi.

Hendi perlahan memberikan obat ke tangan Sifa. Dia menerima obat dari Hendi.

“Setiap hari makan ini semua, pil dengan beraneka warna, entah kapan baru bisa bebas dari benda ini, rasanya sungguh muak dengan semua ini.”

Sifa berkata sambil tersenyum pada Hendi.

Namun dia tetap seperti biasanya, tetap memasukkan semua pil itu ke dalam mulut, menenggak air dan menelannya dengan cepat.

Hendi yang melihat dari samping tidak kuasa menahan senyuman.

“Aku tahu kamu juga tidak menolak apalagi membencinya, jadi anggap saja sedang makan permen!”

Meskipun Hendi tahu ucapan Sifa ini cukup lucu dan membuat yang mendengar biasa saja, namun dia tetap tidak ingin Sifa merasa terbeban.

Dia tahu apa arti obat ini bagi Sifa, namun ini satu-satunya benda yang bisa mempertahankan hidupnya, kalau tidak mengkonsumsi obat ini lagi, entah kondisi apa yang menanti Sifa nantinya.

Mungkin juga bisa membahayakan janin yang ada dalam kandungan Sifa, sebenarnya dalam hati Sifa juga sangat jelas, dia tahu kenapa dirinya harus terus mengkonsumsi obat untuk penahan sel kankernya, tujuannya agar dirinya bisa melahirkan anak dalam kandungannya dengan selamat.

Kalau bukan demi anak ini, Sifa mungkin tidak akan bisa bertahan sampai saat ini, bagaimanapun bagi pasien kanker stadium akhir, sisa nyawa yang mereka punya masih ada berapa lama lagi, itu merupakan hal yang tidak bisa diprediksi oleh siapapun.

Dan Sifa juga tahu dirinya sudah hidup beberapa bulan lebih lama dari prediksi yang dulu, mengingat itu, Sifa merasa cukup terhibur.

Meskipun ini tidak bisa dia katakan pada Hendi, karena dia tahu begitu ucapan ini dilontarkan, Hendi pasti akan merasa sangat sedih, karena dia adalah orang yang sering khawatir, terutama dengan kondisi kesehatannya.

Meskipun penyakit ini sudah bukan apa-apa baginya, namun Hendi merupakan teman yang tumbuh dewasa dengannya, sedikit banyak dia bisa merasakan tekanan dalam hati Hendi.

Sehingga Sifa selalu memasang wajah ceria dihadapan semua orang, agar tidak membuat orang disekitarnya hidup dengan sedih karena kondisi kesehatannya.

“Oh iya, aku mendengar pameran lukis yang kamu adakan di dalam negeri lumayan, ada banyak galeri dan juga pameran yang mulai menghubungi kita!”

Hendi menceritakan kondisi pameran lukis yang ada di dalam negeri kepada Sifa sambil tersenyum, dia mendengar Hendi menceritakan ini, dalam hati juga merasakan kebanggaan terhadap dirinya.

Mungkin ini merupakan hal benar yang dia lakukan, akhirnya dia bisa menunjukkan hal yang ia sukai.

Bahkan membuat orang yang melihat lukisannya juga ikut merasa suka.

“Mendengarmu berkata demikian, membuatku semakin bersemangat melukis, meskipun sudah bulan tua, tidak mungkin duduk lama diatas kursi, namun sesekali menggambar sedikit, masih bisa membuat hati sedikit lebih rileks!”

Hendi mendengar Sifa yang berkata demikian padanya, dia sadar kalau melukis merupakan sebuah hiburan dalam hidupnya.

Tentu saja, mengenai pendapatan yang didapatkan dari pameran ini, bagi Sifa merupakan penghasilan yang cukup menjanjikan bagi Sifa.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu