Marriage Journey - Bab 25 Keadaan Darurat
Meskipun di dalam hati Sifa tahu siapa orang yang berada di ruang inap ini, namun tetap saja dia tidak tahan untuk berjalan ke arah sana.
Dia sangat ingin bertanya pada Yuli, sahabatnya, kenapa dia menjebak dirinya sendiri, jelas-jelas bukan dirinya yang melakukannya, kenapa?
Air mata Sifa memenuhi seluruh rongga mata, dan penglihatannya secara bertahap menjadi kabur. Hendi dengan tak berdaya berjalan di belakang Sifa, dan hal yang paling tidak dia inginkan akhirnya pun terjadi.
Laras juga melihat Sifa yang berjalan terpincang-pincang menuju pintu, dia merasa heran, bagaimana mungkin Sifa bisa ada di sini.
Sifa melalui celah pintu yang terbuka, melihat Decky sedang berbicara sambil tersenyum pada Yuli seolah-olah Yuli sudah sadar kembali.
Pemandagan seperti ini menusuk mata Sifa dan juga menyakiti hatinya. Dia telah banyak sekali membayangkan wajah Decky yang tersenyum dan lembut, dan pada saat ini akhirnya melihatnya, tetapi ini bukan untuknya.
Mengingat selama tiga tahun di malam hari air matanya seorang diri mengalir tak terhitung jumlahnya, setiap malam mengharapkan pria yang pada dasarnya adalah suaminya memberikan dirinya sedikit kelembutan di antara sepasang suami istri, bahkan jika itu hanya sebuah sikap yang baik.
Tapi dia seperti batu yang tidak bisa merasakan apapun. Selama tiga tahun, dia menyiksa dirinya sendiri berulang kali, dan kebenciannya terhadap diri sendiri hari demi hari semakin dalam.
Selama Sifa memikirkan hal ini, rasanya seperti lehernya dicekik oleh seseorang, tidak bisa bernapas. Dia mencengkeram dadanya dengan keras dan bernapas berat.
Hendi bergegas maju dan memeluk Sifa, wajahnya yang gugup; "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, aku bawa kamu turun dan bersantai."
Laras yang melihat Sifa seperti ini, dan tanpa sadar mendekati Sifa. Dia peduli dan ingin mengatakan apa yang ada dipikirannya tetapi sulit untuk mengatakannya.
Di mata Laras, Sifa selalu menjadi wanita yang kuat, dan dia jarang melihat Sifa kehilangan kendali dirinya sendiri seperti ini.
Sifa menutup mulutnya dan mencegahnya untuk menangis, tetapi air matanya tidak berhenti dan mengalir turun di pipinya.
Dia jelas-jelas sudah tahu apa akhirnya, tetapi dia masih ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi, mematikan pemikirannya sendiri.
Decky terganggu dengan suara di luar, mengerutkan kening dan berjalan ke arah luar, melihat Laras dan Hendi dengan ekspresi cemas mengelilingi Sifa yang sedang menangis.
Wanita itu terlihat sangat buruk, dan suasana hati Decky sedikit berubah, tetapi ketika dia melihat Hendi yang berdiri di sebelah Sifa, ekspresi Decky berubah kembali.
Dia melangkah maju dan menatap Sifa dengan wajah marah, dan berkata: "Apakah kamu di sini untuk menangis, belum sampai pada waktunya kamu mati, kamu di sini berpura-pura apa?"
Laras berbalik, dan dia tidak tahu sejak kapan Decky keluar.
Kata-kata Decky membuat Sifa dingin dari atas sampai kaki. Ya, dimatanya dirinya adalah orang yang berdosa dan tidak bisa dimaafkan, apa yang sebenarnya diharapkannya.
Mata Sifa bersinar dengan air mata, dan dia tiba-tiba tertawa, wajahnya ditutupi dengan kepahitan: "Ya, apa yang bisa aku tangisi, kamu sangat menantikan aku mati."
Decky mengerutkan kening dan senyum Sifa membuatnya sangat marah, bukankah wanita ini biasanya tidak patuh tunduk pada penindasan?
Dia melangkah maju dengan wajah yang penuh kemarahan: "Aku beritahu kamu, jika kamu ada penyakit aku bisa memberimu uang untuk menyembuhkannya, jangan membuatku gila di sini!"
Laras dengan cepat berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada Decky : "Kamu cepatlah masuk dan jaga dia, dia tidak bisa ditinggalkan."
Decky sedikit ragu, matanya menatap Sifa, dan berbalik berjalan menuju ruang inap.
Sifa tersenyum pahit di wajahnya, dan air mata mengering di wajahnya, melibatkan sedikit perasaan sakit.
Sifa menundukkan kepala, rasa sakit selama bertahun-tahun yang dirasakannya sendiri, membuat air mata Sifa mengalir di pipinya.
Hendi dengan marah dan benci memandang Decky yang berjalan pergi. Pria seperti ini, apa yang membuat dia layak sehingga Sifa enggan meninggalkannya.
Hendi menunduk menatap Sifa dan berkata dengan lembut, "Sifa, aku sudah mengatakan itu bukan solusi yang ingin kamu lihat. Aku bawa kamu turun."
Sifa menunduk dan mengangguk setelah beberapa saat, tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
Laras sedikit tidak bisa berkata-kata, dan hal yang paling tidak bisa dilakukannya adalah menghibur orang, tetapi melihat Sifa seperti ini, tetapi anehnya dia masih ingin melangkah maju dan menghiburnya.
Laras memandang Sifa sebentar dan berkata, "Semuanya akan berlalu."
Setelah Larasselesai berbicara, telinganya langsung memerah, dan jelas-jelas dia bisa menghibur dirinya lebih baik, tetapi dia hanya bisa mengatakan kalimat seperti itu dari mulutnya.
Sifa mengangkat kepalanya, rongga matanya sedikit merah, dan dia tersenyum pahit pada Laras, berterima kasih padanya, dan ingin turun bersama Hendi.
Laras mengangguk dan dengan sopan membalas Sifa sambil tersenyum, berpikir bahwa masalah ini selesai seperti ini.
Tetapi pada saat ini, Decky yang baru saja masuk, tiba-tiba berteriak keras, "Mana dokter, dokter, cepat panggil dokter, Yuli kamu jangan menakutiku..."
Laras bergegas lari menuju ruang inap, dan ikut juga memanggil dokter dengan keras. Sifa sedikit linglung, tetapi dia dengan cepat bereaksi kembali.
Dengan ekspresi terkejut, dia bergegas menuju ruang inap. Hendi sebagai petugas medis yang menyelamatkan nyawa orang yang terancam dan merawat orang yang terluka. Melihat adegan seperti ini terjadi pasti langsung dengan cepat datang.
Sifa tidak berani masuk. Dia hanya bisa berdiri di pintu dan tampak cemas, dan tak lama kemudian banyak dokter dan perawat datang satu demi satu.
Laras dan Decky dengan cepat menyuruh menunggu di luar pintu, Sifa menatap pintu dengan penuh perhatian, wajahnya penuh kekhawatiran.
Decky terus berjalan bolak-balik di luar pintu dengan cemas dan melihat ekspresi Sifa yang cemas seperti itu, dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya dan langsung menarik rambut Sifa.
Dengan keras mencacinya: "Apakah kamu begitu ingin melihat Yuli mati, kamu sangat kejam, dasar kamu wanita sialan !!"
Sifa menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. Ini bukan yang ingin dilihatnya, dia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan Decky. Dia tidak menyangka bisa terjadi situasi seperti ini.
Wajah Decky yang ganas, membuat orang yang melihatnya ketakutan, Sifa meringkuk seperti anak anjing dan mulai gemetar ketakutan.
Laras berdiri di samping dan melihat semua yang terjadi di depannya, ini jelas-jelas bukan kesalahannya, tetapi Decky menyalahkan semuanya pada wanita itu, dan Laras berbalik untuk tidak melihat lebih jauh. Hal seperti ini dia tidak bisa untuk ikut campur.
Suara alat di ruang inap terus membuat suara. Decky melihat ekspresi Sifa yang tidak merasa bersalah, berteriak memarahinya dan mengguncang Sifa dengan kuat, menutupi wajahnya dan berjongkok.
Sifa dengan sempoyongan membantunya kursi, dan masih ada ekspresi ketakutan di wajahnya. Dia berjalan ke sudut, kedua tangannya memeluk dirinya sendiri, air matanya mengalir, tetapi matanya masih menatap pintu yang tertutup.
Tidak tahu berapa lama setelah itu, Hendi dan sekelompok dokter akhirnya keluar dengan lelah, Decky dan Laras dengan cepat berdiri dan menghampiri Hendi.
Pernah mencintai, pernah membenci, hidup, mati, dan pada akhirnya aku bahkan tidak bisa membencinya... Mungkin ini adalah keputusasaan terbesar dalam cinta. Decky, jika ini yang kamu inginkan, maka aku akan memenuhinya. Baik itu sakit ataupun pahit, aku bersedia. Hanya karena, orang itu... Menunjukkan lebih banyak
Novel Terkait
Suami Misterius
LauraUntouchable Love
Devil BuddyMata Superman
BrickCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinPria Misteriusku
LylyDemanding Husband
MarshallMy Perfect Lady
AliciaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka