Marriage Journey - Bab 12 Hasil Terburuk
Hendi tidak mengatakannya sampai habis, dia tidak tega, tetapi sekarang situasinya sudah seperti ini, dan dia harus mengatakan yang sebenarnya.
Sifa menundukkan kepalanya. Sebenarnya dia sengaja menghindari topik pembicaraan itu, tetapi dtidak diduga, Hendi mengungkitnya kembali.
Sifa tahu bahwa masalah ini tidak bisa dihindari, Sifa menyentuh perutnya dan tersenyum ringan.
"Aku tahu, aku tahu hidupku tidak akan lama lagi, tetapi Hendi, apakah kamu tahu, di saat aku mengetahui diriku ini sakit, aku sudah tidak ingin melanjutkan hidupku lagi."
Sifa berhenti sejenak dan memandang Hendi : "Tetapi ketika aku tahu bahwa diriku hamil, aku merasa seperti memiliki harapan untuk hidupku yang akan segera berakhir ini. Aku tidak tahu, apakah kamu mengetahui perasaan ini..."
Hendi menatap gadis yang ada di depannya dan hatinya terasa seperti tergores pisau. Hendi tahu bagaimana kondisi Sifa.
Bisa jadi, sebelum Sifa melahirkan anak itu, dirinya sudah... Kemudian, dalam situasi yang sama, anak itu akan mengalami kematian janin.
Hendi tahu fakta ini sangat kejam, tetapi dia tetap harus memberi tahu Sifa. Wajah Sifa tidak berubah, dia dengan tenang mendengarkan perkataan Hendi.
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Hendi, Sifa menatap Hendi dengan tenang dan berkata: "Aku tahu, tapi aku masih tetap ingin bertahan, tidak peduli apapun itu, aku ingin berjuang, lagipula, ini semua tentang aku dan anakku."
Sifa menekan suaranya yang bergetar dengan paksa. Dia sebelumnya tidak takut dengan kematian, tetapi Tuhan memberinya harapan untuk hidup, dia ingin menggunakannya dengan baik, setidaknya, memberi kesempatan kepada anak itu.
Hendi terdiam untuk waktu yang lama dan akhirnya mengangguk: "Karena kamu telah mengatakannya seperti ini, aku akan tetap mendukung pilihanmu dan membantumu."
Sifa mengangguk dan tidak lagi berbicara, sekarang sudah larut malam, Sifa dan Hendi tidak tertidur, mereka berbaring di tempat tidur masing-masing dan memikirkan hal ini.
Dini hari, Sifa terbangun oleh suara ketukan pintu dari luar, Sifa tidak membawa barang apapun bahkan tidak membawa pakaian cadangan, dia hanya membawa tas kecil.
Karena Hendi mengetahui kondisi Sifa, jadi pagi-pagi sekali dia sudah keluar dan pergi membeli barang keperluan sehari-hari untuk Sifa.
Hendi berdiri di depan pintu kamar Sifa dan membawa banyak kantong, Sifa tiba-tiba terkejut, dan matanya yang terbuka sedikit seketika terbuka lebar.
Melihat Hendi berdiri di depan matanya, Sifa tidak berbicara, lalu Hendi berkata, "Ini, aku sudah membeli barang kebutuhanmu sehari-hari.
"Aku lihat kamu bahkan tidak membawa baju tidurmu, jadi aku membelikanmu beberapa set pakaian biasa, tidak tahu model seperti apa yang kamu suka. Pakailah untuk sementara."
Setelah Hendi selesai berbicara, Sifa tidak tahu harus bagaimana. Kemudian Sifa menatap Hendi dan berkata: "Terima kasih! Hendi "
Hendi tersenyum sambil meletakkan barangnya, kemudian bergegas keluar dan berkata kepadanya sambil berjalan: "Aku sudah menyiapkan sarapan, cepatlah makan, bayi di perutmu tidak bisa menahan lapar sepertimu."
Di akhir pembicaraan, Sifa mendengar suara pintu tertutup, Sifa menunduk dan tersenyum, kemudian dia segera berkemas, dan dengan patuh berjalan menuju ke ruang tamu.
Sifa tinggal di rumah Hendi, dia tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan Hendi, jadi yang bisa dia lakukan hanyalah membersihkan rumah Hendi dengan hati-hati.
Pada siang harinya, Hendi menelepon Sifa dan berkata bahwa dia harus bekerja lembur. Jadi kemungkinan dia tidak bisa kembali dan memasak untuk Sifa dan dia sudah memesakan makanan dari luar untuk Sifa.
Sifa duduk di sofa sambil mengelus perutnya dengan hati-hati, Meskipun anaknya masih kecil, Sifa tetap tidak bisa bersabar dan berbicara kepada anaknya.
"Nak, tahukah kamu bahwa ibu sangat mencintaimu, aku ingin memberimu semua yang terbaik di dunia ini, dan kemudian tinggal di sisimu dan melihatmu tumbuh dewasa, tapi..."
Sambil berbicara, Sifa tidak bisa menahan air matanya dan menangis, dan kemudian berhenti, karena Hendi pernah memberitahu Sifa bahwa suasana hatinya akan mempengaruhi bayi itu.
Sifa kemudian dengan cepat menenangkan suasana hatinya dan tidak banyak berpikir.
Decky kembali ke vila pada malam harinya. Dia mengira Sifa akan duduk di sofa dan menunggunya pulang seperti sebelumnya.
Tetapi saat Decky masuk ke dalam, yang terjadi bukanlah seperti yang dia bayangkan, ruang tamu sangat gelap dan tidak ada jejak siapa pun yang kembali.
Dengan perasaan kecewa, Decky berjalan ke arah dapur dan kamar, setelah melihat-lihat sepertinya tidak ada yang berubah.
Decky berjalan menuju ke kamarnya. Pada saat ini, wanita itu seharusnya berada di dalam rumah, tetapi saat ini, dia masih belum kembali. Kemana dia pergi?
Decky selalu bersikap posesif, dan tiba-tiba dia teringat dengan Hendi, wajahnya langsung berubah, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan.
"Selidiki Dokter yang berbicara denganku di rumah sakit hari ini, dan mintalah seseorang untuk mengikutinya, dan lihat apakah wanita itu pergi ke tempatnya."
Setelah Decky menutup telepon, aura tubuhnya sangat mengerikan, hal yang paling tidak dia sukai adalah pengkhianatan. Anak di perut Sifa belum tahu jelas milik siapa, dan sekarang dia tinggal di luar dan tidak kembali ke rumah.
Ini benar-benar melewati garis kesabaran Decky. Decky tidak mencintai Sifa, tetapi Sifa adalah istri Decky dan dia berhak untuk mengendalikannya.
Tak lama kemudian, Decky mengemudi mobil keluar dari villa ini. Decky jarang datang ke villa ini, karena Decky merasa jijik jika tinggal bersama dengan Sifa.
Setelah menyelesaikan pekerjaan di Rumah Sakit, Hendi sangat kelelahan dan kemudian kembali ke rumah. Hendi mengetuk untuk waktu yang lama tetapi tidak ada reaksi sama sekali.
Hendi tiba-tiba merasa ada yang tidak beres, dan dengan cepat dia mengambil kunci dan membuka pintu.
Ternyata benar, Sifa tergeletak di atas lantai, wajahnya pucat, Hendi bergegas memeluk Sifa dan dengan gugup, dia mengecek pernapasan Sifa.
Setelah mengkonfirmasi bahwa Sifa masih bernafas, dia segera menggendong Sifa masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah sakit.
Sifa terbangun di tengah malam. Setelah melihat Sifa bangun, Hendi segera berdiri dan bertanya, "Apakah ksmu merasa sedikit lebih baik? Apakah ada yang membuatmu tidak nyaman."
Sifa melihat sekelilingnya, dan bau obat yang menyengat di rumah sakit membuat Sifa mengerutkan kening.
Sifa tidak menjawab pertanyaan Hendi, dia menatap Hendi dan bertanya, "Apa yang terjadi, mengapa aku bisa berada di rumah sakit?" Wajah Sifa terlihat gelisah.
Hendi mendekatinya dan memegang tangan Sifa, berkata, "Tekanan darahmu terlalu rendah, kondisi kesehatanmu tidak begitu baik, dan anak itu membutuhkan lebih banyak nutrisi.
Jadi kamu pingsan, itu saja, tidak ada yang berbahaya." Hendi mencoba menenangkan Sifa.
Sifa merasa lega, air infus yang masuk ke dalam tangan Sifa membuat tubuhnya terasa dingin membeku, dan dia masih terasa sedikit pusing.
Setelah berbicara, dia kemudian beristirahat, asalkan anak itu baik-baik saja sudah cukup.
Raut wajah Hendi sedikit tidak enak dipandang, setelah melihat Sifa tidur lagi, barulah dia berjalan ke luar.
Hendi berjalan ke kantor dokter dan menatap teman lamanya yang ada di depannya dan bertanya, "Bagaimana dengan kondisinya? Katakan saja yang sebenarnya."
Sanib memijat matanya, sambil menatap Hendi dan berkata: "Kondisinya tidak terlalu baik. Aku rasa kamu sudah mengetahuinya. Kamu sebenarnya juga tahu bahwa dia tidak boleh memiliki anak saat ini. Dia bahkan tidak bisa menjamin kesehatannya sendiri."
Hendi mengangkat kepalanya dengan tidak berdaya, dan mengangguk: "Aku tahu, tapi ini adalah satu-satunya harapan dia untuk melanjutkan hidup."
Sanib melihat laporan inspeksi Sifa dan berkata dengan pasrah: "Kamu sebenarnya juga tahu. Kemungkinannya sangat kecil. Bisa jadi keduanya tidak bisa selamat. Ini adalah hasil terburuk."
Setelah terdiam sejenak, Hendi mengangguk, terduduk lemah di kursi, dia baru saja memahami perasaannya terhadap Sifa.
Tetapi mengapa semuanya menjadi seperti ini. Hendi tahu bahwa Sifa memiliki hubungan dengan pria itu, tetapi Hendi tidak bisa mengontrol dirinya dan masih ingin dekat dengan Sifa.
Meskipun Sifa hamil, tetapi dia tidak peduli dengan hidupnya yang akan segera berakhir.
Hendi teringat saat Sifa menangis dengan keras dan menunduk dengan lemah: "Jika aku bisa datang ke kehidupanmu lebih awal, akhir ceritanya mungkin berbeda..."
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniPria Misteriusku
LylyWahai Hati
JavAliusMenantu Hebat
Alwi GoThe Gravity between Us
Vella PinkyMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka