Marriage Journey - Bab 74 Jangan Bergerak!

Diska menganggukkan kepala, tersenyum lalu menyodorkan teh yang dia seduh, tatapan matanya penuh dengan harap.

Decky sedikit linglung, Diska yang saat ini sama persis dengan Yuli yang saat itu, di umur yang sama dengan senyuman yang sama.

Decky menyesap tehnya dan kepahitan yang tidak terlukiskan menyebar ke seluruh tubuhnya, Decky mengerutkan kening, meletakkan cangkirnya dan memuntahkan teh yang diminumnya ke lantai.

Diska terkejut, lalu segera membungkuk mengeluarkan tisu membantu Decky mengelapnya, Decky melambaikan tangannya dengan ekspresi jelek: “Keluar!”

Diska terkejut dengan tindakan Decky yang tiba-tiba, dia segera bangkit lalu berjalan keluar.

Decky mengerutkan kening, ternyata dirinya yang linglung, dia hanya terlihat sama, tapi yang lainnya tidak mirip sama sekali.

Tiba-tiba Decky mengingat wanita keras kepala itu, tidak tahu kemana dia pergi setelah meninggalkan perusahaan.

Jelas-jelas dirinya hanya ingin mengutus seorang asisten untuk Laras, meminta Sifa membimbingnya, tidak tahu apa yang salah dengan wanita itu sampai melampiaskan amarah padanya.

Decky kesal, dia tidak tahu harus kemana melampiaskan kekesalan hatinya.

Setelah Sifa meninggalkan perusahaan, dia mengirim pesan kepada Marsha memberitahunya sore ini dia menunggunya di depan perusahaan, ada hal yang ingin diberitahukan kepadanya.

Berjalan di jalan sendirian, tanpa tujuan, ada anak muda yang bersiul kepada Sifa.

Sifa tidak mempedulikannya, dia terus berjalan ke rumah sakit mencari Hendi, Ketika Hendi melihat wajah Sifa yang menyedihkan, dia sangat terkejut.

Hendi meninggalkan pekerjaannya, lalu menarik Sifa ke tempat sepi, menatap Sifa dan bertanya dengan hati-hati: “Ada apa Sifa, aku lihat dirimu seperti tidak enak badan?”

Sifa menatap mata Hendi, tiba-tiba meneteskan air mata, menundukkan kepalanya, menutup mulutnya dan mulai menangis.

Hendi terkejut melihat Sifa yang tiba-tiba seperti ini, dia hanya bisa memeluk Sifa, menepuk pundaknya dan menghiburnya.

“Ada apa, kenapa seperti anak kecil, lihat jelek tidak?”

Hendi sedikit tidak berdaya, tapi kasihan.

Setelah Sifa menenangkan emosinya, dia mengangkat kepalanya, berbisik: “Tidak apa-apa, aku hanya ingin mencari tempat pelampiasan.”

Hendi menganggukkan kepala, menyentuh rambut Sifa dan berhenti mengajukan lebih banyak pertanyaan.

Hendi menatap Sifa, hanya ada satu orang yang bisa membuat Sifa seperti ini dan orang itu adalah Decky.

Hendi tidak hanya iri kepada Decky, seorang pria yang sanggup membuat Sifa mencintainya sampai menusuk tulang. Tapi terkadang dirinya juga membenci Decky yang membuat kehidupan Sifa menjadi kacau, bahkan lebih buruk daripada ketika sebelum Sifa bertemu dengannya.

Hendi menatap Sifa dengan serius, banyak perkataan yang disembunyikan dalam hatinya, tapi tidak bisa diucapkan.

Saat ini Hendi sedang bekerja, dia tidak punya waktu luang untuk mengobrol dengan Sifa.

Sore hari, Sifa berdiri di depan pintu perusahaan menunggu Marsha.

Orang-orang di perusahaan melihat Sifa dengan tatapan sinis, Sifa tersenyum menundukkan kepala. Orang-orang berasumsi dirinya yang keluar dari perusahaan, karena kedatangan seorang asisten baru yang cantik. Di dalam perusahaan besar seperti ini, rumor ini pasti menyebar dengan cepat.

Marsha berjalan keluar dari kerumunan, melihat Sifa berdiri di depan pintu, lalu bergegas menghampirinya dengan cemas.

Dia menarik lengan Sifa: “Ada apa, aku tidak enak menanyakannya dari telepon, katanya kamu keluar, aku tidak percaya, tapi semuanya mengatakan begitu.”

Marsha menatap Sifa dengan khawatir, dia sangat ingin tahu jawabannya, lalu Sifa tersenyum santai, menatap Marsha tidak mengatakan apa pun.

Marsha terkejut menganga lebar, lalu berkata dengan sedikit menyesal: “Apa yang terjadi, tidak mungkin karena wanita itu, kan? Dia sampah, tahu tidak?”

Marsha menarik Sifa, berjalan ke arah terminal bus sambil mengumpat: “Kamu tahu tidak, begitu dia datang dia langsung menjalin hubungan baik dengan kami. Dia tidak bisa melakukan apa pun dengan baik dan hampir saja merusak printer kantor kami, tidak tahu wanita bodoh ini lulusan dari sekolah mana.”

Marsha mengumpat panjang lebar, tapi Sifa hanya tersenyum santai dan tidak mengatakan apa pun.

Marsha tahu Sifa sedang sedih, jadi pura-pura bodoh membuat Sifa tertawa.

Tentu saja Sifa tahu, dia pura-pura bersikap acuh tidak acuh dan tidak ingin memengaruhi suasana hati Marsha yang baik.

Setelah berpisah dengan Marsha, Sifa pulang ke vila, begitu pulang dia langsung mengurung diri di dalam kamar.

Sampai dia mendengar bibi Wu memanggil Decky, dia baru duduk di tempat tidur tidak bergerak.

Sifa belum makan seharian ini, tapi dia tidak merasa lapar, dia meringkuk di tempat tidur menutup matanya, tidak membiarkan dirinya berpikir terlalu banyak, malam yang menyedihkan dia lewati dengan sulit.

Tidak tahu kapan, Sifa yang sedang tertidur tiba-tiba mendengar suara di dalam kamarnya.

Sifa duduk dengan linglung, mencoba menyalakan lampu di samping tempat tidur.

Saat ini Decky mengulurkan tangannya memegang Sifa, Sifa terkejut ketakutan dan berteriak keras.

Dalam kepanikan, suara pelan Decky terdengar di telinga Sifa: “Ini aku, jangan bergerak!”

Pikiran Sifa tampak kosong, lalu segera menjadi tenang, membiarkan Decky berbaring di tempat tidurnya.

Sifa segera merasakan aura dingin di tubuh Decky dan tidak bisa menahan diri untuk tidak gemetar.

Tubuh Decky penuh dengan bau rokok dan alkohol, dia memeluk Sifa dalam dekapannya, wajahnya dekat dengan ujung hidung Sifa.

Sifa tidak berani bergerak, menutup hidungnya dan menatap wajah di depannya dengan mata lebar.

Sifa membuka mulutnya dan mengedipkan matanya: “Um itu, kamu salah masuk kamar?”

Decky mengulurkan tangannya menutup mulut Sifa, lalu perlahan-lahan berbisik di samping telinganya: “Tsst! Jangan ribut…”

Sifa bisa mencium bau rokok dan alkohol dari tangan Decky, dalam sekejap ruangan menjadi sunyi senyap sampai bisa mendengar nafas dan detak jantung satu sama lain.

Sifa menarik nafas panjang dan Decky mengerutkan kening, lalu panas dari telapak tangannya membuat dirinya sedikit panas.

Sifa berusaha menjaga postur tidak bergerak, kepribadian Decky tidak pasti dan Sifa terbiasa berhati-hati di sisinya.

Decky terus memeluk Sifa dalam dekapannya, dia merasa damai tanpa berbicara, untuk sesaat Sifa kehilangan minat untuk tidur, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Decky.

Sifa tiba-tiba menyadari dia tertidur sampai suara nafasnya terdengar jelas di sisinya.

Sifa berdiri, menyalakan lampu di samping tempat tidurnya, berbaring di tempat tidur dan menatap Decky di tempat tidur.

Pria ini masih sama seperti sebelumnya, dengan nafas sedingin es, menampakkan temperamen yang luar biasa dari seluruh tubuhnya.

Tapi ketika dia jatuh cinta padanya, dia menjadi lebih dewasa. Bahkan setelah sekian tahun, dia masih ingat saat dia melihat Decky, dia tersenyum tipis pada Yuli dan dirinya. Dalam kelembutan dan keanggunan itu, dia masih bisa merasakan tempremennya yang lembut dan elegan.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu