Marriage Journey - Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya

Decky malah tidak setuju dengan perkataannya, menatap Sifa dengan wajah tersenyum jahat dan berkata: “Kenapa, kamu takut kah?”

Sifa memalingkan wajah dan tidak ingin menghiraukan Decky.

Decky mengulurkan tangan dan membalikkan wajah Sifa, wajah yang penuh dengan senyuman jahat: “Kemana penampilanmu yang baru saja cemburu untukku? Uhm?”

Wajah Sifa seketika memerah, berjuang mengulurkan tangan untuk mendorong dada Decky.

“Apa maksudmu, kamu bajingan!” Sifa memarahinya dengan nada kecil.

Decky malah merasa Sifa sangat lucu saat ini, menundukkan kepala dan menutup bibir Sifa yang lembut, menghisapnya dengan dalam, lidah yang genit membuka gigi Sifa.

Sifa seketika membelalakkan mata dan menatap wajah Decky, mengulurkan tangan dan mendorong dada Decky dengan kuat.

Setelah Decky mencicipi aroma Sifa dalam waktu singkat, dia mengangkat kepala, matanya dipenuhi dengan permintaan, sejak kemarin setelah dirinya sendiri bercinta dengan Sifa, dia sudah lama tidak pernah hubungan intim dengan Sifa lagi.

Pipi Sifa menjadi merah, menundukkan kepala dan berkata dengan nada sedikit mencela: “Bagaimana jika dilihat oleh orang lain?”

Decky menundukkan kepala dan menatap Sifa, mengulurkan tangan dan memegang wajah Sifa, dia berkata dengan nada lembut: “Masalah hari itu memang salahku, tapi kamu juga tidak seharusnya mencari pria lain.”

Decky sama sekali tidak langsung menjawab pertanyaan Sifa, tapi mengalihkan topik pembicaraan dan membicarakan masalah yang lain.

Sifa menundukkan kepala dan tiba-tiba tidak berbicara, adegan sebelumnya Decky memarahinya tidak mempunyai hak untuk masuk ke dalam kamar itu masih tetap jernih di dalam pikiran.

Tidak peduli bagaimana Sifa ingin melupakannya, tapi malah tidak bisa melupakannya, adegan dimana mata Decky merah dan marah padanya.

Sifa seketika tertegun di tempat asal dan tidak berbicara, Saras diam-diam ikut di belakang dan melihat seluruh adegan sekaligus, tangannya mengepal dengan erat, matanya seperti sebuah pedang yang tajam seketika ingin membunuh Sifa.

Demi apa pria yang disukai olehnya selama bertahun-tahun bisa ingin berjuang untuk mendekati seorang wanita seperti ini dan berhubungan intim dengannya, Sifa terlihat sangat sederhana, bahkan tidak sebagus Saras, Sifa juga merupakan pelaku yang membuat Yuli masih terbaring di ranjang rumah sakit.

Saras sama sekali tidak bergegas ke sana, tapi berdiri di samping dengan sabar.

“Ada apa, apakah kamu tidak ingin melakukan sesuatu saat melihat adegan seperti ini, atau melihat kebahagian mereka?”

Ariana berdiri di belakang Saras dengan penampilan tidak mau kalah, Ariana berkata dengan makna yang dalam.

“Kenapa kamu datang ke sini?” Saras tidak menyangka bahwa Ariana juga ikut ke sini.

“Apakah kamu tahu, mereka dulu juga berdiri di depanku seperti ini, Sifa pernah membuatku malu secara pribadi, aku hanya ingin membuat Sifa gagal total saja, aku tahu aku tidak bisa mendapatkan Presdir Leng, jadi tujuanku sama persis denganmu, aku rasa kita harus berkerja sama jika ingin berhasil.”

Saras menatap Ariana dengan erat, seolah-olah perkataan Ariana tidak salah, jika menilai dari kata-kata dan perbuatan Ariana, dia memang mempunyai keluhan yang sangat besar tentang Sifa.

Tapi merebut Decky dengan Arina, Saras tetap sangat percaya diri, ini adalah kesempatan yang sangat bagus.

Saras dan Ariana masing-masing mempunyai perhitungan di dalam hati mereka, mereka berdua memiliki niat jahat.

Waktu pesta dimulai sudah tiba, Sifa dan Decky duduk, Laras juga datang ke pesta kali ini, kemudian diikuti Gustian dan Hendi di belakang.

Saat Sifa melihat Hendi, dia seketika sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa Hendi akan datang ke tempat seperti ini.

Gustian melangkah maju dengan wajah tersenyum jahat dan menyapa dengan Decky: “Apakah kamu tidak senang saat melihatku, kenapa memasang wajah muram?”

Decky menoleh dan berkata dengan acuh tak acuh: “Aku bukan tidak menyukaimu, tapi aku tidak terlalu suka dengan pelayan laki-laki yang terus ikut di belakangmu.”

Sifa yang duduk di sebalah Decky tersenyum polos ke arah Hendi.

Perkataan Decky seketika membuat beberapa orang sedikit malu.

“Abang, kenapa kamu ada di sini, bukankah kamu mengatakan kamu tidak ingin datang?” Saras bertanya sambil tersenyum ke arah Laras.

Gustian sedikit terkejut saat melihat Saras, dia menatap Laras dengan wajah tersenyum.

Laras memang tidak terlalu menyukai Saras, menarik tangannya sendiri dan berkata dengan memasang wajah muram: “Jangan bertemu dengan pria langsung berpegangan tangan, apakahAndri tidak mengajarimu?”

Setelah Laras selesai berkata, dia berbalik badan dan berkata sambil melihat Gustian: “Meski bermarga An, tapi sama sekali bukan keturunan dari Keluarga An, aku rasa semua orang yang ada di sini tahu.”

Seketika Saras kehilangan muka, Ariana yang berdiri di sebelah mendengar kabar ini, dengan samar-samar merasa masalahnya tidak sesederhana yang dibayangkan oleh dirinya sendiri.

Dia langsung melangkah maju dengan membawa sedikit senyuman dan berkata kepada Laras, “Direktur An, aku sudah lama tidak bertemu denganmu, benar-benar terlihat semakin ganteng.”

Ariana berpenampilan cantik dan mempunyai mulut manis, tapi Laras dan Gustian paling tidak membutuhkan orang seperti ini di samping mereka.

Hanya saja berbalik badan dan melihat Ariana, dia sama sekali tidak berbicara, beberapa orang mengobrol dengan sederhana.

Gustian melihat Laras dan berkata: “Kita sudah lama tidak berkumpul bersama, tidak menyangka bahwa pesta yang kecil bisa membuat kita berkumpul bersama.”

Laras mengangguk dengan membawa sedikit senyuman: “Iya, sudah sangat lama tidak berkumpul bersama”

Decky malah tidak banyak berbicara, hanya saja mengambil gelas aggur merah di atas meja dan menghabiskannya sekaligus.

Ariana melihat ke arah Sifa, Sifa mengenakan gaun panjang yang berwarna putih, seluruh orangnya duduk di sebelah dengan sangat tenang.

Ariana berdiri dan duduk, dengan sengaja menjatuhkan gelas anggur merah yang ada di sebelah Sifa, seketika membasahi gaun Sifa yang berwarna putih.

Sifa berteriak karena khawatir, semua anggur merah sudah membasahi tubuhnya, seketika semacam hawa dingin menyebar ke seluruh tubuhnya, mata Sifa menatap ke arah Ariana yang ketakutan. Wajah Ariana yang indah mengeluarkan ekspresi kaget, membungkukkan badan dan terus berkata: “Maaf, maaf Asisten Shen, aku bukan sengaja melakukannya, aku segera mengelapnya untukmu.”

Sifa berdiri, mengambil tisu di sebelahnya dan mulai mengelap, wajahnya penuh dengan eskpresi tidak senang, Sifa tahu bahwa Ariana sengaja melakukannya.

Hendi dengan khawatir berdiri dan ingin berjalan ke arah Sifa, tapi malah ditahan oleh Gustian yang ada di sebalahnya.

Laras juga menatap Sifa dengan ekspresi khawatir, Decky mengerutkan kening, tapi tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya.

“Begitu saja, aku mempunyai pakaian di dalam mobil, Asisten Shen mengikutiku berjalan keluar, aku akan segera menyuruh Asistenku mengantarnya untukmu, benar-benar sangat maaf, aku bukan sengaja melakukannya.”

Sifa seketika mengerutkan alis saat melihat gaun putihnya penuh dengan noda anggur merah, meski tahu bahwa Ariana sengaja melakukannya, tapi Sifa juga tidak bisa mengatakan apa-apa di depan banyak orang, dia hanya bisa mengikuti Ariana berjalan ke arah luar.

Ariana memanggil asistennya, menyerakan pakaian di tangannya kepada Sifa, membawa Sifa pergi ke ruang ganti.

Ariana berpenampilan seperti orang baik, saat menunggu ruangan hanya tersisa Sifa dan Ariana, sifat Ariana seketika terungkap.

“Sifa, kamu benar-benar mempunyai kemampuan yang hebat, kamu apa-apaan, beraninya berbicara seperti itu denganku?

Ariana berbalik badan dan berkata kepada Sifa.

Hanya Sifa dan Ariana yang berada di ruang ganti yang kosong.

Sifa tahu bahwa Ariana mempunyai motif jahat, sehingga baru bisa membasahi gaunnya dan membawanya keluar, Ariana hanya tidak bisa menerima penghinaan seperti itu.

“Kalau begitu, kamu mempunyai kemampuan hebat seperti apa, bagaimana kita bicarakan lagi setelah menunggu kamu berdiri di samping Decky?”

Sifa langsung berkata secara terus terang.

Ariana seketika menjadi marah, mengulukan tangan dan memegang tangan Sifa, dia berteriak dengan keras: “Kamu hanyalah mainan Decky dalam waktu sesaat, apakah kamu sudah lupa bagaimana Decky bermesraan di depanmu saat membawaku ke rumah? Hah?”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu