Marriage Journey - Bab 93 Hidup yang Didambakan
Sifa tanpa sadar menggenggam erat pegangan di langit-langit mobil, perasaan punggung menempel erat pada sandaran membuatnya merasa gugup.
Keterampilan Decky dalam menyetir sangat bagus, kecepatannya juga sangat tinggi. Tidak lama kemudian, Sifa dibawanya sampai di gerbang masuk suatu kompleks.
Dilihat dari gerbang luar, lingkungan dan keamanan kompleks ini sangat baik. Kompleks ini termasuk kompleks yang mewah. Rumah-rumah di dalamnya tentu tidak murah.
Decky mengemudi mobil masuk ke dalam kompleks. Satpam di gerbang menyapa Tuan Leng sambil tersenyum. Tampaknya ini merupakan tempat yang sering didatangi Decky.
Sifa memperhatikan segala hal tentang Decky.
Ini adalah hal paling berguna yang dipelajarinya setelah bersama dengan Decky segitu lama.
Belajar untuk memperhatikan setiap lingkungan baru yang dikunjungi, sehingga setidaknya dirinya tidak akan terluka terlalu serius.
Decky melajukan mobil masuk ke kompleks. Sifa melihat sekeliling. Setelah memasuki gerbang, terdapat sebuah kolam air mancur yang besar, bunga dan tanaman tampak begitu indah dan memabukkan.
Decky langsung membawa Sifa ke salah satu rumah, mengeluarkan kartu untuk membuka pintu.
Dia masuk dengan santai, menggantungkan tas tangan, lalu membungkuk untuk mengganti sepatu.
Sifa terbiasa jongkok di depan untuk membantunya mengganti sepatu.
Decky menunduk untuk menatap Sifa, bibir tipis agak cemberut.
Setelah memakai sandal, Decky berjalan masuk. Sedangkan Sifa masih berdiri di depan pintu dan tidak mengambil langkah.
Decky mengerutkan kening dan berbalik untuk melihat Sifa: "Masuk, apakah kamu berharap aku akan menggajimu karena telah berjaga di pintu?"
Sifa melepas sepatu dengan canggung dan meletakkannya di rak. Sepasang sandal wanita telah disiapkan di rak sepatu, sandal itu kebetulan seukuran dengan kaki Sifa.
Sifa masuk dengan hati-hati, mengamati sekeliling rumah.
Rumah ini tidak terlihat besar, tidak bisa dibandingkan dengan vila.
Tapi dekorasi dan desain rumah ini terlihat sangat bagus.
Seluruh gaya furnitur dan dekorasi cenderung lebih ke gaya kesederhanaan barat. Seluruh rumah terlihat megah, tapi tidak berlebihan.
Sofa terlihat empuk, kursi goyang ditempatkan di dekat jendela panjang. Seluruh tata ruang terlihat nyaman dan menghangatkan hati. Sifa benar-benar sangat menyukai rumah seperti ini.
Dia tersenyum ringan, ekspresi di matanya menunjukkan rasa sukanya terhadap rumah ini.
Decky mengamati ekspresi wanita ini. Wanita ini buruk dalam segala hal, tetapi memiliki penilaian yang bagus. Meskipun Decky belum bertanya, tapi ekspresi Sifa memberitahunya bahwa dia sangat menyukai rumah ini.
Decky duduk di sofa, mengeluarkan laptop dan mulai mengetik.
Sifa meletakkan tangan dan kakinya dengan canggung, tidak bergerak.
Dia menebak bahwa rumah ini mungkin adalah tempat tinggal Decky. Decky tidak suka tinggal di rumah orang lain. Tadinya dia juga melihat beberapa pasang sepatu Decky di rak sepatu.
Dia bisa memastikan bahwa ini pasti rumahnya, tempat yang sering dikunjunginya. Seluruh ruangan penuh dengan aromanya.
Meskipun dia juga ragu, mengapa Decky menyukai rumah yang begitu menghangatkan hati.
Sifa merasa suasana agak canggung. Dia tidak berani melihat Decky, berdiri diam dengan kepala menunduk.
Decky tidak bicara, dirinya juga tidak bergerak. Ini adalah pertama kalinya Decky membawa dirinya ke sini. Dia takut dia tidak sengaja masuk ke kamar Decky seperti apa yang pernah terjadi sebelumnya, kemudian dirinya dikurung Decky di dalam ruangan kecil yang gelap. Tidak peduli bagaimana dirinya meminta maaf dan menangis, semua usahanya tidak berguna.
Setiap kali Sifa memikirkan hal ini, salah satu bagian di hatinya seolah tergores.
Decky masih diam, Sifa ingin berbalik dan pergi.
Decky akhirnya berbicara: "Kenapa kamu berdiri di situ? Orang-orang yang tidak tahu bakal mengira aku menyiksamu. Aku lapar."
Setelah berbicara, Decky menundukkan kepala, merapatkan bibir, tidak terjadi perubahan ekspresi di wajahnya.
Sifa terbengong sesaat sebelum mengangguk dan berjalan menuju dapur.
Dapur terlihat jelas belum pernah disentuh. Decky jarang memasak sendiri.
Sifa membuka kulkas.Tidak ada banyak sayuran di kulkas, hanya ada mie. Dia mengeluarkan telur dan beberapa sayuran hijau, merebus air, memasak mie dengan cakap.
Ini bukan pertama kalinya dia memasak untuk Decky. Tapi sebelumnya Decky selalu menolak masakannya. Kali ini, dia merasa agak beruntung.
Sifa menaruh mie di nampan dan berjalan menuju meja dengan hati-hati.
Tadi Decky terus-menerus memandangi sosok Sifa yang sedang sibuk di dapur.
Untuk sesaat, dia benar-benar tenggelam dalam suasana ini. Ini seolah adalah rumah dia dan Sifa. Setelah pulang dari kerja, sama seperti orang lain, dia makan makanan yang dimasak oleh istri.
Sifa meletakkan mangkuk di tangannya. Dia tahu bahwa Decky tidak suka makan bersama orang lain.
Oleh karena itu, dia mengambil mangkuk mie miliknya dan berjalan menuju aula samping.
Decky sudah terbiasa dengan gaya hidup sekarang. Sejak Yuli terbaring di ranjang rumah sakit, dia tidak pernah hidup seperti ini dengan orang lain.
Sifa bersembunyi di aula samping, menjulurkan kepala dan menatap Decky dengan hati-hati.
Dia bukan sengaja tidak mau bicara. Setelah kejadian tadi malam, dia terlalu malu sehingga dia tidak berani berbicara. Terlebih lagi, jika dia mengatakan sesuatu yang salah, sesuai temperamen Decky, dia pastinya akan menderita lagi.
Decky melihat mie yang masih mengepulkan uap di atas meja, mengambil sumpit dan mulai makan.
Sifa diam-diam merasa senang, Decky jarang makan makanan yang dimasaknya.
Ketika Decky meletakkan mangkuk dan sumpit, Sifa bergegas seperti anak panah yang dilepaskan dari busur, mengambil piring di atas meja dan bergegas menuju dapur.
Decky agak heran, apakah wanita ini terus mengawasi setiap gerak-geriknya?
Sifa mencuci piring dengan cepat, lalu berjalan menuju ruang tamu.
Dia ingin duduk bersama Decky, tetapi tatapan tajam dari Decky tiba-tiba menyapunya. Ini membuat dia yang hampir duduk di sofa dengan perasaan senang langsung terbengong.
Dia menegakkan tubuh, berjalan ke sisi lain.
Decky tidak terbiasa memberikan penjelasan apapun kepada orang. Dia yang sekarang masih belum bisa berinteraksi dekat dengan Sifa, berinteraksi dekat seperti keluarga. Di dalam hatinya masih ada Yuli.
Decky memandangi sosok Sifa yang berjalan menuju sisi lain. Hatinya seolah terkumpul sesuatu yang ingin disampaikan, tapi semua itu tersangkut di tenggorokan dan tidak bisa dikatakannya.
Sifa memandangi struktur rumah ini. Rumah ini jauh lebih baik daripada vila yang ditinggalinya.
Kelihatannya hangat dan nyaman. Sebelum menikah dengan Decky, dia sering membayangkan dirinya bisa tinggal bersama Decky di rumah milik mereka berdua, melahirkan sepasang anak, menua bersama.
Tetapi hal-hal yang diharapkan sering tidak sesuai dengan kenyataan. Kenyataan memberi Sifa tamparan lantang, memaksanya untuk bangun dari mimpi.
Bagaimanapun ini bukan miliknya. Sifa tersenyum.
Decky berdiri dan ingin mengatakan sesuatu kepada Sifa. Namun, tidak peduli berapa banyak keberanian yang dia kerahkan, dia tetap tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang tersangkut di tenggorokannya.
Decky menunduk, akhirnya tidak mengatakan sepatah kata pun.
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriUntouchable Love
Devil BuddyPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeInnocent Kid
FellaMy Charming Wife
Diana AndrikaDiamond Lover
LenaLove at First Sight
Laura VanessaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka