Marriage Journey - Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak

Marsha kembali lagi ke perusahaan, dia berpindah dari posisinya yang semula menjadi bawahan Laras, mengurangi kesempatan untuk mendengarkan isu yang sedang beredar.

Hati Sifa selalu tidak fokus pada pekerjaan karena kejadian Marsha, tetapi Marsha sepertinya tidak terpengaruh oleh kejadian ini.

Seharusnya bekerja maka bekerja, seharusnya bersenang-senang maka bersenang-senang, kesehariannya masih sama seperti sebelumnya, tidak ada perubahan apapun.

Sifa dan Laras pergi mencarikan sebuah rumah yang tampak aman untuk ditinggali Marsha dalam sementara waktu.

Marsha mengangguk mengiyakan dengan senyum lebar di wajahnya.

Laras dan Sifa bertukar mata, sepertinya ada pikiran dalam hati masing-masing.

Ketika Decky pulang ke rumah, Sifa sudah tertidur, Keluarga Leng sangat peduli terhadap masalah pendanaan kali ini, juga sangat memandang berat pada kerja sama dengan Keluarga Jins.

Decky tertidur tanpa sadar setelah sibuk hingga larut malam, hingga mendengar suara napas yang berat di luar sana.

Decky mengernyit, siapa yang berada di luar di saat seperti ini? Dia berjalan ke sana dengan pelan dan membuka pintu.

Melihat sepertinya ada seorang yang menyusut di samping sofa di ruang tamu, Decky terkejut.

Decky bergegas turun ke lantai bawah dan membuka lampu, barulah dia melihat bahwa Sifa sedang berbaring di lantai sambil bernapas dengan berat, pakaian tidur yang Sifa kenakan telah dibasahi oleh keringat.

Decky kaget sekali, dia berjongkok dan memeluk Sifa, lalu bertanya dengan cemas “Sifa, kenapa denganmu?”

Sifa mendekap bagian lambungnya dengan erat dan menggigit bibirnya dengan erat, karena saking kuatnya, bibirnya pun mulai berdarah.

Decky tidak tahu harus berbuat apa, lalu dia berteriak memanggil Bibi Wu, tetapi Bibi Wu sudah mengambil hari libur dan pulang ke kampung halamannya, di dalam villa yang besar ini hanya ada dia dan Sifa yang sedang sekarat.

Sifa mengerang kecil karena sakit, seluruh badannya meringkuk dan dia mendekap bagian lambungnya dengan erat.

Gerakan Sifa membuat Decky salah paham, mengira Sifa sakit perut, Decky pun kaget dan pucat.

Belum pernah Decky bertemu dengan keadaan seperti ini, Decky yang biasanya tenang menjadi panik seketika.

Tangannya yang gemetaran mengesampingkan rambut di wajah Sifa, Decky berkata dengan gelisah sambil menatap Sifa “Tidak apa-apa, aku akan membawamu ke rumah sakit, bertahanlah Sifa….”

Decky memeluk Sifa bangkit dari lantai, lalu menyetir mobil melesat ke rumah sakit. Di sepanjang jalan, Sifa tak hentinya mengerang, wajahnya pucat seolah-olah akan pingsan pada detik berikutnya.

Decky melaju dengan kecepatan tinggi, dia melesat pergi tanpa menghiraukan lampu merah atau lampu hijau.

Decky sewaktu-waktu menoleh melihat Sifa di kursi sebelah, entah kenapa, dia tiba-tiba memiliki rasa takut yang kuat.

Apa yang sedang dia takutkan? Takut ada yang terjadi pada wanita ini, ataukah takut ada yang terjadi pada anaknya?

Setibanya di rumah sakit, Hendi melihat Sifa yang lemas, dia langsung maju dan membawa Sifa ke dalam ruang operasi bersama beberapa perawat.

Decky berdiri di depan pintu dengan penuh keringat di dahinya, karena terjadi dengan mendadak, dia mengenakan pakaian tidur dan hanya membawa ponsel saja.

Decky berdiri tak bergerak dengan linglung di depan pintu, telinga berdengung dan sepertinya dia belum menyadari dengan apa yang telah terjadi.

Laras bertanya dengan gelisah sambil menatap erat pada Decky “Ada apa, kenapa tiba-tiba seperti ini?”

Nada bicara Decky tetap dingin seperti biasanya, tetapi bercampur dengan sedikit rasa khawatir “Aku melihatnya berbaring di lantai sambil mendekap perut, apakah anaknya tidak berhasil selamat?”

Mendengar perkataan Decky, Laras langsung menyadarinya. Kelihatannya, kondisi Sifa semakin parah, tetapi kali ini tidak beruntung sekali dilihat oleh Decky, bagaimanakah menutupinya sekarang?

Laras menepuk pundak Decky dan berkata “Akan baik-baik saja.”

Setelah pemeriksaan, Hendi menyadari bahwa kondisi Sifa akhir-akhir ini telah memburuk dengan lebih cepat, sel kanker ganas yang awalnya masih termasuk stabil untuk sementara waktu, sekarang menyebar dan membelah diri dengan lebih cepat.

Melihat laporan hasil pemeriksaan di tangannya, Hendi mengernyit keras, Decky sedang menunggu di luar sana dan Sifa masih pingsan di atas kasur.

Hendi berjalan keluar dengan pelan, matanya tampak letih sekali.

Ketika melihat Hendi, mata Decky memancarkan sinar berbahaya.

Hendi mengetahui kemusuhan Decky kepadanya, tetapi dia tetap berjalan maju dengan pelan. Hal yang sebelumnya dia janjikan kepada Sifa, mungkin tidak dapat dia tepati lagi.

Hendi memegangi laporan hasil pemeriksaan sambil merenungkan sesuatu, tampak ragu-ragu.

Laras melihat kegoyahan Hendi, tidak menunggu Hendi berjalan kemari, dia langsung maju menghadang di depan Decky dan merebut laporan di tangan Hendi.

Laras berkata dengan penuh makna “Kelihatannya Dokter Shen memiliki pendapat terhadap Direktur Leng kami, tidak tahu apakah logis hasil pemeriksaan yang dilakukan?”

Hendi melamun, tangannya kosong dan dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menelan kembali perkataannya melihat ekspresi Laras.

Hendi tersenyum pahit “Tidak akan, aku adalah dokter yang profesional, seluruh pemeriksaan yang dilakukan juga adalah profesional.”

Decky mengerutkan bibir, dia bertanya dengan rasa dingin dan datar yang khas dia miliki “Bagaimana kondisinya?”

Laras berbalik badan dan memelototi Hendi dengan gusar, lalu berdiri ke belakang Decky.

Hendi mendorong kacamata di batang hidungnya “Semuanya baik, hanya kurang gizi, badannya memang tidak terlalu baik, aku pernah katakan, kamu harus merawatnya dengan baik.”

Tatapan Hendi sepertinya membawa perasaan yang tak bisa dijelaskan, membuat orang tidak paham dengannya.

Decky mendengus, lalu berbalik badan sambil mengibaskan tangan “Istri Decky, sejak kapan giliran kamu untuk berkomentar?”

Hendi tersenyum tak berdaya “Tuan Leng, sekarang Nona Shen memerlukan istirahat, jika dia sudah sadar, kamu bisa membawanya pulang. Setelah pulang nanti, ingatlah harus lebih teliti dalam merawatnya.”

Hendi memberikan sebuah laporan kepada Laras, lalu dia berbalik badan dan berjalan ke arah lain.

Sifa merasa sekujur tubuhnya lemas, kepalanya berat namun kakinya ringan, dia ingin bangun tetapi tidak bisa membuka mata dan tidak bisa mengeluarkan suara.

Decky duduk di samping kasur dan terus menatap Sifa.

Sifa tampak ringan dan mudah tertiup angin, tetapi tangguh dan tidak meneteskan air mata sedikitpun ketika dia menyiksanya.

Wajah Sifa pucat bagaikan kertas putih, dulunya Yuli juga pernah seperti ini, menghilang dari dunianya selama tiga tahun penuh.

Entah kenapa, melihat Sifa yang tiba-tiba menjadi seperti ini, hatinya terasa sedih dan tidak bisa berkata apa-apa.

Dia takut akan kepergiannya yang mendadak, kalaupun Sifa adalah orang yang melukai Yuli, tetapi dia tidak bisa menahan diri ingin melupakan segalanya untuk mendekati dan menyayanginya.

Namun, Sifa selalu begitu keras kepala, hingga dirinya tidak menemukan alasan apapun untuk melindunginya.

Tidak peduli apa masalahnya, Sifa pun bisa menyelesaikannya dengan sendiri, tidak peduli apa kesakitannya, Sifa juga bisa memikulnya dengan sendiri, bahkan tangguh hingga membuat orang merasa sakit hati untuknya.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu