Marriage Journey - Bab 211 Kecemasan
Setelah Decky kembali ke hotel, beberapa orang dengan tergesa-gesa bangkit dari kursi mereka, melihat ekspresi Decky yang begitu serius, tampaknya lebih buruk dari pagi hari saat Decky keluar.
Mereka tidak berani mengatakan apa-apa. Hanya melihat Decky sendirian, bergegas kembali ke kamar dan menutup pintu dengan keras. Yang tersisa hanya beberapa orang yang berdiri di luar pintu, linglung sejenak dan tidak tahu harus pergi ke mana.
Decky mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi nomor sekretaris ...
"Sekarang bantu aku memeriksa catatan rawat inap semua rumah sakit di Amerika Serikat, dan bantu aku selidiki segala sesuatu tentang Sifa. Kirimkan aku salinan semua informasi tentang dia di rumah sakit."
Di ujung telepon, sekretaris mendengarkan pesan dari Decky.
Meskipun sekretaris tidak tahu apa yang terjadi, dari nada bicara Decky, sekretaris bisa mendengar betapa cemasnya masalah itu.
"Baik, Direktur Leng, aku mengerti, apa yang harus aku lakukan sekarang tentang pameran itu? Apakah ingin menghentikannya?"
Hati Decky bimbang saat mendengar sekretaris menyebut pameran seni dalam negeri.
"Masalah ini serahkan kepada orang lain di perusahaan. Yang harus ditutup tetap ditutup. Informasi yang baru saja aku katakan segera kirimkan padaku!"
Setelah mengatakan ini, Decky menutup telepon.
Meskipun Sifa sudah seperti ini sekarang, Decky tetap ingin menghentikan pameran lukisan Sifa di luar negeri.
Meskipun Sifa sudah seperti ini sekarang, Decky masih tidak ingin Sifa menjalani hidup yang lebih baik, Decky hanya ingin membuatnya menderita atau tersiksa.
Dan saat ini, Hendi sibuk berlarian di rumah sakit, Hendi mengikuti ranjang roda di rumah sakit dan berlari menuju ruang operasi ...
Sambil berlari ke depan, Hendi menundukkan kepalanya melihat Sifa di tempat tidur operasi dan berkata, "Jangan khawatir, dokter akan membantumu, kamu dan bayinya akan baik-baik saja."
Sambil mengatakan ini, Hendi melihat Sifa yang kesakitan di ranjang operasi dengan tatapan tertekan.
Saat ini, Sifa merasakan sakit yang sangat hebat, Sifa berdoa agar anak di perutnya tidak berada dalam bahaya dan bisa bertemu dengannya dengan selamat.
Mungkin karena barusan terbawa emosi oleh ulah Decky, anak di dalam perut itu tidak tahan dan kemudian membuat reaksi yang begitu kejam.
Segera berjalan ke pintu ruang operasi. Dokter berusaha menghentikan Hendi dan menyuruh Hendi untuk tidak masuk ke dalam. Lalu, Hendi memegang kedua tangan Sifa dengan erat, dan juga hanya bisa mengendurkannya perlahan dan dengan tidak rela melepaskannya.
Segera Hendi menghadapi pintu operasi yang dingin. Setelah Sifa didorong ke ruang operasi, Sifa berusaha menatap dokter, mengungkapkan pikirannya kepada dokter dengan menggunakan tatapan mata yang penuh pengharapan seperti itu.
Dokter terus mengangguk pada Sifa, sambil mengangguk sambil memberi isyarat kepada Sifa untuk tidak berbicara.
“Jangan khawatir, aku mengerti isi hatimu, tapi kamu sekarang berbeda dengan ibu hamil pada umumnya. Seharusnya kamu tahu kondisi fisikmu, jadi sekarang kamu harus mengikuti instruksi kami, jangan terlalu beremosi, dan juga jangan memikirkan hal-hal yang memancing emosimu."
Setelah Sifa mendengarkan perkataan dokter, Sifa berusaha menenangkan pikirannya, Sifa tahu bahwa dirinya saat ini tidak boleh terbawa emosi.
Mungkin karena kata-kata Decky barusan membuat Sifa terbawa emosi, dan godaan itu menstimulasi dirinya, membuat anak di dalam perut bereaksi seperti ini.
Sifa berusaha menenangkan nafasnya, berdoa dalam hati agar bayinya selamat.
Di sisi lain, Sifa terus menyalahkan dirinya sendiri mengapa saat itu bertengkar dengan Decky. Kalaupun Decky berbicara kasar kepadanya, Sifa juga harus menahan diri. Jika awalnya tidak seperti itu, anak itu sekarang pasti baik-baik saja.
Bagaimanapun juga, saat sekarang masih ada jarak pendek dari perkiraan tanggal persalinan. Sambil memikirkan hal ini, Sifa merasa grogi dan ada keinginan untuk tertidur.
Tapi Sifa berusaha membuat dirinya terjaga. Sifa takut dirinya tidak akan bisa bangun lagi setelah menutup mata. Sifa masih belum melihat bayi kecilnya. Saat ini, dokter berusaha menepuk bahu Sifa dan tidak berhenti agar Sifa bisa mendengar panggilan dokter kepadanya.
Jadi Sifa berusaha membuka matanya perlahan, untuk mencegah Sifa tertidur, dokter dengan cepat menyuntikkan obat ke Sifa.
Dan langkah selanjutnya adalah dengan cepat membiarkan anak di perut Sifa lahir, jika tidak, ibu dan anak akan sangat berbahaya.
Tetapi saat ini, harus orang yang sangat dekat yang menandatangani jaminan untuk Sifa, jadi dokter meminta perawat untuk berjalan keluar ruang operasi dengan formulir jaminan di tangannya.
Saat Hendi melihat perawat keluar dari ruang operasi, Hendi segera berlari ke arah perawat dan bertanya dengan nada cemas tentang situasi Sifa di ruang operasi.
"Suster ... bagaimana kondisi orang di dalam ruang operasi itu sekarang? Ibu dan anak baik-baik saja, kan, apakah hidup mereka dalam bahaya? Tolong lindungi mereka dengan baik!"
Perawat mendengarkan serangkaian pertanyaan yang Hendi tanyakan di luar ruang operasi, dan sudah tidak sempat untuk menjelaskannya lagi.
"Mereka sekarang dalam keadaan tidak berbahaya, tapi sekarang kamu perlu tanda tangan, anak itu mengalami rangsangan dan harus segera dipisahkan dari tubuh ibunya, jika tidak keduanya akan dalam bahaya!"
Saat Hendi mendengar perawat mengatakan hal-hal ini pada dirinya, tangannya terus gemetar, memegang pena di tangannya dan ragu-ragu apakah dirinya harus menandatanganinya kali ini.
Tetapi Hendi juga tahu, jika dirinya tidak menandatanganinya, mungkin keduanya akan dalam bahaya, tetapi jika menandatanganinya dan jika salah satu dari mereka dalam bahaya, Hendi juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Saat Hendi sedang bimbang, perawat itu buru-buru berkata: "Kamu jangan bimbang lagi, apapun yang terjadi, kami juga berharap mereka berdua selamat, tapi sekarang adalah masa kritis."
Perawat di samping mengucapkan kata-kata ini kepada Hendi lagi dengan nada cemas, tapi saat ini tangan Hendi semakin gemetar, Hendi tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi setelah dirinya menandatangani ini, mungkin ada hasil yang baik, atau mungkin ada hasil yang buruk.
Tapi tidak peduli apapun itu, Hendi sepertinya tidak punya pilihan, kemudian perawat itu mendesak Hendi. "Kamu harus menandatangani formulir ini agar kami bisa memisahkan anak dari perut ibunya. Jika tidak, keduanya dalam bahaya. Kamu harusnya memahami taruhannya."
Setelah mendengar perkataan perawat, Hendi tahu bahwa tidak ada banyak waktu tersisa untuknya, jadi di bawah tekanan batinnya sendiri, Hendi menandatangani namanya di formulir operasi.
Hendi juga tidak tahu, saat ini, siapa lagi yang bisa menandatangani formulir ini. Mungkin hanya dirinya saja. Setelah menandatangani, perawat segera kembali ke ruang operasi dengan membawa formulirnya.
Saat ini, Hendi di luar pintu semakin cemas, Hendi berjalan di sekitar koridor, sambil berjalan sambil mengkhawatirkan Sifa.
Dan di sisi lain, dalam hatinya sangat marah tentang perlakuan Decky terhadap Sifa barusan.
Hendi sangat membenci Decky, jika bukan karena Decky, mengguncang Sifa seperti itu tadi, bagaimana mungkin Sifa akan mengalami keadaan darurat seperti ini sekarang.
Novel Terkait
Get Back To You
LexyTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelUnplanned Marriage
MargeryKisah Si Dewa Perang
Daron JayPria Misteriusku
LylyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaCinta Yang Tak Biasa
WennieTen Years
VivianMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka