Marriage Journey - Bab 284 Diperingatkan
Dalam hati Decky, Decky selalu bersalah pada Yuli.
Saat Yuli masih belum siuman, keinginan terbesarnya adalah berharap bahwa Yuli akan siuman suatu hari nanti.
Sekarang Yuli sudah siuman, Decky tentu saja ingin menikahinya dan menjadikannya sebagai istri yang sah, Decky ingin memberi Yuli sebuah status identitas.
Sebelum itu, Sifa pergi ke luar negeri, dan posisi Nyonya muda keluarga Leng sedang kosong, Decky dapat menikahi Yuli tanpa harus melalui perlawanan apapun, tetapi kenyataannya pada saat ini Sifa malah kembali, tidak hanya Sifa sendiri yang kembali, tetapi Sifa juga membawa kembali anak keluarga Leng.
Yang lebih menyebalkannya lagi adalah Sifa dan anak ini telah mendapatkan pengakuan dari Pak Tua Leng, selama Pak Tua Leng masih hidup, wanita Yuli itu tidak akan pernah diizinkan untuk masuk ke rumah keluarga Leng.
Semakin memikirkannya, Decky menjadi semakin cemas, jadi Decky menggunakan alkohol untuk menghilangkan kesedihannya.
Decky selalu ingin mengusir Sifa dari rumah Leng, tetapi Sifa memiliki perlindungan dari kakeknya, dan Decky tidak bisa berbuat apa-apa terhadap masalah ini.
Masalah tentang Sifa tinggal di rumah Leng, Decky masih belum membicarakannya dengan Yuli sampai sekarang, karena khawatir Yuli yang baru saja pulih tidak bisa menerima kenyataan ini.
Karena hari ini kakek berbicara terus terang dengannya tentang masalah ini, Decky merasa masalah ini harus diselesaikan, jadi Decky dengan tidak segan menceritakan semua pemikirannya.
Dalam hatinya berpikir, meskipun dirinya dan kakek bermusuhan, Decky tetap akan memperjuangkan kembali reputasi Yuli yang layak.
Entah karena Pak Tua Leng yang sudah berusia, atau terlalu banyak masalah yang terjadi di dalam keluarga Leng akhir-akhir ini, Pak Tua Leng selalu menderita insomnia selama beberapa waktu ini, dan tidak bisa tidur dengan nyenyak di tempat tidur pada malam hari.
Dokter meresepkan beberapa ramuan yang menenangkan untuknya, sup obat ini harus diminum setelah makan malam.
Setelah Pak Tua Leng makan malam, pelayan itu sudah meletakkan sup obat di mejanya, Melihat Decky saat ini sedang berpikir, Pak Tua Leng mengambil sup obat di atas meja dan minum perlahan.
Setelah menyesap dua teguk, Pak Tua Leng memandang Decky dengan penuh arti, "Katanya, obat yang baik itu rasanya pahit, perkataan ini memang benar, sebagai contoh, sup obat yang aku minum ini, lebih pahit dari pada Coptis, tetapi setelah aku meminum sup obat ini, gejala insomnia telah membaik."
Decky tahu bahwa kakek mengatakan ini padanya, jangan ada motif yang lain, dan ingin mengingatkannya.
Decky berpura-pura bingung dan menjawab: "Gejala insomnia kakek telah membaik, itu bagus sekali! Sepertinya dokter yang merawat Anda memiliki keterampilan medis yang lumayan bagus, Kakek, Anda perlu merekomendasikannya padaku, aku juga akan mengunjungi dokter saat waktu luang, aku juga sering menderita insomnia akhir-akhir ini."
Mendengar jawabannya, Pak Tua Leng tidak merasa cemas, tapi menyesap sup obatnya beberapa kali lagi.
"Sebenarnya, minum sup obat dan mengenali seseorang itu adalah hal yang sama, seringkali sisi baik yang kamu lihat itu bukanlah kebenaran, hanya obat yang baik akan terasa pahit, seiring berjalannya waktu, kamu akan menyadari bahwa obat yang menurutmu sangat pahit adalah yang terbaik untukmu."
Melihat Decky tidak berkata apa-apa, Pak Tua Leng berkata lagi: “Manusia ini, jika sudah berpenyakit, barulah sembarangan pergi melihat dokter, tapi setelah pengobatan sana sini, obat yang paling mujarab yang bisa menyembuhkan penyakit adalah obat paling pahit, tapi manusia Itu sering tidak memilihnya dari awal."
Kata-kata Pak Tua Leng sangat eksplisit, bagaimana mungkin Decky tidak mengerti?
Decky menjawab: "Meskipun perkataan anda sangat masuk akal, kakek, sepatu itu nyaman atau tidak di kaki, hanya kaki yang tahu, dengan memilih yang cocok untuk diri sendiri itulah yang paling baik, Hal semacam ini hanya bisa dimengerti diri sendiri yang mengalaminya. "
Kata-katanya ini tidak diragukan memiliki makna bahwa dirinya sedang memberitahu kepada kakek bahwa Yuli adalah kandidat yang terbaik untuk dirinya, dan orang lain tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya.
Meskipun Decky menjawab dengan bijaksana, tetapi jawabannya tidak tepat untuk pikiran Pak Tua Leng.
Pada saat ini, Pak Tua Leng menutup kembali tatapan baiknya dan mengerutkan kening dengan erat.
"Kakek telah menempuh lebih banyak jalan daripada kamu, dan lebih teliti saat melihat dan menilai orang, aku harap kamu berhenti bersikap keras kepala dan harus menghargai orang-orang di depanmu."
Decky tahu, kakek berbasa-basi hanya berharap dirinya dan Sifa akan bersatu kembali, ini mana mungkin? Seumur hidupnya, Decky tidak mungkin bisa menerima Sifa, Decky menyalahkan Sifa atas semua kesalahan yang menyebabkan Yuli koma, dan tidak akan pernah memaafkan Sifa sepanjang hidupnya.
Karena hari ini kakek sudah berbicara dengannya tentang masalah ini, Decky akan bersedia menghadapinya.
"Kakek, Anda sangat mencintaiku sejak aku masih kecil, dan aku juga sangat menghormati Anda, tapi aku tidak bisa mengalah tentang masalah ini."
Mendengar Decky berkata seperti ini, kata-kata Pak Tua Leng menjadi lebih serius, "Sampai kapan kamu akan bersikap keras kepala seperti ini? Sejak Sifa masuk ke rumah Leng, kamu selalu menyiksanya, meskipun Kakek tidak pernah mengatakannya, tetapi aku melihat semuanya di mataku, "
"Ini semua pantas dia dapatkan, aku sudah bersikap sangat murah hati padanya, jika bukan karena dia, bagaimana mungkin Yuli ..."
Decky belum selesai berbicara, Pak Tua Leng langsung menyelanya, "Sudahkah kamu menyelidiki kebenaran masalah ini? Jika kamu salah paham terhadap Sifa karena prasangka sesaat, pernahkah kamu memikirkan tentang perasaannya?"
"Kakek, Anda jangan dibutakan oleh Sifa si wanita licik itu, dia tidak sebaik yang Anda katakan, dia menggunakan segala cara untuk menikah dengan keluarga Leng."
"Aku rasa kesalahpahamanmu terhadap Sifa sudah terlalu dalam, tidak peduli bagaimana kamu salah paham padanya, kakek selalu mempercayainya, dan aku yakin dia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk."
"Kakek, Anda tidak bisa menilainya dari nalurimu, Anda akan terus memanjakannya jika melindunginya seperti ini, dan dia akan menjadi semakin arogan di bawah kasih sayangmu."
Mendengar Decky berkata seperti itu, Pak Tua Leng awalnya hendak mengusirnya, tetapi kemudian Pak Tua Leng tenang kembali.
Jika Decky diusir saat ini, masalah ini juga tidak akan selesai, sebaliknya kontradiksi antara Decky dan Sifa akan semakin dalam, ini adalah hal yang paling tidak dilihatnya.
Pak Tua Leng tidak pernah bisa mengerti, Pak Tua Leng bisa melihat bahwa Sifa selalu sangat mencintai Decky, tapi Decky selalu menyakitinya.
Kini Sifa mempertaruhkan nyawanya melahirkan seorang anak untuk Decky, asalkan mereka berdua bersatu kembali, kehidupan keluarga Leng akan bahagia dan sempurna.
Hal yang begitu sederhana, mengapa Decky tidak bisa berpikir lebih jernih? Dan bersikeras ingin membawa Yuli si wanita licik ini kembali ke rumah Leng.
Menghadapi Decky yang begitu keras kepala, Pak Tua Leng menjadi sangat cemas, Pak Tua Leng tahu bahwa Sifa telah banyak menderita selama bertahun-tahun, itulah penyebabnya mengapa Pak Tua Leng tidak rela memisahkan Sifa dan anaknya.
Tetapi jika tidak ingin memisahkan Sifa dan anaknya, satu-satunya cara adalah membuat cucunya ini berubah pikiran dan menerima Sifa.
Pak Tua Leng terus berpiikir, tapi tetap saja masih bingung mengapa Decky begitu membenci Sifa, Pak Tua Leng juga meminta seseorang untuk menyelidiki masalah ini, tetapi tidak pernah menemukan apa pun.
Pak Tua Leng selalu mengagumi Sifa di dalam hati, Pak Tua Leng tahu Sifa memiliki kepribadian yang baik dan lembut, dan tidak akan melakukan hal-hal yang seperti dikatakan oleh Decky, Pak Tua Leng selalu mempercayai Sifa, dan ini tidak pernah berubah sedikitpun.
Apalagi Sifa melahirkan cicit demi dirinya, Pak Tua Leng bahkan menganggap Sifa sebagai pahlawan dalam keluarga Leng, dalam hatinya, hanya Sifa yang layak untuk menjadi cucu menantunya.
Pak Tua Leng mengambil sup obat, mendongak dan meminum habis sekaligus, lalu melemparkan mangkuk sup obat ke atas meja, "Sampai kapan kamu akan bersikap keras kepala seperti ini?"
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaBlooming at that time
White RoseMeet By Chance
Lena TanTen Years
VivianInventing A Millionaire
EdisonMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka