Marriage Journey - Bab 157 Kabar Baik
Sifa sepertinya masih belum sadarkan diri sepenuhnya, penglihatannya masih sedikit kabur, dia membuka mulut dan ingin berbicara, tetapi menyadari bahwa dia tidak bisa berbicara.
Hendi melihat keadaan ini dan langsung menuangkan air untuk Sifa, mengangkat Sifa untuk bangun lalu memberinya air dengan hati-hati.
Seketika Sifa merasa tenggorokannya jauh lebih nyaman, menatap Hendi dengan suara yang sedikit serak: "Di mana aku, Hendi, ada apa denganku?"
Hendi memandang Gustian dan menjelaskan sambil tersenyum: "Ini adalah rumahnya Gustian, tadi kamu pingsan, tetapi kamu baik-baik saja sekarang, aku telah memeriksamu, kamu begini karena tidak istirahat dengan baik."
Kata Hendi menghibur Sifa, Sifa menarik nafas dalam-dalam: "Baguslah kalau begitu, baguslah kalau begitu …."
Sifa langsung terhibur oleh kata-kata Hendi, membelai perutnya dengan hati-hati, lalu menurunkan tangan dengan tersenyum.
Hendi bangkit berdiri dan memandang Sifa, lalu berkata: "Kamu istirahat dulu, aku pergi meminta orang untuk membuatkanmu sesuatu untuk dimakan."
Gustian memandang Sifa dari samping, tatapannya sedikit rumit, dan kemudian memandang Hendi.
Sifa menundukkan kepalanya untuk waktu yang lama, dan baru berkata kepada Gustian: "Meskipun aku tidak terlalu menyukaimu, tapi aku tetap berterima kasih padamu …."
Seketika Gustian merasa sedikit terkejut, dia tidak menyangka bahwa Sifa bisa mengatakan ini pada dirinya.
Melihat Sifa dengan senyum menyeringai: "Lalu bagaimana kamu akan membalas budi padaku? Apakah kamu akan beristirahat di sini selama sehari atau setahun?"
Untuk sesaat, Sifa tidak bisa berkata-kata, dengan senyuman di wajahnya yang pucat: "Sepertinya orang sepertimu ini tidak bisa serius."
Gustian tersenyum tipis dan berjalan keluar dengan memunggungi Sifa: "Hanya bercanda, istirahatlah dulu dan jaga tubuhmu dengan baik sebelum berdebat denganku, aku pergi sebentar."
Gustian berbalik dan berjalan keluar, dan Hendi berdiri di depan pintu dengan ekspresi sedih.
Gustian menghela nafas dan berjalan maju: "Kenapa kamu tadi berbohong padanya?"
Gustian memandang Hendi dan bertanya, dia bukan orang bodoh, penampilan Sifa tadi sepenuhnya bukan karena disebabkan oleh kurangnya istirahat.
Hendi menunduk, perasaan sedih terlintas di matanya: "Dia sakit, itu adalah stadium akhir dari kanker perut, tetapi hal yang paling menyakitkan adalah dia hamil dan ingin melahirkan anak ini."
"Tapi kamu tahu, jika ingin menyelamatkan anak ini, dia tidak bisa melakukan kemoterapi dan mengkonsumsi obat anti kanker …."
"Jadi kamu pun hanya melihat dia yang dengan perlahan melenyapkan nyawanya sendiri?" tanya Gustian sambil memandang Hendi dengan bingung.
Hendi menundukkan kepalanya dan mengangguk tak berdaya: "Kamu mungkin tidak tahu, seberapa teguhnya dia terhadap masalah ini …."
Gustian berbalik dan melihat ke pintu kamar itu, seketika hatinya terasa sangat tidak nyaman.
Tatapan Hendi penuh dengan kesedihan, lalu menatap Gustian dan berkata: "Kamu tahu tidak, pria itu tidak memperlakukannya dengan baik, tapi dia masih sangat teguh … apa yang harus aku lakukan?"
Hendi mengulurkan tangan untuk menutupi wajahnya, lalu Gustian mengulurkan tangan dan menepuk bahu Hendi dengan lembut: "Sejak awal, kamu seharusnya menghentikannya, tapi sekarang masalah sudah sampai ke tahap ini, kita hanya bisa melewatinya dan melihat apa yang terjadi nanti."
Sifa melihat ke sekeliling, perabotan dan dekorasi di ruangan itu sangat sederhana dan berwarna putih, tapi dari perabotannya, bisa terlihat jika harganya tidak murah.
Sifa menggerakkan tubuhnya dan duduk, kesedihan tiba-tiba muncul di hatinya, hidungnya tersumbat dan air mata terus memenuhi matanya.
Sifa mencoba untuk mengatur perasaannya dan bernafas dengan satu tarikan panjang, mencoba untuk menenangkan suasana hatinya.
Hendi masuk dan melihat mata Sifa sedikit merah, tadi Gustian memberitahunya bahwa Sifa berdiri sendirian di luar kompleks dengan membawa sebuah koper.
Dia tidak perlu bertanya pun sudah tahu apa yang sedang terjadi, Hendi tidak ingin mengungkit kesedihan Sifa, dan jika Sifa tidak mengatakannya, dia juga tidak akan banyak bertanya.
"Kamu bisa makan sedikit." Hendi masuk dengan membawakan sup harum dan makanan, lalu memandang Sifa dengan tersenyum.
Sifa duduk perlahan, dengan senyum tipis di wajah pucatnya: "Merepotkanmu Hendi …."
Terhadap Hendi, Sifa merasa berhutang kepada Hendi seumur hidupnya, tidak peduli bagaimana dia memperlakukan Hendi, Hendi akan selalu muncul di sisinya ketika dia membutuhkan bantuan.
"Jangan bicara tentang itu, tubuhmu sehat adalah balasan terbaik untukku …."
Hendi menggelengkan kepala, menatap Sifa dan berkata.
Meskipun Sifa belum makan hampir sehari, tapi dia tidak bisa makan banyak, dan nafsu makannya juga buruk, dia kehilangan nafsu makan setelah makan sedikit saja.
Hendi juga tidak memaksanya, setelah membereskan semuanya, dia menatap Sifa dan dengan ragu-ragu berkata.
"Sifa, kamu sendiri tahu dengan kondisi tubuhmu, menurutku …."
Sebelum Hendi selesai berbicara, Sifa mengulurkan tangan dan dengan lembut meletakkannya di tangan Hendi, berkata sambil tersenyum: "Tidak apa-apa Hendi, aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tetapi aku tahu apa yang terjadi."
Sifa mengangguk ke arah Hendi dan tersenyum tipis.
Hendi menghela nafas dan menggelengkan kepalanya tak berdaya, tidak tahu harus berkata apa.
Meskipun dia tahu bahwa Sifa tidak akan berubah pikiran dengan mudah, tetapi dia tetap ingin mencobanya.
Setelah istirahat sejenak, Sifa turun dari tempat tidur dan berbicara pada Hendi: "Kamu antar aku ke perusahaan, aku masih punya pekerjaan."
Hendi mengerutkan kening dan memandang Sifa, berkata: "Apakah kamu kuat?"
Sifa mengangguk: "Ini bukan hal besar, yang aku lakukan kebanyakan adalah hal-hal dasar saja, dan tidak melelahkan."
Hendi mengantarkan Sifa ke PT.Leng.Tbk dengan sedikit khawatir, pada saat ini sudah menunjukkan pukul satu siang.
Kebetulan adalah waktu istirahat, dan banyak orang baru kembali setelah makan dari luar.
Kebetulan bertemu Hendi yang mengantar Sifa ke perusahaan "Lihat, bukankah itu Asisten Shen? Siapa pria itu, dia terlihat sangat tampan."
Sekelompok wanita yang suka menggosip berdiri di pintu sambil memandang Hendi dan Sifa.
Sifa keluar dari mobil dengan sedikit mengelak, tadi dia tidak pikir panjang ketika meminta Hendi untuk mengantarnya, melihat waktu saat ini, kebetulan adalah waktu istirahat, sepertinya perusahaan akan sembarangan menebar masalah tentang dirinya lagi.
Dia sendiri tidak mempermasalahkannya, hanya saja ini juga menarik Hendi masuk ke keadaan yang tidak baik.
Hendi juga mendengar suara gosip orang lain, dan melihat ekspresi tidak wajar di wajah Sifa, lalu berkata: "Tidak apa-apa, tidak perlu mempedulikannya."
Sifa memandang Hendi dan mengangguk, berbalik lalu berjalan menuju lift.
Laras kebetulan melihat situasi ini, lalu pergi menyusul untuk naik lift bersama Sifa.
"Kamu tidak datang pagi ini, apakah ada masalah, tadi aku lihat Hendi yang mengantarmu datang." Laras menoleh melihat Sifa dan bertanya.
Sifa menunduk, dan tidak tahu harus berkata apa.
Dalam sekejap Laras pun mengerti, sepertinya pikirannya itu benar, biasanya jika Sifa seperti ini, pasti ada perselisihan dan bertengkar dengan Decky.
Laras tidak banyak bertanya lagi, ketika dia tiba di lantainya, dia berjalan keluar dengan perlahan, lalu tersenyum dan berkata pada Sifa: "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."
Sifa tersenyum dengan wajahnya yang pucat dan mengangguk.
Ketika kembali ke kantornya, ada sebuah dokumen di atas meja, lalu Sifa membuka dokumen itu dan melihatnya.
Dengan senang menemukan bahwa hal-hal tentang Juna sebelumnya telah memiliki kemajuan.
Membuka dokumen dan melihatnya dengan penuh bersemangat: Anaknya Juna, Eza Lai telah ditemukan, anak itu hidup dan tinggal di daerah pedesaan terpencil di Jangli, tapi untungnya, orang tua angkat anak itu memperlakukan anak itu dengan sangat baik.
Anak itu telah dibawa kembali, Juna sekeluarga berkumpul kembali, dan proyek sedang berjalan secara aktif.
Sifa melihat tulisan di dokumen itu, hatinya sangat bersemangat, dan air mata terus mengalir di matanya, ternyata Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang gigih.
Penantian bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia, dan ponsel Sifa berdering tepat saat ini.
Sifa mengeluarkan ponsel, nomor yang ditampilkan di atasnya adalah nomor yang tidak dikenal, lalu Sifa pun mengangkatnya.
"Apakah ini Sifa Shen?" terdengar suara pria yang kasar.
Tapi Sifa langsung bereaksi, menjawab dengan sedikit bersemangat: "Ini aku, apakah ini Juna?"
Juna tersenyum jujur: "Ini aku, Nona Shen, terima kasih, aku menelepon untuk mengucapkan terima kasih secara langsung, kegigihanku selama bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia."
Juna sedikit tersedak, dan terus mengucapkan terima kasih kepada Sifa.
"Kegigihan selama bertahun-tahun, Tuhan akhirnya memberikan petunjuk, yang paling baik adalah anak bisa tumbuh sehat di dunia."
Sifa tersenyum ringan dan mulai menghibur.
"Benar, ketika aku bertemu anakku, dia langsung mengenaliku, tetapi selama bertahun-tahun, dia benar-benar lupa di mana rumahnya, lupa di mana rumah kami …."
Juna tersedak sampai tidak bisa berbicara, seorang pria dewasa yang terus menangis saat berbicara di telepon.
"Tidak apa-apa, semuanya akan berlalu, ketika anak itu bisa ditemukan, kalian memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menebusnya, dan hidup tetap harus berlanjut."
Setelah Sifa mengobrol singkat dengan Juna, lalu mereka pun mengakhiri panggilan.
Sifa tiba-tiba menjadi ceria, dan dokumen di tangannya saat ini terasa seperti buah kebahagiaannya Sifa.
Novel Terkait
My Beautiful Teacher
Haikal ChandraCinta Dan Rahasia
JesslynBaby, You are so cute
Callie WangThe Gravity between Us
Vella PinkyWonderful Son-in-Law
EdrickMy Goddes
Riski saputroLove And War
JaneMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka