Marriage Journey - Bab 157 Kabar Baik

Sifa sepertinya masih belum sadarkan diri sepenuhnya, penglihatannya masih sedikit kabur, dia membuka mulut dan ingin berbicara, tetapi menyadari bahwa dia tidak bisa berbicara.

Hendi melihat keadaan ini dan langsung menuangkan air untuk Sifa, mengangkat Sifa untuk bangun lalu memberinya air dengan hati-hati.

Seketika Sifa merasa tenggorokannya jauh lebih nyaman, menatap Hendi dengan suara yang sedikit serak: "Di mana aku, Hendi, ada apa denganku?"

Hendi memandang Gustian dan menjelaskan sambil tersenyum: "Ini adalah rumahnya Gustian, tadi kamu pingsan, tetapi kamu baik-baik saja sekarang, aku telah memeriksamu, kamu begini karena tidak istirahat dengan baik."

Kata Hendi menghibur Sifa, Sifa menarik nafas dalam-dalam: "Baguslah kalau begitu, baguslah kalau begitu …."

Sifa langsung terhibur oleh kata-kata Hendi, membelai perutnya dengan hati-hati, lalu menurunkan tangan dengan tersenyum.

Hendi bangkit berdiri dan memandang Sifa, lalu berkata: "Kamu istirahat dulu, aku pergi meminta orang untuk membuatkanmu sesuatu untuk dimakan."

Gustian memandang Sifa dari samping, tatapannya sedikit rumit, dan kemudian memandang Hendi.

Sifa menundukkan kepalanya untuk waktu yang lama, dan baru berkata kepada Gustian: "Meskipun aku tidak terlalu menyukaimu, tapi aku tetap berterima kasih padamu …."

Seketika Gustian merasa sedikit terkejut, dia tidak menyangka bahwa Sifa bisa mengatakan ini pada dirinya.

Melihat Sifa dengan senyum menyeringai: "Lalu bagaimana kamu akan membalas budi padaku? Apakah kamu akan beristirahat di sini selama sehari atau setahun?"

Untuk sesaat, Sifa tidak bisa berkata-kata, dengan senyuman di wajahnya yang pucat: "Sepertinya orang sepertimu ini tidak bisa serius."

Gustian tersenyum tipis dan berjalan keluar dengan memunggungi Sifa: "Hanya bercanda, istirahatlah dulu dan jaga tubuhmu dengan baik sebelum berdebat denganku, aku pergi sebentar."

Gustian berbalik dan berjalan keluar, dan Hendi berdiri di depan pintu dengan ekspresi sedih.

Gustian menghela nafas dan berjalan maju: "Kenapa kamu tadi berbohong padanya?"

Gustian memandang Hendi dan bertanya, dia bukan orang bodoh, penampilan Sifa tadi sepenuhnya bukan karena disebabkan oleh kurangnya istirahat.

Hendi menunduk, perasaan sedih terlintas di matanya: "Dia sakit, itu adalah stadium akhir dari kanker perut, tetapi hal yang paling menyakitkan adalah dia hamil dan ingin melahirkan anak ini."

"Tapi kamu tahu, jika ingin menyelamatkan anak ini, dia tidak bisa melakukan kemoterapi dan mengkonsumsi obat anti kanker …."

"Jadi kamu pun hanya melihat dia yang dengan perlahan melenyapkan nyawanya sendiri?" tanya Gustian sambil memandang Hendi dengan bingung.

Hendi menundukkan kepalanya dan mengangguk tak berdaya: "Kamu mungkin tidak tahu, seberapa teguhnya dia terhadap masalah ini …."

Gustian berbalik dan melihat ke pintu kamar itu, seketika hatinya terasa sangat tidak nyaman.

Tatapan Hendi penuh dengan kesedihan, lalu menatap Gustian dan berkata: "Kamu tahu tidak, pria itu tidak memperlakukannya dengan baik, tapi dia masih sangat teguh … apa yang harus aku lakukan?"

Hendi mengulurkan tangan untuk menutupi wajahnya, lalu Gustian mengulurkan tangan dan menepuk bahu Hendi dengan lembut: "Sejak awal, kamu seharusnya menghentikannya, tapi sekarang masalah sudah sampai ke tahap ini, kita hanya bisa melewatinya dan melihat apa yang terjadi nanti."

Sifa melihat ke sekeliling, perabotan dan dekorasi di ruangan itu sangat sederhana dan berwarna putih, tapi dari perabotannya, bisa terlihat jika harganya tidak murah.

Sifa menggerakkan tubuhnya dan duduk, kesedihan tiba-tiba muncul di hatinya, hidungnya tersumbat dan air mata terus memenuhi matanya.

Sifa mencoba untuk mengatur perasaannya dan bernafas dengan satu tarikan panjang, mencoba untuk menenangkan suasana hatinya.

Hendi masuk dan melihat mata Sifa sedikit merah, tadi Gustian memberitahunya bahwa Sifa berdiri sendirian di luar kompleks dengan membawa sebuah koper.

Dia tidak perlu bertanya pun sudah tahu apa yang sedang terjadi, Hendi tidak ingin mengungkit kesedihan Sifa, dan jika Sifa tidak mengatakannya, dia juga tidak akan banyak bertanya.

"Kamu bisa makan sedikit." Hendi masuk dengan membawakan sup harum dan makanan, lalu memandang Sifa dengan tersenyum.

Sifa duduk perlahan, dengan senyum tipis di wajah pucatnya: "Merepotkanmu Hendi …."

Terhadap Hendi, Sifa merasa berhutang kepada Hendi seumur hidupnya, tidak peduli bagaimana dia memperlakukan Hendi, Hendi akan selalu muncul di sisinya ketika dia membutuhkan bantuan.

"Jangan bicara tentang itu, tubuhmu sehat adalah balasan terbaik untukku …."

Hendi menggelengkan kepala, menatap Sifa dan berkata.

Meskipun Sifa belum makan hampir sehari, tapi dia tidak bisa makan banyak, dan nafsu makannya juga buruk, dia kehilangan nafsu makan setelah makan sedikit saja.

Hendi juga tidak memaksanya, setelah membereskan semuanya, dia menatap Sifa dan dengan ragu-ragu berkata.

"Sifa, kamu sendiri tahu dengan kondisi tubuhmu, menurutku …."

Sebelum Hendi selesai berbicara, Sifa mengulurkan tangan dan dengan lembut meletakkannya di tangan Hendi, berkata sambil tersenyum: "Tidak apa-apa Hendi, aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tetapi aku tahu apa yang terjadi."

Sifa mengangguk ke arah Hendi dan tersenyum tipis.

Hendi menghela nafas dan menggelengkan kepalanya tak berdaya, tidak tahu harus berkata apa.

Meskipun dia tahu bahwa Sifa tidak akan berubah pikiran dengan mudah, tetapi dia tetap ingin mencobanya.

Setelah istirahat sejenak, Sifa turun dari tempat tidur dan berbicara pada Hendi: "Kamu antar aku ke perusahaan, aku masih punya pekerjaan."

Hendi mengerutkan kening dan memandang Sifa, berkata: "Apakah kamu kuat?"

Sifa mengangguk: "Ini bukan hal besar, yang aku lakukan kebanyakan adalah hal-hal dasar saja, dan tidak melelahkan."

Hendi mengantarkan Sifa ke PT.Leng.Tbk dengan sedikit khawatir, pada saat ini sudah menunjukkan pukul satu siang.

Kebetulan adalah waktu istirahat, dan banyak orang baru kembali setelah makan dari luar.

Kebetulan bertemu Hendi yang mengantar Sifa ke perusahaan "Lihat, bukankah itu Asisten Shen? Siapa pria itu, dia terlihat sangat tampan."

Sekelompok wanita yang suka menggosip berdiri di pintu sambil memandang Hendi dan Sifa.

Sifa keluar dari mobil dengan sedikit mengelak, tadi dia tidak pikir panjang ketika meminta Hendi untuk mengantarnya, melihat waktu saat ini, kebetulan adalah waktu istirahat, sepertinya perusahaan akan sembarangan menebar masalah tentang dirinya lagi.

Dia sendiri tidak mempermasalahkannya, hanya saja ini juga menarik Hendi masuk ke keadaan yang tidak baik.

Hendi juga mendengar suara gosip orang lain, dan melihat ekspresi tidak wajar di wajah Sifa, lalu berkata: "Tidak apa-apa, tidak perlu mempedulikannya."

Sifa memandang Hendi dan mengangguk, berbalik lalu berjalan menuju lift.

Laras kebetulan melihat situasi ini, lalu pergi menyusul untuk naik lift bersama Sifa.

"Kamu tidak datang pagi ini, apakah ada masalah, tadi aku lihat Hendi yang mengantarmu datang." Laras menoleh melihat Sifa dan bertanya.

Sifa menunduk, dan tidak tahu harus berkata apa.

Dalam sekejap Laras pun mengerti, sepertinya pikirannya itu benar, biasanya jika Sifa seperti ini, pasti ada perselisihan dan bertengkar dengan Decky.

Laras tidak banyak bertanya lagi, ketika dia tiba di lantainya, dia berjalan keluar dengan perlahan, lalu tersenyum dan berkata pada Sifa: "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."

Sifa tersenyum dengan wajahnya yang pucat dan mengangguk.

Ketika kembali ke kantornya, ada sebuah dokumen di atas meja, lalu Sifa membuka dokumen itu dan melihatnya.

Dengan senang menemukan bahwa hal-hal tentang Juna sebelumnya telah memiliki kemajuan.

Membuka dokumen dan melihatnya dengan penuh bersemangat: Anaknya Juna, Eza Lai telah ditemukan, anak itu hidup dan tinggal di daerah pedesaan terpencil di Jangli, tapi untungnya, orang tua angkat anak itu memperlakukan anak itu dengan sangat baik.

Anak itu telah dibawa kembali, Juna sekeluarga berkumpul kembali, dan proyek sedang berjalan secara aktif.

Sifa melihat tulisan di dokumen itu, hatinya sangat bersemangat, dan air mata terus mengalir di matanya, ternyata Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang gigih.

Penantian bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia, dan ponsel Sifa berdering tepat saat ini.

Sifa mengeluarkan ponsel, nomor yang ditampilkan di atasnya adalah nomor yang tidak dikenal, lalu Sifa pun mengangkatnya.

"Apakah ini Sifa Shen?" terdengar suara pria yang kasar.

Tapi Sifa langsung bereaksi, menjawab dengan sedikit bersemangat: "Ini aku, apakah ini Juna?"

Juna tersenyum jujur: "Ini aku, Nona Shen, terima kasih, aku menelepon untuk mengucapkan terima kasih secara langsung, kegigihanku selama bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia."

Juna sedikit tersedak, dan terus mengucapkan terima kasih kepada Sifa.

"Kegigihan selama bertahun-tahun, Tuhan akhirnya memberikan petunjuk, yang paling baik adalah anak bisa tumbuh sehat di dunia."

Sifa tersenyum ringan dan mulai menghibur.

"Benar, ketika aku bertemu anakku, dia langsung mengenaliku, tetapi selama bertahun-tahun, dia benar-benar lupa di mana rumahnya, lupa di mana rumah kami …."

Juna tersedak sampai tidak bisa berbicara, seorang pria dewasa yang terus menangis saat berbicara di telepon.

"Tidak apa-apa, semuanya akan berlalu, ketika anak itu bisa ditemukan, kalian memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menebusnya, dan hidup tetap harus berlanjut."

Setelah Sifa mengobrol singkat dengan Juna, lalu mereka pun mengakhiri panggilan.

Sifa tiba-tiba menjadi ceria, dan dokumen di tangannya saat ini terasa seperti buah kebahagiaannya Sifa.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu