Marriage Journey - Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
Sifa menundukkan kepala berbicara dengan bibi Wu, sesekali ia menundukkan kepalanya dan tersenyum, Sifa benar-benar memperlakukan Decky seperti angin lalu.
Decky masuk ke kamar, membanting pintu dengan keras, lalu melemparkan tasnya ke tempat tidur dengan marah. Apakah wanita ini benar-benar mengabaikan keberadaannya?
Decky mengendus dingin, duduk di tempat tidur, mendengarkan suara di luar.
Sifa mendengar suara pintu ditutup dengan keras di lantai atas dan merasakan kemarahan Decky.
Sifa tersenyum dingin, dia juga bisa marah?
Sifa menundukkan kepala, tidak fokus mendengarkan apa yang dikatakan bibi Wu.
Setelah Decky masuk, dia tidak pernah keluar lagi, ketika Sifa keluar, Decky sudah pergi.
Ketika Sifa pergi dia baru menyadarinya, orang-orang di perusahaan menunjuk dirinya, bahkan ada yang menggosipkannya.
Sifa tidak peduli, dia berjalan menuju kantornya, ketika membuka pintu dia menyadari ada seorang wanita anggun duduk di kantornya, mengenakan seragam dan melihat ke sekeliling kantornya.
Sifa sedikit tidak senang, dia berjalan ke meja, tidak ada ekspresi di wajahnya dan nadanya sedikit keras.
Wanita itu berdiri dan menatap Sifa, Sifa terkejut menganga lebar.
Bagaimana mungkin ada orang yang begitu mirip dengan Yuli, tatapan mata indahnya sangat mirip dengan Yuli saat itu.
Wanita itu berdiri, tersenyum kepada Sifa: “Asisten Sifa ya, Direktur Decky memintaku datang bekerja hari ini.”
Wanita itu langsung ke topik permasalahan, lalu mencagakkan tangannya di pinggang, menatap Sifa dari atas ke bawah.
Dia yang dibilang begitu luar biasa, tapi ketika melihat wanita ini seolah tidak seperti yang dikatakan orang-orang.
Sifa menganggukkan kepala, beraninya wanita ini berbicara seperti ini di dalam kantor, sekarang dia masih berada di kantor, apa yang dikatakannya kemungkinan benar.
Sifa menganggukkan kepala disertai senyuman di wajahnya, ada ledakan amarah mengalir ke kepalanya, Sifa berbalik pergi ke kantor Decky.
Sifa tidak mengetuk pintu dan langsung masuk begitu saja, lalu berdiri di samping meja Decky, tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya: “Apakah kamu yang memintanya datang ke kantorku?”
Perasaan tenang Decky tiba-tiba terputus, ia mengangkat kepalanya dengan tidak senang, lalu menatap Sifa dengan marah: “Kamu wanita liar ya, ibumu tidak pernah mengajarimu masuk ke kantor harus mengetuk pintu dulu?”
Sifa menundukkan kepala tersenyum menyeringai, menatap Decky dengan dingin: “Maaf Direktur Decky, jangan memaksa orang lain melakukan sesuatu yang tidak disukai.”
Kata-kata Sifa sangat agresif dan sikapnya sangat kasar.
Decky berdiri di hadapan Sifa, berkata dengan dingin: “Ini perusahaanku, aku ingin siapa yang datang bekerja, maka dia yang berada di sana.”
Sifa tersenyum tidak berdaya, berdiri di hadapan pria ini, ia pernah bermimpi bagaimana agar dirinya bisa tinggal di sisinya lebih lama.
Tapi sekarang, luka yang menumpuk membuatnya tidak mungkin untuk terus maju sekeras sebelumnya.
Sifa menundukkan kepala, mencabut kartu kerjanya dengan paksa, lalu meletakkannya di meja Decky: “Direktur Decky, di satu kantor hanya bisa ada satu asisten, aku tidak tahu latar belakangnya dan juga tidak tahu apakah dia sekompeten aku, tapi aku ingin kamu memilih diantara diriku dan dia, kamu akan memilih siapa?”
Sifa memaksanya dirinya tetap tenang, tatapannya menatap mata Decky, dia ingin menemukan jawaban Decky di matanya yang dingin.
Decky mengerutkan kening, wanita ini semakin lama semakin cuek, sekarang sedang mengancamnya agar tidak bisa mundur?
Decky tidak suka diancam orang lain, ia berbalik, mengambil kartu kerja Sifa, lalu melemparkannya ke lantai tanpa berpikir panjang.
“Sifa, kamu tidak lain hanya karyawan sementara, atas dasar apa kamu mendiskusikan masalah ini denganku?”
Sifa seperti dipukul seseorang, ia memejamkan matanya sambil menyeringai, tapi ini tidak ditujukan kepada siapa pun, melainkan pada dirinya.
Dia memberitahu dirinya, dia mencintai sebuah batu, tidak peduli bagaimana pun batu itu tidak bisa merasakan kehangatan cinta, tapi dia tetap ingin memberikan seluruh kehangatan tubuhnya padanya tanpa ragu.
Sifa menundukkan kepala, tersenyum menyeringai, tatapan binar di matanya telah menghilang: “Aku mengerti Direktur Decky.”
Sifa berbalik, berjalan keluar dan Decky mengendus tidak mengatakan apa-apa.
Baru saja keluar, Sifa tidak bisa menahan dirinya berlari ke toilet.
Air matanya mengalir deras seperti hujan, Sifa memegang dadanya sendiri, sakit sekali hati ini.
Dia tidak peduli dengan kantornya, hanya saja wanita itu benar-benar sangat mirip dengan Yuli, begitu ia melihatnya, semua kepercayaan dirinya runtuh dalam sekejap.
Dirinya berlari ke kantor Decky seperti orang gila, ia ingin Decky membuat pilihan, tidak disangka, akhir dari masalah ini sama seperti sebelumnya.
Sifa bersandar di dinding, merosot duduk di lantai, menggelengkan kepalanya tersenyum tidak berdaya.
Diska duduk di dalam kantor, ketika Sifa pergi ke kantor Decky, dia berdiri di depan pintu dan mendengar semua percakapan.
Siapa Sifa ini, beraninya melampiaskan amarah kepada Decky, dia tidak lain hanya sebuah bandut yang sudah bosan dimainkan Decky.
Hampir semua orang di kota ini tahu, Decky kaya dan tampan dan dirinya sudah terobsesi dengannya sejak kuliah.
Sekarang akhirnya dia memiliki kesempatan ini, ayahnya meminta bantuan orang lain membiarkan dirinya bertemu dengan Decky di sebuah jamuan makan.
Tadi malam dirinya bertemu dengan Decky yang mabuk di bar, Decky menyentuh wajahnya dengan linglung dan memanggil dirinya Yuli.
Diska tahu kesempatannya telah tiba dan malam itu juga dia memohon kepada ayahnya untuk mengatur dia datang ke sini, tidak disangka Decky tidak hanya tidak menolaknya, malah menyetujuinya dan mengatur sebuah jabatan wakil asisten untuknya.
Diska melihat sekeliling kantor, sebelum datang kemari ia sudah mencari tahu, rumor yang beredar di perusahaan mengatakan Sifa adalah simpanan Decky.
Satu-satunya musuh di sini adalah wanita bernama Sifa.
Diska berjalan ke pantry, membuat teh manis, merias wajahnya, lalu tersenyum menawan di cermin dan berjalan ke kantor Decky dengan membawa secangkir teh.
“Decky, aku menyeduhkan teh untukmu.” Diska menatap Decky dengan lembut, lalu meletakkannya dan berdiri di samping Decky.
Decky mengerutkan kening, melihat dokumen yang ada di tangannya, ketika mendengar suara lembut Diska, Decky mengangkat kepalanya dan menatapnya.
Dirinya benar-benar sangat lelah dan kebetulan membutuhkan segelas teh, ia menganggukkan kepala, berkata dengan santai: “Ini di perusahaan, panggil aku Direktur Decky.”
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaLelaki Greget
Rudy GoldDoctor Stranger
Kevin WongKisah Si Dewa Perang
Daron JayAir Mata Cinta
Bella CiaoPejuang Hati
Marry SuYou're My Savior
Shella NaviMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka