Marriage Journey - Bab 54 Wanita Pemberani
Ekspresi wajah Hendi terlihat sedikit tidak dapat dimengerti akan tetapi berubah dengan cepat, dia menatap Sifa dan berkata: “Sifa, bagaimanapun aku berharap kamu dapat baik-baik saja.”
Sifa mengangguk-anggukkan kepala, tidak tahu harus menjawab apa dan berjalan ke arah lain.
Dalam hatinya Sifa sangat jelas, dirinya saat ini tidak boleh menyeret Hendi, dia sangat jelas Decky adalah orang yang seperti apa.
Dia tidak suka dirinya berhubungan dengan orang lain, berharap seumur hidup hanya seorang diri, ini adalah jalan yang dipilih sendiri, tidak ada pilihan lain.
Sifa berjalan ke arah stasiun bus umum dengan hati-hati, Hendi mengatakan kalau dirinya tidak boleh olahraga berlebihan dan kecapekan.
Sekarang anaknya juga tidak termasuk sehat, tubuhnya sendiri saja belum dapat mendukung anaknya, tetapi sudah tidak dapat bertahan.
Sekarang hanya bisa bergantung kepada obat-obatan sederhana baru bisa meredakan sakit pada tubuhnya.
Sifa penuh dengan kekhawatiran, ia berdiri di halte bus menunggu kedatangan bus.
Wajah Hendi penuh dengan kekecewaan, dia tahu bahwa Sifa akan menolaknya tetapi dia tetap tidak tahan untuk menemaninya di saat seperti ini.
Apakah karena Decky sehingga ia menolak niat baiknya, atau karena…
Hendi tersenyum pahit, hatinya merasa sakit melihat punggung Sifa yang terlihat kurus dan lemah, dia menggeleng-gelengkan kepala dan berjalan ke arah garasi mobil.
Sifa naik ke bus dan duduk di salah satu kursi di bagian belakang, sambil melihat orang dan kendaraan di jalanan, pikirannya terasa kosong.
Orang-orang di dalam bus masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri, tidak ada yang memperhatikan satu sama lain.
Setiap orang yang hidup di dunia ini tidaklah mudah, menggunakan seluruh tenaga untuk hidup dengan baik.
Sifa tersenyum pahit, dunia ini kelihatan indah namun juga terasa kejam.
Orang yang menaiki bus di rute ini agak sedikit, bus terus berjalan mengantarkan setiap orang ke tempat tujuannya.
Sifa menundukkan kepala melihat ke arah serambi stasiun, tiba-tiba ia melihat sosok orang yang sangat mencolok.
Marsha berjalan menaiki bus, dengan terampil memasukkan koin dan ia tidak melihat Sifa yang sedang duduk di paling belakang.
Sifa tiba-tiba merasa bersemangat, setelah pertemuan terakhirnya dengan Marsha di perusahaan, ia tidak pernah bertemu dengannya lagi, wanita yang bernama Marsha ini adalah orang yang sangat terkenal di perusahaan.
Semua orang memiliki penilaian yang berbeda terhadapnya, akan tetapi kebanyakan meremehkan dan membicarakan keburukannya.
Sifa memiliki ketertarikan terhadap wanita cantik, wanita seperti apa dia sehingga bisa maju mundur dengan santai dalam lingkungan seperti itu.
Tanpa sadar Sifa duduk tegap, sorotan matanya dengan lekat menatap Marsha.
Marsha masih seperti dulu, namun sepertinya ia kelihatan lebih cantik lagi sekarang, mengenakan rok hitam ketat dan sepatu hak tinggi dengan rambut yang terurai di bahu.
Wajahnya tetap tersenyum seperti biasanya, bahkan dengan pakaiannya yang biasa juga tidak dapat menahan pancaran cahaya Marsha.
Pria yang berada di dalam bus semuanya menatap Marsha.
Marsha seperti tidak melihat kondisi sekitarnya dan duduk dengan tenang, ia menatap keluar tanpa ekspresi apapun.
Bus terus berjalan, banyak orang yang naik dan turun, Sifa masih dapat melihat Marsha yang duduk di depannya yang tidak tidak bergerak sama sekali.
Saat ini ada seorang wanita yang tampak sedikit panik membawa seorang anak kecil yang berumur sekitar dua atau tiga tahun dan melihat-lihat sekitarnya.
Dia berdiri di samping supir dan terus berteriak: “Pak supir, cepat jalan, cepat jalan!”
Tatapan setiap orang tertuju kepada wanita tersebut termasuk Marsha, dia menoleh dan melihat wanita tersebut dengan penuh tanda tanya.
Supir merasa bingung dan ingin bertanya, akan tetapi saat ini di serambi stasiun muncul beberapa pria yang sedang marah-marah sambil berjalan ke arah bus.
Saat wanita tersebut melihat pria itu, dia berteriak dan dengan segera berjalan ke arah dalam bus.
Wajah yang penuh pencegahan dan ketakutan, dia memeluk anaknya dengan erat dan bahunya terlihat sedikit gemetar.
Dengan cepat beberapa pria itu telah melihat wanita tersebut, dengan keras berteriak: “Dasar wanita bodoh, kemari kamu, cuma memarahimu beberapa kata saja kamu langsung membawa binatang itu untuk kabur? Lihat bagaimana aku memberimu pelajaran saat pulang nanti.”
Selesai berkata ia berjalan ke arah wanita itu, mengulurkan tangan menarik lengannya menuruni bus.
Wanita itu berteriak keras, dengan sekuat tenaga ingin melepaskan diri dari pria tersebut, ia menatap orang-orang di dalam bus dan meminta tolong: “Aku mohon kepada kalian, tolong aku.”
Pria tersebut kelihatan besar dan sedang mabuk.
Di dalam bus terdapat banyak pria namun mereka hanya menatap pria dan wanita tersebut tanpa berkata apa-apa, seperti berpikir bahwa masalah ini tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali.
Sorotan mata wanita yang tidak berdaya tersebut seperti menusuk mata Sifa, dia berdiri dan berjalan ke arah mereka, menyingkirkan kerumunan orang-orang yang sedang menyaksikan.
Saat Sifa baru mendekat, terdengar sebuah suara yang menawan.
Dengan ekspresi wajah yang tegas Marsha berdiri di antara pria dan wanita tersebut, dengan suara keras bertanya: “Maaf, apakah tadi kamu mengatakan ingin memukulnya?”
Marsha menatap pria tersebut dengan tatapan tajam, tingginya terlihat tidak beda jauh dari pria tersebut, akan tetapi karena badannya yang kurus, ia tetap terlihat lebih lemah darinya.
Akan tetapi dari suaranya tidak terdengar ada ketakutan sedikitpun, malah memberikan kesan berani dan tegas.
Pria tersebut tidak menduga kalau saat ini ada yang mencampuri urusan rumah tangganya.
Awalnya ia merasa sedikit kaget namun terakhir ia mulai tampak marah dan berteriak kepada Marsha : “Kamu siapa, apa hakmu mencampuri urusan rumah tanggaku, ikut aku pulang.”
Selesai berkata, dengan tangan yang bertenaga ia ingin menarik perempuan tersebut untuk pulang dengannya.
Akan tetapi Marsha tidak memberikannya kesempatan ini dan langsung menghadang di antara mereka: “Apakah kamu tidak melihat kalau dia tidak bersedia?”
Sifa yang berdiri di depan menatap semua gerak-gerik Marsha, dari semua yang dilihatnya, wanita ini tidak terlihat seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang.
Marsha dengan berani berdiri di depan pria tersebut, tangannya dengan erat memegangi tangan wanita tersebut, sambil mengangguk-anggukan kepala menenangkannya.
Orang-orang di dalam bus seperti berhenti bernapas, mereka bercucuran keringat melihat apa yang dilakukan oleh wanita cantik tersebut.
Pria itu kesal dan menghuyungkan tangannya, Marsha memegangi wanita tersebut mundur beberapa langkah.
“Kamu siapa, bajingan, urusanku kamu juga ingin ikut campur, apakah sudah tidak ingin hidup lagi?”
Pria itu berteriak kepada Marsha dengan marah, wajahnya juga terlihat sangat merah karena marah.
Beberapa pria yang berdiri di belakangnya berjalan ke arah pria tersebut, dengan raut wajah aneh menatap Marsha, seperti menunjukkan sebuah ancaman.
Semua orang di dalam bus seperti berhenti bernapas dan tidak berani bergerak, semua pria memalingkan wajahnya karena takut kalau masalah ini akan menyeret diri mereka.
Sifa tersenyum dingin, apa yang terjadi dengan dunia ini, apakah begitu sulit mengulurkan tangan untuk membantu orang lain?
Wanita itu akhirnya menangis dan berteriak: “Kamu jangan berharap, kamu ingin menjual anakku lagi dan ingin memukulku lagi.”
Setelah perkataannya itu, semua orang terkejut dan menatap pria tersebut dengan tatapan kaget.
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeCinta Yang Terlarang
MinnieLoving Handsome
Glen ValoraMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka