Marriage Journey - Bab 161 Kamu Coba Saja
Gustian sedang dibingungkan oleh masalah endorse hotel akhir-akhir ini, karena adalah sebuah hotel besar maka perusahaan merasa perlu untuk mencari orang untuk menjadi endorser, akan tetapi dirinya belum menemukan orang yang cocok.
Akan tetapi setelah bertemu dengan Sifa, di dalam hatinya ia sudah mempunyai pilihan yang tepat.
Temperamen Sifa yang dingin dan penampilannya yang sangat menarik langsung membuat Gustian merasa tertarik.
Saat Gustian sedang berpikir, ada panggilan masuk dari Decky yang membuat Gustian merasa sedikit terkejut.
Ia batuk kecil dan berkata: “Angin apa yang membuat direktur Leng meneleponku?”
Decky tahu bahwa Gustian adalah orang yang paling cepat dalam mendapatkan informasi, dia tidak berbasa-basi lagi dan langsung menyampaikan maksudnya: “Aku ingin kamu membantuku mencari sesuatu.”
Gustian bertanya sambil mengangkat alisnya: “Apa itu?”
“Keberadaan wanitaku sekarang, aku ingin segera mengetahuinya.”
Decky berkata dengan dingin.
Tiba-tiba Gustian tidak tahu harus menjawab apa, di komputernya terdapat sebuah pesan yang belum dilihatnya, saat ia membukanya ternyata itu adalah pesan dari Hendi.
Hendi memberitahunya bahwa ia telah membawa Sifa pulang dan meminta dia pulang lebih awal karena ada hal yang ingin dibicarakan.
Seketika Gustian tidak berbicara karena tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.
Decky mengerutkan alis dan bertanya dengan dingin: “Hei, kamu dengar gak?”
Gustian kembali fokus dan berkata dengan sedikit ragu: “Sebenarnya aku tahu dia ada dimana.”
Decky merasa terkejut dengan perkataan Gustian: “Kamu tahu? Dimana dia sekarang?”
Gustian mengangguk-anggukkan kepala dan berkata: “Dia ada di rumahku.”
Perkataan Gustian membuat Decky sangat terkejut, sejak kapan Sifa mempunyai hubungan yang baik dengan Gustian, mengapa bisa berada di rumahnya?
Decky berkata dengan dingin: “Aku akan sampai di rumahmu dalam waktu dua puluh menit.”
Selesai berkata ia langsung mematikan teleponnya dan menyetir mobil menuju ke rumah Gustian, Decky menyetir dengan sangat cepat.
Gustian dengan tidak berdaya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyetir mobil menuju rumahnya.
Gustian tiba lebih dulu daripada Decky, dengan sedikit panik dia mencari Hendi dan berkata: “Decky sudah datang.”
Sifa yang sedang berada di ruang tamu merasa sedikit panik: “Dia datang untuk mencariku.”
Hendi menatap Sifa dan berkata untuk menenangkannya: “Tidak usah gugup, aku tidak akan membiarkannya membawamu pergi.”
Gustian menarik Hendi dan berkata: “Berdasarkan status apa kamu melarangnya membawa Sifa, dia adalah istrinya.”
Perkataan Gustian membuat Hendi tidak tahu harus berkata apa.
Gustian melihat Hendi yang merasa kesulitan dan meneruskan perkataannya: “Tidak ada orang yang pernah menang melawan Decky dengan cara yang keras, nanti aku akan mengurusnya dan kamu jangan berkata apa-apa.”
Setelah selesai berkata, pengurus rumah dengan cepat berjalan masuk dan berkata kepada Gustian: “Tuan muda, Tuan Leng sudah datang.”
Tidak menunggu pengurus rumah berkata lagi, Decky sudah berjalan masuk dengan ekspresi seperti gunung es.
Gustian dengan cepat berjalan menghampirinya, dengan senyum tipis melihatnya dan berkata: “Sudah datang ya.”
Decky langsung melewati Gustian dan berjalan ke arah Sifa, sorotan matanya yang tajam melihat ke arah Hendi dan wajahnya terlihat sangat marah.
Decky menatap Sifa dengan lekat, tatapan matanya terlihat kacau dan terdapat perasaan di dalamnya.
Gustian berjalan menghampiri Decky dan berkata: “Pagi ini melihatnya seorang diri berjalan di jalanan bersalju sambil menarik koper, aku terpaksa membawanya ke rumahku.”
Decky mengangkat kepala melihat Hendi kemudian menundukkan kepala melihat Sifa dan berkata dengan dingin: “Pergi ambil barangmu, aku akan membawamu pulang.”
Hendi dengan cemas berjalan menghampiri Decky dan ingin mengatakan sesuatu namun dicegah oleh Gustian.
Sifa bangkit dari duduknya dan tidak berani membantah perkataan Decky kemudian ia berjalan ke kamar untuk mengambil kopernya.
Sambil tersenyum Gustian menjelaskan: “Kamu tidak salah paham padaku, kan? Aku hanya mengkhawatirkannya, jadi membiarkannya tinggal untuk sementara waktu.”
Decky mengulurkan tangan menarik Sifa dan berkata: “Terima kasih atas kebaikanmu terhadap wanitaku, tapi kamu juga mengetahui bahwa aku tidak terlalu suka orang lain mengambil barangku.”
Perkataan Decky yang tajam tertuju kepada Hendi.
Wajah Hendi menjadi pucat, ia mengabaikan larangan Gustian dan berjalan ke depan lalu berkata: “Aku juga ingin memberitahu direktur Leng, dulu aku sudah pernah mengatakan agar kamu bersikap baik terhadapnya, barang yang baik tentu saja akan disukai oleh orang-orang, lebih baik dijaga dengan ketat, jangan sampai orang lain memiliki kesempatan untuk merebutnya.”
Gustian mengulurkan tangan menutupi wajahnya dengan merasa tidak berdaya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Decky mengepal erat kedua tangannya, wajahnya terlihat sangat dingin dan seluruh tubuhnya seperti memancarkan aura membunuh.
Dia berjalan mendekati Hendi dan berkata dengan jelas: “Kamu coba saja.”
Sifa dengan jelas merasakan permusuhan antara Hendi dan Decky, dengan hati-hati ia menarik lengan Decky dan berkata: “Ayo pulang.”
Decky menunduk dan menatap Sifa, ia memutar badan dan menarik tangan Sifa dengan erat lalu berjalan keluar.
Gustian dan Hendi hanya dapat berdiri di ruang tamu melihat punggung mereka yang semakin menjauh.
Gustian memutar badan dan berkata kepada Hendi: “Aku sudah mengatakan kepadamu agar tidak menghadapi Decky dengan cara yang keras.”
Hendi melihat Gustian dan berkata: “Itu adalah wanita yang aku sukai, aku tidak peduli siapapun itu, melihat dia sedih aku juga merasa sedih, aku ingin melindunginya apapun konsekuensinya.”
Perkataan Hendi membuat Gustian terdiam, dirinya tidak berada di posisi Hendi, bagaimana bisa mengetahui apa yang dirasakannya juga tidak tahu harus bagaimana membujuknya.
Sifa dibawa oleh Decky ke dalam mobilnya, mereka tidak berbicara sehingga suasana menjadi sangat dingin.
Decky langsung menuju ke perumahan dan menarik koper Sifa.
Sifa mengikutinya sepanjang jalan dan dengan hati-hati memperhatikan raut wajah Decky.
Setelah masuk Decky langsung menarik Sifa menuju ke kamar.
Sifa merasa sangat terkejut, dengan cemas menatap Decky dan wajahnya penuh dengan kewaspadaan.
Decky menggenggam lengan Sifa dan menekan tubuhnya di atas ranjang, napasnya yang hangat terhembus di wajah Sifa.
Sifa memalingkan kepala untuk menghindari sorotan mata Decky yang membara.
Decky menjadi marah oleh sikap Sifa tersebut, dia mengulurkan tangan dengan sekuat tenaga memutar pipi Sifa agar bertatapan dengannya.
“Sudah melakukan hal memalukan apa sehingga tidak berani menatap mataku? Ha?” Seketika amarah Decky meledak.
Sifa merasa kesakitan karena perlakuan Decky dan berteriak: “Ah…kamu membuatku kesakitan..”
Sifa menggelengkan kepala untuk melawan, akan tetapi gerakan tangan Decky menjadi semakin bertenaga.
“Benarkah, apakah dia lebih lembut dariku? Coba kamu katakan bagaimana cara dia memperlakukanmu, aku bisa menirunya?”
Perkataan Decky penuh dengan sindiran yang membuat Sifa menjadi marah.
Apa maksud dari semua ini, jelas-jelas dia yang marah kepada dirinya, berteriak kepadanya dan membiarkannya pergi dari rumah, sekarang mengapa dia yang tidak puas.
Sifa melotot kepada Decky dengan air mata yang berlinang di wajahnya: “Kamu sudah gila ya, apa yang sudah aku lakukan sehingga kamu memperlakukanku seperti ini?”
Sifa berteriak kepada Decky.
Decky menatap Sifa dengan lekat lalu berkata sambil mencibir: “Iya, bagaimana kamu bisa tahu, kamu cuma bisa menggoda pria-pria liar itu!”
Perkataan Decky membuat amarah Sifa meledak: “Apa yang kamu katakan!”
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniHei Gadis jangan Lari
SandrakoCinta Yang Dalam
Kim YongyiLove at First Sight
Laura VanessaThe Revival of the King
ShintaLelaki Greget
Rudy GoldMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka