Marriage Journey - Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
Decky mengerut alis dan menatap Laras dengan tatapan tidak senang, bagaimanapun waktu kedatangan Laras benar-benar tepat sekali.
Decky mengangkat alis dan berjalan ke hadapan Laras, lalu berkata dengan nada bermain: "Kamu benar-benar hebat memilih waktu ya?”
Laras tentu saja mengerti dengan maksud pembicaraan Decky, sehingga sedikit menggerakkan pundak dan berkata: "Kakek Leng suruh kita pulang, aku juga tidak berani menunda.”
Decky tidak berbicara lagi, dia mengambil jaket dan berjalan ke arah luar.
Sifa tidak muncul di ruangan Decky lagi hingga waktu sebelum pulang kerja, apabila memikirkan kejadian di dalam ruangan, wajahnya merah merona lagi.
Sifa pulang ke rumah, saat ini bibi Wu telah selesai memasak. Setelah makan sejenak, perut Sifa terasa mual lagi.
Sifa menutupi mulut sendiri dan berlari ke arah kamar mandi, bibi Wu memperhatikan di belakangnya dengan reaksi cemas.
Sifa berjongkok di hadapan kloset dan sepertinya telah memuntahkan semua makanannya pada semalam.
Saat ini mulutnya terasa pahit, bagian perutnya tetap saja terasa sakit, air mata masih melekat di sudut mata Sifa, bagian dadanya terus bergerakan karena nafas yang terengah-engah.
Dalam waktu dekat ini dia semakin sering muntah, Sifa mengelus perut sendiri, lalu mengeluarkan ponsel dan menghubungi Hendi.
Muntahan Sifa bahkan mengandung darah, sudut bibir Sifa masih ada jejak darah yang melekat.
Sifa sangat khawatir, dia menelepon Hendi dengan hati yang tidak tenang, namun ponsel Hendi tetap saja berada di dalam kondisi tidak aktif.
Sifa mengerut alis, wajahnya sangat pucat dan lemah, setelah itu dia berdiri dengan langkah yang terhuyung.
Bibi Wu melihat Sifa keluar dari toilet, sehingga langsung menghampirinya dan berkata: "Nona, kamu kenapa?”
Sifa melambaikan tangan: "Tidak apa-apa bibi Wu, hanya mual karena hamil.”
Sifa berjalan ke arah sofa dan berbaring dengan tubuh yang lemah, dia memejamkan kedua matanya, tangannya terus menekan pada bagian lambungnya.
Sifa benar-benar tidak sanggup menahan rasa kram yang terus berlanjut di perutnya, sehingga mengerut alis dengan penuh kesengsaraan.
Bibi Wu melihat Sifa yang begitu sengsara, sehingga buru-buru menuangkan air hangat untuknya, agar air hangat tersebut dapat meredakan rasa kesakitan pada tubuh Sifa.
Sifa meringkuk di sofa dan tidak bertenaga sama sekali, keringatnya terus menetes dari bagian dahinya.
Pada saat ini Sifa hanya merasa ada sesuatu yang sedang menimpa bagian dadanya, setelah batuk dengan kuat, darah yang merah langsung memuncrat dari mulutnya.
Sifa menahan bagian dadanya dan terus mengambil nafas, namun bagaimanapun dia tetap saja tidak dapat meredakan nafasnya, nafasnya seolah-olahnya menjadi semakin menyesakkan.
Sifa mengeluarkan ponsel dari tasnya dengan tangan yang gemetar, bayangan pertama yang muncul di dalam otak pemikirannya adalah Decky, namun saat ini dia tidak dapat memberitahukan penyakitnya kepada Decky.
Sifa menghubungi ponsel Hendi untuk kedua kalinya, namun tetap saja tidak ada yang mengangkat teleponnya.
Kedua mata Sifa sudah tidak sanggup membaca tulisan di layar ponsel lagi, kesadarannya sudah semakin memudar, dia tidak dapat memberitahukan hal ini kepada Decky, sementara Hendi juga tidak mengangkat teleponnya.
Sifa tiba-tiba menemukan nomor ponsel Laras dari ponselnya, oleh sebab itu dia menghubungi Laras dengan mempertahankan harapan terakhirnya.
Saat ini Decky dan Laras telah tiba di keluarga Leng, halaman yang luas ini sepertinya tidak terlalu banyak orang, keadaannya juga terkesan sepi dan sunyi.
Decky tidak menyukai rumah tersebut, sejak ibunya meninggalkannya, dia tidak pernah berkesan baik terhadap bangunan tersebut lagi.
Decky melangkah cepat ke ruang tamu dan melihat Braham yang duduk di sana, Decky menghampiri dengan tanpa wajah yang tidak berekspresi.
Ponsel Laras terus bergetar, siapakah yang akan menelepon dirinya pada waktu seperti ini?
Laras mengeluarkan ponselnya dan melirik sekilas, nama yang tertera di layar adalah Sifa, hal ini membuat Laras merasa panik dalam seketika.
Kakek Leng berdiri sambil tersenyum dengan wajah yang ramah, lalu menatap Decky dan Laras sambil berkata: "Di waktu seperti ini memanggil kalian memang terlalu mendadak, duduklah.”
Decky menjawab dengan nada datar: "Kakek, ada apa sampai memanggil aku dan Laras ke sini?”
Decky menjawab dengan terus terang dan tanpa ragu.
Laras menggenggam ponselnya dengan erat, saat ini dia sama sekali tidak bisa konsentrasi dengan pembicaraan kakek Leng lagi.
Laras mengumpulkan keberaniannya secara tiba-tiba, dia berdiri dan membungkuk pinggang terhadap kakek Leng, setelah itu meminta maaf padanya: "Maaf kakek, aku ada sedikit perlu, jadi pulang dulu.”
Pada saat Decky dan Braham masih belum menyadari kembali, Laras sudah langsung beranjak keluar.
Setelah keluar dari rumah, Laras langsung menekan tombol menerima panggilan, suaranya membawa sedikit jejak panik, Sifa tidak pernah mencari dirinya pada waktu seperti ini, kecuali memang ada urusan penting yang tidak dapat diselesaikan dirinya.
Apabila memikirkan kejadian penculikan yang terjadi pada Sifa, dalam hati Laras merasa sangat takut.
“Halo, kenapa?” Dalam hati Laras mulai panik dengan tanpa sebab.
Sifa hampir kehilangan kesadaran dan meringkuk di atas sofa, akhirnya ada yang mengangkat teleponnya.
Sifa merasa senang dan bersyukur, setelah itu mulai berkata dengan suara yang serak dan terputus-putus: "Laras …. Boleh …. membantu aku?”
Laras sangat kaget, ternyata Sifa memang terjadi sesuatu, Laras langsung beranjak ke tempat parkir dan bertanya dengan nada tinggi: "Kamu jangan panik, kamu di mana? Aku langsung ke sana.”
Pada sepanjang jalan Laras terus menerobos lampu merah, dia menginjak gas untuk meningkatkan kecepatannya, namun rasanya tetap saja sangat lambat.
Dalam hati Laras terus berdoa, semoga Sifa jangan terjadi sesuatu.
Pada saat Laras tiba di tempat, Sifa sudah pingsan, bibi di rumah sedang berdiri di sisi Sifa dengan tubuh yang terus gemetar.
Laras menerobos masuk dan menjerit nama Sifa dengan sekuatnya: "Sifa!”
Namun Sifa sama sekali tidak bereaksi apapun, Laras tidak sempat banyak menjelaskannya lagi, dia memeluk Laras dan langsung berangkat ke rumah sakit.
Laras sedikit membuka matanya, ada rasa sakit yang menyebar dari punggung telapak tangannya, dia berusaha untuk bangun dan duduk.
Namun pada saat ini dia sama sekali tidak dapat bergerak, wajahnya yang pucat penuh dengan jejak sengsara, dia sama sekali tidak bertenaga lagi, Laras yang berdiri di samping langsung menyadari Sifa yang telah sadar diri, sehingga wajahnya langsung menampakkan senyuman lega.
“Kamu sudah sadar ya? Bagaimana keadaannya?” Nada bicara Laras penuh dengan kesan perhatian.
Sifa menggeleng kepalanya yang sedikit pusing, lalu menjawab dengan suara yang ringan: "Sudah lumayan, Laras, terima kasih ya untuk masalah malam ini !”
Mata Sifa penuh dengan tatapan ketulusan, dia berusaha memperlihatkan sebuah senyuman.
Dalam hati Laras terasa sedih, pada saat dirinya tiba di tempat, mulut Sifa sudah penuh dengan jejak darah, bahkan wajahnya juga sangat pucat.
Laras menarik sudut bibir dan melambaikan tangannya: "Hanya masalah kecil saja !”
Saat ini dokter berjalan masuk, sebelumnya suster telah menyuntikkan obat mereda nyeri kepada Sifa, oleh sebab itu Sifa masih merasa sedikit pusing dan tidak terlalu sadar.
Dokter memanggil Laras dengan suara ringan, lalu berkata dengan nada simpati: "Anak muda, aku sudah melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap anak itu, ada beberapa hal penting, sepertinya aku mesti kasih tahu kamu.”
Laras mengerut alis dan sedikit mengangguk kepalanya.
Dokter melirik Sifa yang berbaring di atas kasur: "Dia sudah hamil, tetapi apakah kamu tahu? Dia juga sedang sakit, dia mengidap kanker lambung stadium terakhir.”
Setelah itu Laras bagaikan disambar petir, dia melotot bulat kedua matanya untuk menatap dokter, wajahnya penuh dengan reaksi enggan percaya.
“Penyakit apa? Kanker lambung? Ada salah tidak?” Mata Laras memerah dalam seketika, dia membentak kepada dokter dengan emosional yang sedikit kehilangan kendali.
Dokter sudah sering menghadapi keadaan ketika anggota keluarga pasien tidak dapat menerima kenyataan yang terjadi.
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanSuami Misterius
LauraCinta Yang Dalam
Kim YongyiMy Only One
Alice SongMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka