Marriage Journey - Bab 213 Penyebaran Sel Kanker

“Keadaan sekarang masih belum pasti, sebenarnya untuk pemulihan pasien kanker stadium terakhir, sebagian besarnya tergantung pada pasien sendiri …..”

Setelah selesai mengatakan semua ini, dokter tidak lanjut berbicara lagi.

Dari bahasa dokter pada barusan, Hendi dapat merasakan kalau dokter tersebut sedang memberitahukan dirinya bahwa seandainya suasana hati Sifa dapat semangat kembali atau jangan mengalami tekanan batin maupun hal-hal yang mempengaruhi emosional hatinya, mungkin saja gejala dirinya akan membaik.

“Seandainya demikian, apakah Sifa masih perlu menggunakan obat lainnya ? Bagaimanapun saat ini anaknya sudah tidak berada di dalam perutnya lagi.”

Hendi tiba-tiba berpikir tentang masalah ini, sebelumnya dikarenakan Sifa masih dalam keadaan hamil, sehingga dilarang menggunakan berbagai obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun saat ini dia telah melahirkan anaknya, oleh sebab itu sepertinya sudah boleh menggunakan berbagai obat tertentu lagi.

Setelah mendengar usulan dari Hendi, dokter hanya menggeleng kepala di samping.

“Saat ini pasien sudah berada di masa terakhir, meskipun sudah menggunakan obatnya, mungkin saja sudah tidak terlalu berkhasiat lagi.”

Dokter sepertinya sedang merenungkan sesuatu ketika mengatakan hal tersebut, Hendi dapat merasa bahwa dokter juga tidak menginginkan hasil seperti ini.

“Dokter, aku tahu kamu pasti ada solusi yang lain, sekarang perkembangan ilmu kedokteran sudah begitu modern, tolong mempertahankan nyawanya.”

Hendi mulai memohon lagi.

Dokter mengangguk dengan perlahan-lahan, meskipun dia sedang mengangguk kepala, namun kesannya tetap saja sangat negatif, namun Hendi sudah sangat bersyukur ketika melihat respons dari dokter.

Setelah mereka berdua selesai membahas, dokter memesan kepada Hendi untuk merawat Sifa dengan baik, setelah sadar Sifa mesti menjalankan pemeriksaan untuk seluruh tubuh, agar dapat memastikan perkembangan penyebaran sel kanker yang berada di dalam tubuhnya.

Hendi melangkah kakinya dengan hati yang murung dan kembali ke kamar pasien.

Sifa berbaring di atas kasur dengan wajah yang pucat dan tubuh yang lemah, saat ini Sifa baru saja selesai melahirkan, ditambah lagi mengidap kanker stadium terakhir, sehingga hati Hendi merasa sangat sengsara.

Hendi berpikir kembali tentang adegan perkenalan antara dirinya Sifa, saat itu Sifa masih begitu ceria dan sehat, Hendi sama sekali tidak pernah menyangka pada sekian tahun berlalu, mereka bahkan harus menghadapi keadaan seperti ini …..

Hendi tidak dapat melampiaskan rasa kebencian di dalam hatinya, dia merasa semua keadaan pada saat ini semuanya dikarenakan Decky.

Apabila pada saat itu Decky tidak menyiksa Sifa, mungkin saja Sifa tidak akan mengidap penyakit seperti ini. Lagi pula demi melahirkan anak Sifa bersama Decky, Sifa bahkan sudah mengalami berbagai jenis kesengsaraan.

Seandainya bukan karena hamil dan tidak boleh mengonsumsi obat penyembuhan kanker, Sifa mana mungkin menghadapi kesengsaraan saat ini, tubuhnya mana mungkin mengalami keadaan yang begitu berbahaya.

Hendi semakin emosi apabila memikirkan hal ini, dia keluar dari kamar pasien dengan gerakan ringan, kemudian menghubungi sebuah nomor ponsel dalam negeri.

Dia ingin memanfaatkan semua kekuasaan di perusahaannya untuk melawan Decky.

Meskipun kekuasaan dan bisnis keluarga Decky sudah sangat besar, namun keluarga Hendi juga tidak kalah bersaing dengan dirinya. Dia merasa ini adalah cara satu-satunya untuk membalas dendam terhadap Decky, bahkan termasuk cara untuk membela kebenaran Sifa.

Setelah teleponnya tersambung, Hendi memesan asistennya secara rahasia, dia meminta asistennya untuk menekan semua bisnis di perusahaan Decky dengan mengabaikan segala risiko.

“Menggunakan harga terendah untuk bersaing dengan semua perusahaan, agar semua bisnis perusahaan Decky tidak dapat terus berkembang lagi.”

Pada saat asisten Hendi mendengar perintah atasannya, dia tidak menyetujui cara kerja Hendi. Namun pada sisi lain dia juga mengerti, semua perintah yang dilontarkan oleh Hendi sudah tidak bakal berubah lagi.

“Direktur Shen, kamu yakin mau melakukan hal ini ? Aku ingin memastikan lagi padamu, seharusnya kamu tahu juga, apabila menurunkan harga, kita akan mengalami kerugian yang sangat besar ….”

Hendi diam-diam mendengar nasihat dari asistennya, sebenarnya dirinya juga mengerti demikian.

Namun apabila melihat Sifa yang masih berbaring di atas kasur dan masih belum sadar, dia merasa dirinya sudah tidak memiliki cara lainnya untuk menekan Decky, lagi pula cara tersebut adalah jalan yang paling cepat.

“Iya ! Aku sudah selesai berpikir, kamu menjalankan sesuai perintahku saja, oh ya, mengenai pameran Sifa, kamu harus mencari solusi untuk membuka kembali, tidak boleh membiarkan orang itu mencapai tujuannya.”

Setelah selesai memerintah, Hendi langsung memutuskan sambungan telepon asisten.

Bagaimanapun dia mesti bertarung dengan Decky hingga akhirnya.

Seandainya bukan Decky yang menghalangi acara pemeran Sifa, saat ini acara pameran tersebut pasti sudah heboh di dalam negeri.

Seandainya acara pemeran Sifa dapat berjalan dengan lancar, mungkin saja Sifa tidak akan mengalami tekanan batin yang memperburuk keadaannya.

Hendi semakin merasa tekanan tersebut yang mempengaruhi keadaan Sifa, sehingga pada akhirnya malah terjadi masalah di rumah sakit, semua keadaan buruk pada saat ini hanya dikarenakan Decky.

Seandainya bukan karena Decky yang sengaja berkunjung ke Amerika dan mencari masalah, mana mungkin terjadi keadaan demikian. Bagaimanapun Sifa pasti sanggup bertahan hingga masa kehamilan dan melahirkan anaknya dengan selamat.

Pada saat Hendi sedang merenungkan berbagai hal tersebut, tiba-tiba dia melihat jejak kesadaran Sifa melalui jendela.

Oleh sebab itu Hendi buru-buru masuk ke dalam kamar pasien. Dia menyadari jari tangan Sifa yang sedang bergerak dengan perlahan-lahan, seiring dengan pergerakan jari tangannya, kedua mata Sifa juga terbuka dengan perlahan-lahan ….

Hendi yang melihat demikian juga merasa panik.

Dia buru-buru menghampiri Sifa dan memanggil nama Sifa dengan nada ringan.

“Sifa, dapat mendengar suaraku ? Aku Hendi ....”

Sifa yang masih merasa sedikit pusing dapat merasakan keberadaan Hendi di sisinya dan juga suara Hendi yang sedang memanggil namanya dengan nada lembut dan ringan.

Sifa mengangguk dengan perlahan-lahan untuk merespons pertanyaan Hendi.

Namun dia merasa saat ini tubuhnya sama sekali tidak bertenaga.

Hendi melihat Sifa yang telah mengangguk dan merespons dirinya, dia buru-buru menggenggam kedua tangan Sifa dan berbicara dengannya.

“Sifa, kamu sekarang jangan berbicara dulu, tubuhmu masih sangat lemah, aku panggil dokter dulu.”

Setelah itu Hendi langsung lari ke depan pintu, kemudian menjerit nama dokter dan suster dengan suara yang kuat.

Tidak lama kemudian dokter masuk ke dalam kamar pasien dan memperhatikan Sifa yang telah sadar, akhirnya wajah dokter memperlihatkan sebuah senyuman.

Meskipun Hendi tidak mengerti maksud dari senyuman tersebut, namun dia merasa senyuman tersebut pasti mengandung tanda-tanda positif.

Setelah itu dokter dan suster mulai melakukan pemeriksaan total terhadap Sifa.

Hendi memperhatikan dokter dan suster yang sedang mengeluarkan Sifa dari kamar pasien, kemudian terus mengikuti di belakang Sifa.

Hendi meraih tangan Sifa dengan erat, sambil berjalan sambil menghiburnya.

“Sifa, tidak perlu takut, sekarang bayi sangat sehat, sebentar lagi aku memeluk dia datang menjengukmu, kamu harus mendengar kata-kata dokter dan menjalankan pemeriksaan, selanjutnya kita harus mengikuti prosedur pengobatan ….”

Sifa tetap berbaring di atas kasur operasi, akan tetapi dia dapat mendengar dengan jelas mengenai pesan Hendi pada barusan.

Namun Sifa merasa tubuhnya tetap saja sangat lemas, seiring dengan tandu yang terus menuju ke depan, Sifa dapat melihat dengan jelas pada warna plafon yang berada di rumah sakit.

Sifa merasa sepertinya dirinya telah melewati masa yang paling sulit, apabila berpikir kembali pada proses ketika dirinya masih berbaring di atas kasur operasi dan menjalankan operasi sesar, saat itu Sifa merasa dirinya bahkan sudah hampir meninggalkan dunia ini.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu