Marriage Journey - Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
“Keadaan sekarang masih belum pasti, sebenarnya untuk pemulihan pasien kanker stadium terakhir, sebagian besarnya tergantung pada pasien sendiri …..”
Setelah selesai mengatakan semua ini, dokter tidak lanjut berbicara lagi.
Dari bahasa dokter pada barusan, Hendi dapat merasakan kalau dokter tersebut sedang memberitahukan dirinya bahwa seandainya suasana hati Sifa dapat semangat kembali atau jangan mengalami tekanan batin maupun hal-hal yang mempengaruhi emosional hatinya, mungkin saja gejala dirinya akan membaik.
“Seandainya demikian, apakah Sifa masih perlu menggunakan obat lainnya ? Bagaimanapun saat ini anaknya sudah tidak berada di dalam perutnya lagi.”
Hendi tiba-tiba berpikir tentang masalah ini, sebelumnya dikarenakan Sifa masih dalam keadaan hamil, sehingga dilarang menggunakan berbagai obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun saat ini dia telah melahirkan anaknya, oleh sebab itu sepertinya sudah boleh menggunakan berbagai obat tertentu lagi.
Setelah mendengar usulan dari Hendi, dokter hanya menggeleng kepala di samping.
“Saat ini pasien sudah berada di masa terakhir, meskipun sudah menggunakan obatnya, mungkin saja sudah tidak terlalu berkhasiat lagi.”
Dokter sepertinya sedang merenungkan sesuatu ketika mengatakan hal tersebut, Hendi dapat merasa bahwa dokter juga tidak menginginkan hasil seperti ini.
“Dokter, aku tahu kamu pasti ada solusi yang lain, sekarang perkembangan ilmu kedokteran sudah begitu modern, tolong mempertahankan nyawanya.”
Hendi mulai memohon lagi.
Dokter mengangguk dengan perlahan-lahan, meskipun dia sedang mengangguk kepala, namun kesannya tetap saja sangat negatif, namun Hendi sudah sangat bersyukur ketika melihat respons dari dokter.
Setelah mereka berdua selesai membahas, dokter memesan kepada Hendi untuk merawat Sifa dengan baik, setelah sadar Sifa mesti menjalankan pemeriksaan untuk seluruh tubuh, agar dapat memastikan perkembangan penyebaran sel kanker yang berada di dalam tubuhnya.
Hendi melangkah kakinya dengan hati yang murung dan kembali ke kamar pasien.
Sifa berbaring di atas kasur dengan wajah yang pucat dan tubuh yang lemah, saat ini Sifa baru saja selesai melahirkan, ditambah lagi mengidap kanker stadium terakhir, sehingga hati Hendi merasa sangat sengsara.
Hendi berpikir kembali tentang adegan perkenalan antara dirinya Sifa, saat itu Sifa masih begitu ceria dan sehat, Hendi sama sekali tidak pernah menyangka pada sekian tahun berlalu, mereka bahkan harus menghadapi keadaan seperti ini …..
Hendi tidak dapat melampiaskan rasa kebencian di dalam hatinya, dia merasa semua keadaan pada saat ini semuanya dikarenakan Decky.
Apabila pada saat itu Decky tidak menyiksa Sifa, mungkin saja Sifa tidak akan mengidap penyakit seperti ini. Lagi pula demi melahirkan anak Sifa bersama Decky, Sifa bahkan sudah mengalami berbagai jenis kesengsaraan.
Seandainya bukan karena hamil dan tidak boleh mengonsumsi obat penyembuhan kanker, Sifa mana mungkin menghadapi kesengsaraan saat ini, tubuhnya mana mungkin mengalami keadaan yang begitu berbahaya.
Hendi semakin emosi apabila memikirkan hal ini, dia keluar dari kamar pasien dengan gerakan ringan, kemudian menghubungi sebuah nomor ponsel dalam negeri.
Dia ingin memanfaatkan semua kekuasaan di perusahaannya untuk melawan Decky.
Meskipun kekuasaan dan bisnis keluarga Decky sudah sangat besar, namun keluarga Hendi juga tidak kalah bersaing dengan dirinya. Dia merasa ini adalah cara satu-satunya untuk membalas dendam terhadap Decky, bahkan termasuk cara untuk membela kebenaran Sifa.
Setelah teleponnya tersambung, Hendi memesan asistennya secara rahasia, dia meminta asistennya untuk menekan semua bisnis di perusahaan Decky dengan mengabaikan segala risiko.
“Menggunakan harga terendah untuk bersaing dengan semua perusahaan, agar semua bisnis perusahaan Decky tidak dapat terus berkembang lagi.”
Pada saat asisten Hendi mendengar perintah atasannya, dia tidak menyetujui cara kerja Hendi. Namun pada sisi lain dia juga mengerti, semua perintah yang dilontarkan oleh Hendi sudah tidak bakal berubah lagi.
“Direktur Shen, kamu yakin mau melakukan hal ini ? Aku ingin memastikan lagi padamu, seharusnya kamu tahu juga, apabila menurunkan harga, kita akan mengalami kerugian yang sangat besar ….”
Hendi diam-diam mendengar nasihat dari asistennya, sebenarnya dirinya juga mengerti demikian.
Namun apabila melihat Sifa yang masih berbaring di atas kasur dan masih belum sadar, dia merasa dirinya sudah tidak memiliki cara lainnya untuk menekan Decky, lagi pula cara tersebut adalah jalan yang paling cepat.
“Iya ! Aku sudah selesai berpikir, kamu menjalankan sesuai perintahku saja, oh ya, mengenai pameran Sifa, kamu harus mencari solusi untuk membuka kembali, tidak boleh membiarkan orang itu mencapai tujuannya.”
Setelah selesai memerintah, Hendi langsung memutuskan sambungan telepon asisten.
Bagaimanapun dia mesti bertarung dengan Decky hingga akhirnya.
Seandainya bukan Decky yang menghalangi acara pemeran Sifa, saat ini acara pameran tersebut pasti sudah heboh di dalam negeri.
Seandainya acara pemeran Sifa dapat berjalan dengan lancar, mungkin saja Sifa tidak akan mengalami tekanan batin yang memperburuk keadaannya.
Hendi semakin merasa tekanan tersebut yang mempengaruhi keadaan Sifa, sehingga pada akhirnya malah terjadi masalah di rumah sakit, semua keadaan buruk pada saat ini hanya dikarenakan Decky.
Seandainya bukan karena Decky yang sengaja berkunjung ke Amerika dan mencari masalah, mana mungkin terjadi keadaan demikian. Bagaimanapun Sifa pasti sanggup bertahan hingga masa kehamilan dan melahirkan anaknya dengan selamat.
Pada saat Hendi sedang merenungkan berbagai hal tersebut, tiba-tiba dia melihat jejak kesadaran Sifa melalui jendela.
Oleh sebab itu Hendi buru-buru masuk ke dalam kamar pasien. Dia menyadari jari tangan Sifa yang sedang bergerak dengan perlahan-lahan, seiring dengan pergerakan jari tangannya, kedua mata Sifa juga terbuka dengan perlahan-lahan ….
Hendi yang melihat demikian juga merasa panik.
Dia buru-buru menghampiri Sifa dan memanggil nama Sifa dengan nada ringan.
“Sifa, dapat mendengar suaraku ? Aku Hendi ....”
Sifa yang masih merasa sedikit pusing dapat merasakan keberadaan Hendi di sisinya dan juga suara Hendi yang sedang memanggil namanya dengan nada lembut dan ringan.
Sifa mengangguk dengan perlahan-lahan untuk merespons pertanyaan Hendi.
Namun dia merasa saat ini tubuhnya sama sekali tidak bertenaga.
Hendi melihat Sifa yang telah mengangguk dan merespons dirinya, dia buru-buru menggenggam kedua tangan Sifa dan berbicara dengannya.
“Sifa, kamu sekarang jangan berbicara dulu, tubuhmu masih sangat lemah, aku panggil dokter dulu.”
Setelah itu Hendi langsung lari ke depan pintu, kemudian menjerit nama dokter dan suster dengan suara yang kuat.
Tidak lama kemudian dokter masuk ke dalam kamar pasien dan memperhatikan Sifa yang telah sadar, akhirnya wajah dokter memperlihatkan sebuah senyuman.
Meskipun Hendi tidak mengerti maksud dari senyuman tersebut, namun dia merasa senyuman tersebut pasti mengandung tanda-tanda positif.
Setelah itu dokter dan suster mulai melakukan pemeriksaan total terhadap Sifa.
Hendi memperhatikan dokter dan suster yang sedang mengeluarkan Sifa dari kamar pasien, kemudian terus mengikuti di belakang Sifa.
Hendi meraih tangan Sifa dengan erat, sambil berjalan sambil menghiburnya.
“Sifa, tidak perlu takut, sekarang bayi sangat sehat, sebentar lagi aku memeluk dia datang menjengukmu, kamu harus mendengar kata-kata dokter dan menjalankan pemeriksaan, selanjutnya kita harus mengikuti prosedur pengobatan ….”
Sifa tetap berbaring di atas kasur operasi, akan tetapi dia dapat mendengar dengan jelas mengenai pesan Hendi pada barusan.
Namun Sifa merasa tubuhnya tetap saja sangat lemas, seiring dengan tandu yang terus menuju ke depan, Sifa dapat melihat dengan jelas pada warna plafon yang berada di rumah sakit.
Sifa merasa sepertinya dirinya telah melewati masa yang paling sulit, apabila berpikir kembali pada proses ketika dirinya masih berbaring di atas kasur operasi dan menjalankan operasi sesar, saat itu Sifa merasa dirinya bahkan sudah hampir meninggalkan dunia ini.
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriUnplanned Marriage
MargeryTen Years
VivianMy Superhero
JessiMenaklukkan Suami CEO
Red MapleIstri Pengkhianat
SubardiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka