Marriage Journey - Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
Decky menatap Sifa yang tersenyum itu di layar, dan seketika hatinya langsung terasa lega.
Yang terpenting dirinya bisa melihat dia tersenyum, sebelumnya dia meminta bantuan padanya untuk menemukan anak itu.
Dia mempercayakan banyak orang untuk mengurusnya, tapi saat itu sepertinya tidak ada kabar sama sekali, tetapi dalam beberapa hari yang lalu dikirim sebuah kabar.
Dia menahan diri untuk tidak memberitahunya, dan ingin membawanya pergi untuk melihat ketika anak itu telah ditemukan.
Tetapi dia tidak menyangka hal ini akan menjadi satu-satunya penawar untuk menyenangkannya saat ini.
Dia sendiri tahu bahwa dia sangat ingin membantu anak itu dan keluarga itu, jadi dirinya juga ikut sangat peduli.
Decky melihat senyuman di mulut Sifa yang tidak ingin menghilang untuk waktu yang lama, dan akhirnya secercah senyuman muncul di wajahnya yang dingin.
Decky tidak memberikan banyak pekerjaan untuk Sifa, hanya memeriksa dokumen dan mengatur waktunya saja.
Setelah Sifa menyelesaikan pekerjaannya, dia duduk di kantor dengan santai, lalu melamun dengan kedua tangan menahan di belakang kepala.
Decky sengaja menyerahkan segala urusan kepada Linda, mencoba memberi Sifa ruang untuk dirinya sendiri, bagaimanapun dia sekarang sudah hamil lebih dari enam bulan.
Sifa tidak tahan dengan kesantaian ini, lalu dengan perlahan berjalan keluar, melihat pintu kantor Decky yang tertutup rapat, pada saat ini, dia biasanya meminta dirinya untuk membuatkannya teh.
Tapi dia tidak melakukannya, apakah dia tidak ingin melihat dirinya atau sengaja menghindarinya?
Sifa menggelengkan kepalanya tak berdaya, tidak membiarkan dirinya untuk berpikir terlalu banyak, lalu mengambil gelasnya dan berjalan menuju pantry.
Kebetulan kali ini adalah waktu istirahat, dan ada banyak orang di pantry.
Kak Fey yang dulu pernah berdebat dengannya dan selalu tidak pernah menyukainya, sedang berdiri dengan sekelompok orang dan mendiskusikan perhiasan.
Wajah yang penuh dengan daging seperti ingin memecahkan bola matanya, dan tubuh yang tampak sangat gemuk.
Sifa hanya memandang mereka sekilas saja, lalu melewati mereka dan berjalan ke arah bar minum.
Kak Fey memandang Sifa dan mendengus dingin: "Ehh, bukankah ini Asisten Shen yang terkenal itu, melihat wajahmu yang merah merona, apa kamu telah menggoda pria tampan lain?"
Pembicaraan yang dilupakan dalam sekejap, kemudian menarik perhatian banyak orang, dan langsung melihat ke arah Sifa.
Orang-orang di bawah pun mulai berbisik: "Benar, pada siang hari ini, kami melihat seorang pria tampan mengendarai sebuah mobil mewah yang mengantarnya datang, sikap mereka juga sangat akrab."
Seketika orang-orang di bawah yang tidak menyukai Sifa langsung membuat keributan: "Iya, tampaknya dia bukan wanita baik-baik, dengan wajah wanita penggoda."
Sifa tidak memperdulikan sekelilingnya, hanya menggelengkan kepala dengan perlahan dan tersenyum tanpa berbicara.
Kak Fey melihat Sifa yang tampak acuh tak acuh, dia pun menyerangnya lagi: "Ehh, mungkinkah itu pemimpin senior? Sepertinya perusahaan kita memang khusus untuk mengembangkan wanita penggoda, satu Marsha masih tidak cukup, dan sekarang masih ditambah dengan satu Sifa Shen?"
Setelah berbicara, dia mulai tertawa kecil, dengan sosok sombong dan puas.
Sifa memegang gelas air di tangannya, mengepalkan tangan erat-erat, dan menghentikan langkah untuk maju ke depan, lalu air di gelas yang dipegangnya itu disiramkan ke wajah Kak Fey.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Kak Fey yang mirip seperti babi: "Kamu berani menyiramku?"
Riasan tebal di wajah Kak Fey langsung memudar, bulu mata palsunya yang panjang rontok, dan kelopak mata buatan tangan yang jelek dan bengkok juga terlihat jelas.
Seketika ada suara keras berseru: "Kak Fey, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu memiliki kelopak mata yang alami, jelas-jelas itu operasi dan masih berbohong?"
Wanita yang berdiri di samping Kak Fey mulai bertanya.
Wajah Kak Fey memucat, dia mengulurkan tangan untuk menutupi wajahnya lalu berteriak pada Sifa: "Kamu wanita sialan, apa kamu yang menyiramku?"
Sifa berdiri di tempat dengan punggung tegak, dan dengan ekspresi tak kenal takut: "Ada apa, jika kamu tidak yakin, aku bisa melakukannya lagi?"
Tangan Sifa yang memegang gelas bertingkah akan membuka tutup gelas dan menyiramnya ke wajah Kak Fey.
Kak Fey sedikit takut dan mundur ke belakang, dan seketika kakinya tersantuk oleh kursi di sampingnya, lalu jatuh ke samping, hanya mendengar suara keras Kak Fey dan lantai yang dingin untuk mendapatkan kesempatan untuk bersentuhan.
Sifa tertawa dingin dan memandang Kak Fey dari atas, lalu berkata "Tahukah kamu dengan pembalasan, seorang wanita yang bermuka dua seperti kamu ini, wanita yang pagi-pagi bangun tidur saja harus mengoles satu kilogram tepung, pantas saja kamu selalu ditertawakan orang seumur hidup."
"Selain itu, jangan memalukan diri di sini jika kamu sudah tua dan masih tidak bisa menjaga hati pria, jika aku adalah suamimu, aku bersedia kesepian sampai tua dan tidak bersedia untuk tidur bersamamu."
Kata-kata Sifa seperti sebuah pedang tajam yang menusuk hati Kak Fey.
Kak Fey terus menatap Sifa, dan tinjunya terkepal erat.
Semua orang memandangi wajah Kak Fey yang malu, dan semua orang tidak bisa menahan tawa, dengan ejekan di mata mereka.
Kak Fey langsung kesal oleh kata-kata Sifa, dia berjuang untuk bangkit berdiri dan mengambil kursi di sampingnya, lalu ingin memukulkannya ke arah Sifa.
Tiba-tiba terjadi kekacauan di pantry, ada orang yang menjerit dan lari karena takut dirinya terluka.
Sifa berbalik dan menarik nafas dalam-dalam, tidak menyangka Kak Fey bisa bertindak begitu, ditambah dengan gerakan Kak Fey yang cepat, Sifa benar-benar tidak punya waktu untuk bereaksi.
Tepat ketika kursi di tangan Kak Fey hendak mencapai Sifa.
Sebuah gelas tiba-tiba terbang ke arah Kak Fey dan menghantam ke kepala Kak Fey, dalam sekejap, dahi Kak Fey langsung terluka, dan darah segar berwarna merah mengalir keluar.
Kak Fey berteriak dan mengulurkan tangan untuk menutupi dahinya, lalu berteriak keras.
Sifa langsung berbalik karena terkejut, tetapi dia malah melihat wajah Laras yang marah.
"Laras?" Sifa memandang Laras dengan terkejut.
Laras mengepalkan tinjunya erat-erat, sampai urat-urat hijau di punggung tangannya terlihat, dan dia tampak sangat menakutkan.
"Kamu ini memiliki pangkat apa, bisa-bisanya melawan dengan tindakan jahat di perusahaan?"
Laras yang biasanya tidak suka berbicara, tiba-tiba langsung marah dan berteriak pada Kak Fey.
Kak Fey dengan sekuat tenaga menahan darah yang terus keluar di dahinya dan menangis dengan keras.
Laras berbalik dan memandang Sifa dengan ekspresi khawatir, lalu bertanya: "Apakah kamu baik-baik saja."
Sifa menggelengkan kepala: "Aku baik-baik saja, tapi dia …."
Sifa memandang ke Kak Fey yang berdiri di samping dengan darah yang terus mengalir, dan menatap Laras dengan hati kasihan.
Mata Laras penuh dengan hawa pembunuh: "Wanita seperti itu tidak layak untuk mendapat simpati darimu, ini semua adalah ulahnya sendiri."
Dalam sekejap, semua orang di pantry langsung terdiam, semua orang menutup mulutnya dan tidak berani bersuara, Laras yang biasanya enak untuk diajak bicara, bisa-bisanya meledakkan amarah seperti itu, bahkan juga melakukan sesuatu.
Seketika semua orang langsung menatap Kak Fey dan tidak berani berbicara, juga tidak berani melangkah maju untuk membantunya, karena takut tindakan mereka akan membuat marah Laras.
Laras menatap semua orang di pantry dengan marah, dan berteriak pada mereka: "Apakah perusahaan mengundang kalian datang untuk bersenang-senang saja, jika tidak ingin bekerja lagi, kalian bisa langsung pergi dari sini, dan jangan selalu membuat masalah untukku setiap hari!"
Dalam sekejap, orang-orang di pantry langsung bubar dan kembali bekerja.
Sifa melihat Kak Fey di sampingnya yang gemetar dan panik, lalu melangkah maju untuk memberikan tisu kepada Kak Fey: "Apakah kamu tidak apa-apa?"
Kak Fey langsung mengambil tisunya Sifa, dan dengan gemetar menutupi lukanya yang terus mengeluarkan darah.
Wajah yang dipenuhi dengan darah, lalu kedua mata menatap Sifa, mengertakkan gigi dan berbisik pada Sifa: "Kamu tunggu saja!"
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallHabis Cerai Nikah Lagi
GibranUnlimited Love
Ester GohGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangAir Mata Cinta
Bella CiaoAfter Met You
AmardaGet Back To You
LexyMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka