Marriage Journey - Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
Sifa tidak langsung menemui Decky, tapi dia lewat lift menemui Laras.
Laras cukup terkejut ketika melihat Sifa. Dia menarik Sifa ke sisi lain dan berkata, “Kenapa kamu bisa disini, bagaimana denganmu dan Decky?”
Laras khawatir mengenai kondisi mereka berdua. Karena bagaimanapun kemarin malam, Decky tampak sangat cemas ketika mencari Sifa. Laras sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sifa menundukkan kepala, “Tidak apa-apa, Laras aku sudah tidak ingin lagi terus seperti ini. Aku ingin meninggalkannya, meninggalkan PT Leng Tbk.”
Laras cukup terkejut begitu ucapan ini keluar dari mulut Sifa. Laras terus mengedipkan mata menatap Sifa, lalu berkata, “Apakah kamu sudah memikirkannya dengan matang, tapi walaupun harus seperti ini, Decky juga tidak akan mungkin setuju.”
Ucapan Laras ini langsung menghancurkan kekesalan Sifa, Sifa menarik sudut bibirnya tak berdaya dan tidak menjawab.
Laras menggelengkan kepala tak berdaya, “Aku juga tidak bisa membantu apa-apa mengenai masalah ini. Ini adalah masalah kalian berdua. Menurutku, aku tidak punya hak apapun untuk ikut campur di dalamnya.
Laras tahu untuk apa Sifa menemuinya sekarang. Tapi dirinya sekarang tidak ingin ikut campur dalam masalah mereka berdua. Karena bagaimanapun dirinya sangat tahu jelas pikiran dan perasaannya terhadap Sifa. Decky adalah sahabat baik sejak kecil hingga sekarang. Walaupun dirinya ingin apa, tapi dia tetap tidak boleh melakukan hal seperti itu.
Sifa mengangguk, dia tahu kalau ini cukup menyulitkan Laras. Dia hanya bisa memberanikan dirinya untuk menghadapi ini dan berjalan pergi ke kantor Decky.
Pintunya tidak ditutup, Sifa pun mendorong pintu itu lalu masuk ke dalam. Tapi, dia tidak melihat ada siapapun di dalam kantor.
Sifa berdeham, tapi masih saja tidak ada satupun suara benda bergerak.
Ketika Sifa sudah merilekskan kewaspadaannya. Ada sepasang tangan yang cukup besar menarik Sifa. Sifa ditindih di samping sofa sampai tak bisa bergerak.
Sifa menjerit dan membelalakkan matanya menatap Decky yang ekspresinya terlihat ingin bermain-main menggodanya.
Dalam sekejap dia marah, dan mendorong dada Decky dengan keras.
Tapi Decky masih saja tidak bergerak. Semakin dia melawan, Decky semakin mendekat dengan senyuman licik.
Sifa tidak bisa berkata apa-apa. Dia pun menghela napas dalam-dalam dan akhirnya menyerah untuk melawan Decky.
Kedua tangan Decky tiba-tiba dengan kebetulannya merabai perut kecil Sifa.
Nada bicaranya begitu hangat dan lembut, “Apakah anak ini baik-baik saja?”
Decky tahu kalau Sifa tetap tidak akan mempedulikannya jika Decky membahas atau mengatakan hal lain. Karena begini, Decky harus menemukan kelemahannya dan juga hal yang paling dipedulikan oleh Sifa. Dan harusnya itu adalah anaknya.
Sifa memutar bola matanya, nada bicaranya terdengar memberi jarak di antara mereka, “Ini adalah anakku, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya.”
Decky menaikkan alisnya, lalu bertanya dengan bingung, “Benarkah? apa tubuhmu itu punya fungsi hamil sendiri tanpa bantuan siapapun?”
Ucapan Decky ini langsung membuat Sifa tidak tahu harus berkata apa. Dia membuka mulutnya tapi tidak tahu bagaimana menyangkal dan membantah ini. Dia pun hanya bisa memalingkan wajahnya dan tidak menatap Decky.
Sudut mata Decky penuh dengan senyuman, entah kenapa terkadang saat melihat wanita ini marah, dia selalu menganggap wanita ini imut sekali. Sehingga ingin terus dengan tidak malunya menggodanya.
Decky menyembunyikan senyumnya dan tidak lagi tersenyum senang. Tangannya perlahan mengelus perut kecil Sifa, lalu berkata dengan lembut, “Anakku, aku adalah ayahmu.”
Hati Sifa terperanjat, begitu mendengar Decky tiba-tiba mengatakan ini. Sering sekali Sifa membayangkan dan berfantasi Decky mengelus perutnya ini dan bicara sambil tersenyum kepada anaknya.
Sifa menundukkan kepala dengan tak wajar, hidungnya terasa masam. Hasil yang ingin dilihatnya sudah ada di hadapannya, tapi kenapa hatinya masih saja belum bahagia.
“Ketika kamu besar nanti, kalau ibu marah, kamu bantu ayah untuk membujuk dan menghiburnya ya?” kata Decky dengan lembut.
Mata Sifa jadi memerah dan sembab, kenapa tiba-tiba Decky berubah sikap di saat seperti ini, padahal aku sudah dengan tidak mudahnya membulatkan tekad seperti ini.
Sifa memalingkan wajahnya lagi dan tidak mau lagi melihat Decky.
Decky bersandar ke tubuh Sifa. Aroma wangi tubuh Sifa yang samar pun memikat diri Decky.
Decky tidak bisa menahan diri terus mendekat ke Sifa. Dia menggunakan hidungnya yang mancung untuk menyentuh hidung Sifa.
Sifa sedikit melawan dengan membalikkan tubuhnya. Sifa berkata dengan dinginnya, “Ini ada di kantor. Direktur Leng, tolong anda tahu diri.”
Decky tersenyum dingin di sudut bibirnya, “Ini adalah kantorku. Selama aku bicara apa, maka siapapun tidak akan ada yang berani masuk.”
Begitu selesai bicara, bibir Decky sudah menyentuh leher Sifa. Lalu sedikit menggigit leher itu.
Sifa menggigit bibirnya sendiri dengan erat, lalu berkata, “Direktur Leng, kamu ingin melakukan apa, lakukanlah dengan cepat.”
Tubuh Decky tiba-tiba menegang, menggelengkan kepala tak berdaya, lalu tersenyum dan berkata, “Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Kamu dalam kondisi awal kehamilan, jadi tidak boleh terlalu sering berhubungan seks.”
Selesai bicara, Decky mengulurkan tangan dan perlahan merapikan rambut berantakan Sifa yang ada di kening Sifa.
Sifa menatap Decky dengan cukup terkejut. Jika tidak salah ingat, ucapan Decky barusan tadi ini harusnya bukankah bentuk perhatian padanya?
Sifa menarik sudut bibirnya, berdiri di depan Decky dan berkata, “Direktur Leng, masalah surat pengunduran diri...”
Belum selesai Sifa bicara, Decky langsung menyela ucapannya, “Masalah itu aku sudah bilang. Kamu adalah milikku, selama aku ingin kamu tetap berada di sampingku, kamu hanya bisa tetap tinggal di sampingku.”
Decky mengumumkan hak kepemilikannya ini dengan arogan dan dengan senyuman bangga di wajahnya.
Tidak disangka gerakan dan cara seperti ini malah membuat Sifa marah. Sifa marah dan dengan berusaha keras mengontrol emosinya sendiri, “Direktur Leng, aku bukan barang yang harus kamu urusi. Aku ingin tetap tinggal atau tidak, itu adalah urusanku sendiri.”
Sifa memalingkan muka, kelihatan sangat jengkel dan marah..
Decky juga marah, dia berdiri di depan Sifa dan menatap mata Sifa, lalu berkata, “Aku Decky, tidak ada satupun hal yang tidak mungkin aku dapatkan.”
Mata mereka berdua pun saling memandang, kilatan petir menyambar dalam sekejap. Decky berbalik dan pergi.
Ketika dia mau pergi, dia tidak lupa berkata kepada Sifa, “Ingat waktu kerja.”
Hendi masih terus menghubungi rumah sakit Amerika mengenai masalah pengobatan, setelah Sifa pergi meninggalkan rumah sakit. Dia pagi, siang dan malam selalu mengunci dirinya sendiri di dalam kamar, memikirkan cara untuk mengatasi masalah kanker tersebut.
Hendi tahu hubungan Sifa dan Decky kembali memburuk. Jika kali ini Sifa memutuskan untuk pergi, Hendi akan segera membawa Sifa pergi ke Amerika Serikat untuk berobat.
Hendi tidak ada waktu memikirkan hal lain. Keluarganya selalu saja menanyainya kenapa dirinya belum juga pacaran.
Dia sendiri juga selalu tersenyum lalu menjawab kalau sementara ini dia belum bertemu dengan orang yang disukainya.
Tapi orang yang punya mata semuanya tahu, kalau dia hanya menyukai orang yang selama ini dilindungi dan dijaganya di tangannya sendiri sejak kecil.
Sifa kembali ke rumah Marsha. Cuaca hari ini tidak terlalu dingin. Dia berniat mandi air panas lalu pergi tidur.
Sifa sudah memasuki kehamilan lima bulan sehingga berat badannya perlahan sudah bertambah.
Sering sekali ketika dirinya menaruh sesuatu, lalu berbalik. Dia tiba-tiba lupa menaruh barang itu dimana.
Celana yang dulu bisa dipakai olehnya sekarang selalu terasa terlalu kecil, dan perut Sifa pun perlahan-lahan terlihat sudah membuncit.
Sifa tersenyum dan mengelus perutnya setiap hari. Momen seperti inilah yang menurutya momen paling membahagiakan bagi dirinya.
Sifa dengan lembut membasahi rambutnya dengan air, mengulurkan tangannya untuk mencuci rambutnya, namun dia menyadari kalau di tangannya penuh dengan rambut yang sudah rontok.
Novel Terkait
My Only One
Alice SongAkibat Pernikahan Dini
CintiaTakdir Raja Perang
Brama aditioInventing A Millionaire
EdisonCinta Tapi Diam-Diam
RossieLove and Trouble
Mimi XuMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka