Marriage Journey - Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku

Sifa tidak langsung menemui Decky, tapi dia lewat lift menemui Laras.

Laras cukup terkejut ketika melihat Sifa. Dia menarik Sifa ke sisi lain dan berkata, “Kenapa kamu bisa disini, bagaimana denganmu dan Decky?”

Laras khawatir mengenai kondisi mereka berdua. Karena bagaimanapun kemarin malam, Decky tampak sangat cemas ketika mencari Sifa. Laras sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sifa menundukkan kepala, “Tidak apa-apa, Laras aku sudah tidak ingin lagi terus seperti ini. Aku ingin meninggalkannya, meninggalkan PT Leng Tbk.”

Laras cukup terkejut begitu ucapan ini keluar dari mulut Sifa. Laras terus mengedipkan mata menatap Sifa, lalu berkata, “Apakah kamu sudah memikirkannya dengan matang, tapi walaupun harus seperti ini, Decky juga tidak akan mungkin setuju.”

Ucapan Laras ini langsung menghancurkan kekesalan Sifa, Sifa menarik sudut bibirnya tak berdaya dan tidak menjawab.

Laras menggelengkan kepala tak berdaya, “Aku juga tidak bisa membantu apa-apa mengenai masalah ini. Ini adalah masalah kalian berdua. Menurutku, aku tidak punya hak apapun untuk ikut campur di dalamnya.

Laras tahu untuk apa Sifa menemuinya sekarang. Tapi dirinya sekarang tidak ingin ikut campur dalam masalah mereka berdua. Karena bagaimanapun dirinya sangat tahu jelas pikiran dan perasaannya terhadap Sifa. Decky adalah sahabat baik sejak kecil hingga sekarang. Walaupun dirinya ingin apa, tapi dia tetap tidak boleh melakukan hal seperti itu.

Sifa mengangguk, dia tahu kalau ini cukup menyulitkan Laras. Dia hanya bisa memberanikan dirinya untuk menghadapi ini dan berjalan pergi ke kantor Decky.

Pintunya tidak ditutup, Sifa pun mendorong pintu itu lalu masuk ke dalam. Tapi, dia tidak melihat ada siapapun di dalam kantor.

Sifa berdeham, tapi masih saja tidak ada satupun suara benda bergerak.

Ketika Sifa sudah merilekskan kewaspadaannya. Ada sepasang tangan yang cukup besar menarik Sifa. Sifa ditindih di samping sofa sampai tak bisa bergerak.

Sifa menjerit dan membelalakkan matanya menatap Decky yang ekspresinya terlihat ingin bermain-main menggodanya.

Dalam sekejap dia marah, dan mendorong dada Decky dengan keras.

Tapi Decky masih saja tidak bergerak. Semakin dia melawan, Decky semakin mendekat dengan senyuman licik.

Sifa tidak bisa berkata apa-apa. Dia pun menghela napas dalam-dalam dan akhirnya menyerah untuk melawan Decky.

Kedua tangan Decky tiba-tiba dengan kebetulannya merabai perut kecil Sifa.

Nada bicaranya begitu hangat dan lembut, “Apakah anak ini baik-baik saja?”

Decky tahu kalau Sifa tetap tidak akan mempedulikannya jika Decky membahas atau mengatakan hal lain. Karena begini, Decky harus menemukan kelemahannya dan juga hal yang paling dipedulikan oleh Sifa. Dan harusnya itu adalah anaknya.

Sifa memutar bola matanya, nada bicaranya terdengar memberi jarak di antara mereka, “Ini adalah anakku, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya.”

Decky menaikkan alisnya, lalu bertanya dengan bingung, “Benarkah? apa tubuhmu itu punya fungsi hamil sendiri tanpa bantuan siapapun?”

Ucapan Decky ini langsung membuat Sifa tidak tahu harus berkata apa. Dia membuka mulutnya tapi tidak tahu bagaimana menyangkal dan membantah ini. Dia pun hanya bisa memalingkan wajahnya dan tidak menatap Decky.

Sudut mata Decky penuh dengan senyuman, entah kenapa terkadang saat melihat wanita ini marah, dia selalu menganggap wanita ini imut sekali. Sehingga ingin terus dengan tidak malunya menggodanya.

Decky menyembunyikan senyumnya dan tidak lagi tersenyum senang. Tangannya perlahan mengelus perut kecil Sifa, lalu berkata dengan lembut, “Anakku, aku adalah ayahmu.”

Hati Sifa terperanjat, begitu mendengar Decky tiba-tiba mengatakan ini. Sering sekali Sifa membayangkan dan berfantasi Decky mengelus perutnya ini dan bicara sambil tersenyum kepada anaknya.

Sifa menundukkan kepala dengan tak wajar, hidungnya terasa masam. Hasil yang ingin dilihatnya sudah ada di hadapannya, tapi kenapa hatinya masih saja belum bahagia.

“Ketika kamu besar nanti, kalau ibu marah, kamu bantu ayah untuk membujuk dan menghiburnya ya?” kata Decky dengan lembut.

Mata Sifa jadi memerah dan sembab, kenapa tiba-tiba Decky berubah sikap di saat seperti ini, padahal aku sudah dengan tidak mudahnya membulatkan tekad seperti ini.

Sifa memalingkan wajahnya lagi dan tidak mau lagi melihat Decky.

Decky bersandar ke tubuh Sifa. Aroma wangi tubuh Sifa yang samar pun memikat diri Decky.

Decky tidak bisa menahan diri terus mendekat ke Sifa. Dia menggunakan hidungnya yang mancung untuk menyentuh hidung Sifa.

Sifa sedikit melawan dengan membalikkan tubuhnya. Sifa berkata dengan dinginnya, “Ini ada di kantor. Direktur Leng, tolong anda tahu diri.”

Decky tersenyum dingin di sudut bibirnya, “Ini adalah kantorku. Selama aku bicara apa, maka siapapun tidak akan ada yang berani masuk.”

Begitu selesai bicara, bibir Decky sudah menyentuh leher Sifa. Lalu sedikit menggigit leher itu.

Sifa menggigit bibirnya sendiri dengan erat, lalu berkata, “Direktur Leng, kamu ingin melakukan apa, lakukanlah dengan cepat.”

Tubuh Decky tiba-tiba menegang, menggelengkan kepala tak berdaya, lalu tersenyum dan berkata, “Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Kamu dalam kondisi awal kehamilan, jadi tidak boleh terlalu sering berhubungan seks.”

Selesai bicara, Decky mengulurkan tangan dan perlahan merapikan rambut berantakan Sifa yang ada di kening Sifa.

Sifa menatap Decky dengan cukup terkejut. Jika tidak salah ingat, ucapan Decky barusan tadi ini harusnya bukankah bentuk perhatian padanya?

Sifa menarik sudut bibirnya, berdiri di depan Decky dan berkata, “Direktur Leng, masalah surat pengunduran diri...”

Belum selesai Sifa bicara, Decky langsung menyela ucapannya, “Masalah itu aku sudah bilang. Kamu adalah milikku, selama aku ingin kamu tetap berada di sampingku, kamu hanya bisa tetap tinggal di sampingku.”

Decky mengumumkan hak kepemilikannya ini dengan arogan dan dengan senyuman bangga di wajahnya.

Tidak disangka gerakan dan cara seperti ini malah membuat Sifa marah. Sifa marah dan dengan berusaha keras mengontrol emosinya sendiri, “Direktur Leng, aku bukan barang yang harus kamu urusi. Aku ingin tetap tinggal atau tidak, itu adalah urusanku sendiri.”

Sifa memalingkan muka, kelihatan sangat jengkel dan marah..

Decky juga marah, dia berdiri di depan Sifa dan menatap mata Sifa, lalu berkata, “Aku Decky, tidak ada satupun hal yang tidak mungkin aku dapatkan.”

Mata mereka berdua pun saling memandang, kilatan petir menyambar dalam sekejap. Decky berbalik dan pergi.

Ketika dia mau pergi, dia tidak lupa berkata kepada Sifa, “Ingat waktu kerja.”

Hendi masih terus menghubungi rumah sakit Amerika mengenai masalah pengobatan, setelah Sifa pergi meninggalkan rumah sakit. Dia pagi, siang dan malam selalu mengunci dirinya sendiri di dalam kamar, memikirkan cara untuk mengatasi masalah kanker tersebut.

Hendi tahu hubungan Sifa dan Decky kembali memburuk. Jika kali ini Sifa memutuskan untuk pergi, Hendi akan segera membawa Sifa pergi ke Amerika Serikat untuk berobat.

Hendi tidak ada waktu memikirkan hal lain. Keluarganya selalu saja menanyainya kenapa dirinya belum juga pacaran.

Dia sendiri juga selalu tersenyum lalu menjawab kalau sementara ini dia belum bertemu dengan orang yang disukainya.

Tapi orang yang punya mata semuanya tahu, kalau dia hanya menyukai orang yang selama ini dilindungi dan dijaganya di tangannya sendiri sejak kecil.

Sifa kembali ke rumah Marsha. Cuaca hari ini tidak terlalu dingin. Dia berniat mandi air panas lalu pergi tidur.

Sifa sudah memasuki kehamilan lima bulan sehingga berat badannya perlahan sudah bertambah.

Sering sekali ketika dirinya menaruh sesuatu, lalu berbalik. Dia tiba-tiba lupa menaruh barang itu dimana.

Celana yang dulu bisa dipakai olehnya sekarang selalu terasa terlalu kecil, dan perut Sifa pun perlahan-lahan terlihat sudah membuncit.

Sifa tersenyum dan mengelus perutnya setiap hari. Momen seperti inilah yang menurutya momen paling membahagiakan bagi dirinya.

Sifa dengan lembut membasahi rambutnya dengan air, mengulurkan tangannya untuk mencuci rambutnya, namun dia menyadari kalau di tangannya penuh dengan rambut yang sudah rontok.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu