Marriage Journey - Bab 288 Kekhawatiran
Ibunya Decky mengerutkan bibir sambil berkata, "Ini tidak tentu, aku kasih tahu kamu, terjadi masalah besar di rumah."
"Masalah besar apa yang bisa terjadi di rumah? Kamu selalu mengejutkan ini dan itu sepanjang hari, jantungku sudah tidak kuat lagi karena selalu dikejuti kamu."
"Sudah, aku tidak punya waktu untuk bercanda dengan kamu, apakah kamu lupa bahwa ayah meminta putra kita untuk pergi ke ruang belajar waktu makan malam?"
Ayahnya Decky benar-benar mengira ada masalah besar, ternyata cuman masalah ini, dia segera melepas kacamata dan berbaring untuk tidur.
Sebelum sempat berbaring, ibunya Decky langsung membangunkannya.
"Apa yang kamu lakukan? Kita bicarakan hal-hal yang tidak relevan ini di lain waktu saja, aku benar-benar sangat capek."
"Apa maksudnya hal yang tidak relevan? Biar aku kasih tahu kamu, besok ayah akan menemui pengacara untuk mengurus warisan properti."
"Aku kira masalah apaan? Apa yang aneh dengan masalah ini? Decky adalah satu-satunya penerus keluarga kita, cepat atau lambat, properti Keluarga Leng akan diserahkan kepadanya."
"Sudahlah, matikan lampu dan tidur, berhenti mengomel, urusan perusahaan sudah cukup membuatku pusing sepanjang hari, aku malah harus mendengarkan omelanmu lagi sepulang dari kerja."
Melihat ayahnya Decky hendak berbaring lagi, ibunya Decky berkata dengan tergesa-gesa, "Kamu jangan buru-buru, dengarkan aku, ayah mau menyerahkan semua hartanya untuk Sifa."
Mendengar perkataan ibunya Decky, ayahnya Decky tercengang, "Ada kejadian seperti ini?"
"Bagaimana mungkin aku bohong padamu, aku baru saja pergi ke kamar putra kita, dia yang memberi tahu aku dengan mulutnya sendiri, sekarang, apa kamu masih bisa tidur?"
Ayahnya Decky menyeret selimut ke atas, "Apakah ada perbedaan antara menyerahkan properti Keluarga Leng kepada Decky atau kepada Sifa? Mereka adalah keluarga."
Ibunya Decky memandang ayahnya Decky, “Kamu bener-bener ceroboh sekali, memangnya kamu bisa jamin bahwa Sifa akan selalu sehati dengan putra kita? Kalau dia membawa semua harta keluarga kita dan masuk ke pelukan orang lain, maka Keluarga Leng akan kehilangan semuanya."
"Sudahlah, jangan berimajinasi terlalu tinggi, Sifa selalu mencintai putra kita, serta telah melahirkan cucu untuk kita, bagaimana mungkin dia meninggalkan Keluarga Leng? Menurutku, putramu yang kemungkinan akan meninggalkan dia, kamu cuman bosan dan mau gosip."
Melihat ayahnya Decky mengabaikan masalah ini, ibunya Decky menjadi semakin marah, "Aku hanya akan mengajukan satu pertanyaan, apakah kamu mau mengurus masalah ini?"
"Bukankah aku sudah kasih tahu kamu bahwa ayah pasti memiliki pertimbangannya sendiri, apa pun keputusan yang dibuat ayah, aku akan mendukungnya."
"Kamu benar-benar bodoh, ditipu tapi malah masih bantu si penipu, bagaimana boleh kamu mempercayai Sifa?"
Mendengar ibunya Decky tidak henti berbicara, ayahnya Decky semakin kesal, dia menarik bantal dan langsung berbaring.
"Besok akan ada pertemuan penting di perusahaan, aku harus tidur sekarang juga, kamu sebaiknya jangan ganggu aku, berhenti membicarakan hal-hal membosankan itu."
Dikritik oleh ayahnya Decky, keluhan di hati ibunya Decky langsung melonjak, "Kamu benar-benar sangar ceroboh, Sifa berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan kepercayaan ayah, kalau kita tidak lawan, dia akan segera mendaki di atas kepala kita dan menginjak-injak kita."
Ayahnya Decky memelototi ibunya Decky, "Kamu berlatar belakang keluarga terpelajar, bisa-bisanya kamu mengatakan hal-hal yang tidak berkelas seperti ini? Matikan lampu dan tidur, jangan sampai aku mengulangi kata-kata yang sama.”
Walau ibunya Decky memiliki sifat meraja, tapi sebenarnya dia tidak punya hak berbicara di Keluarga Leng.
Meski ayahnya Decky tidak suka bicara, namun jika ia memberi perintah, ibunya Decky tidak akan berani membantahnya.
Ibunya Decky tidak bisa menahan amarah ini, dia memutuskan untuk berbicara dengan tuan besar besok pagi, bagaimanapun, penciptaan bisnis Keluarga Leng bukanlah usaha tuan besar seorang diri, semua orang berkontribusi, bagaimana boleh tuan besar mengambil keputusan sendirian?
Karena ayahnya Decky tidak peduli dengan masalah ini, maka dia akan maju sendiri dan mengambil kembali segala sesuatu milik Keluarga Leng dari Sifa.
Sifa dan anak tidur nyenyak malam ini.
Decky berbaring di atas ranjang, bolak-balik, tidak tahu bagaimana cara mengusir Sifa dari sisinya.
Di sisi lain, ibunya juga tidak memejamkan mata sepanjang malam, dia tahu bahwa hak untuk mewarisi harta benda bukanlah hal yang sepele, itu berkaitan dengan masa depan putranya, dia boleh menyetujui semua keputusan tuan besar, tapi dia tidak akan berkompromi dengan tuan besar dalam masalah ini.
Dia sesekali berjalan mondar mandir, sesekali duduk di tepi ranjang, baring dan bangun berulang kali sepanjang malam ...
Usai makan malam kemarin, Sifa bermain dengan anak sebentar, kemudian anak tertidur setelah minum susu.
Sejak pulang negeri, Sifa tidak pernah senang selama tinggal di Keluarga Leng, setiap hari, dia bukan hanya harus menghadapi pandangan jijik dari Decky, tetapi juga harus menghadapi tatapan hina dari ibunya Decky, dia merasa hidupnya bagai terikat rantai, sangat sengsara.
Dia berbaring di tempat tidur sambil memikirkan masa depan dirinya sendiri dan anak, mungkin karena kelelahan secara fisik dan mental, sehingga dia tertidur dalam waktu singkat setelah berbaring di tempat tidur.
Anak bangun sebelum pukul enam, menggerak-gerakkan tangan kecil dan bermain sendiri, terlihat sangat lucu.
Tengah bermain, anak tiba-tiba menangis dengan keras "Wuu ..."
Sifa memeriksa anak dengan cermat, ternyata sudah waktunya mengganti popok.
Sambil mengganti popok, dia berkata, "Dasar, merasa sedikit tidak nyaman saja tidak boleh."
Begitu popok yang tebal dilepas, si kecil langsung berhenti menangis.
Semua orang di keluarga mengatakan bahwa anak ini terlihat sama persis dengan Decky saat kecil, Sifa mengamati si kecil dengan lebih cermat, memang mirip, terutama hidung dan matanya, benar-benar sama persis dengan Decky.
Kemudian, dia berkata: "Ayahmu sangat benci ibu, sesudah besar, apakah kamu juga akan membenci ibu seperti halnya ayahmu?"
Begitu kata-kata itu terucap, anak memberinya senyuman lebar yang diiringi suara tawa.
Sifa menggendong anak ke dalam pelukan, "Aku tahu kamu tidak akan benci ibu, betapapun ayahmu salah paham terhadap ibu, selama kamu ada di sisi ibu, ibu pun tidak akan menyesal karena telah mencintai ayahmu."
Memang, seperti kata Sifa, selama anak tetap berada di sisinya, bagaimanapun kesulitan yang dialaminya, dia tidak akan merasa berat.
Baginya, anak adalah segalanya, walau Decky membencinya dan meninggalkannya, dia tidak akan menyesal asalkan dirinya ditemani anak.
Melihat langit berangsur-angsur terang, ibunya Decky tidak bisa duduk diam lagi.
Dia tahu bahwa Tuan Besar Leng selalu memiliki kebiasaan bangun pagi, jadi, dia buru-buru mandi dan pergi ke taman di lantai bawah untuk berbicara dengan Tuan Besar Leng tentang masalah warisan.
Udara di pagi hari sangat segar, bunga berwarna-warni berlomba-lomba untuk mekar lebih dulu, angin berhembus, aroma bunga menerkam wajah, lebah sibuk memanen madu.
Tuan Besar Leng sedang berjalan-jalan di taman, karena usianya yang sudah lanjut dan kakinya tidak begitu kuat, sehingga dia harus bergantung pada kruk setiap kali keluar.
Saat ini, sepertinya dia kecapekan berjalan, dia datang ke bangku dan duduk, berencana untuk kembali ke kamar dan menelepon pengacara untuk mengurus masalah properti.
Dia tidak memberitahu Sifa tentang hal ini, dia tahu jika dia memberitahu Sifa, Sifa pasti tidak setuju.
Demi Sifa dan anak, dia terpaksa melakukan ini.
Dia mengenal tubuhnya sendiri dengan sangat baik, dia tidak yakin berapa lama dia bisa melindungi Sifa, bila dia tidak ada di rumah ini, Sifa dan anak seolah akan dikirim ke neraka, ini adalah hal yang paling tidak ingin dilihatnya.
Novel Terkait
Si Menantu Buta
DeddyIstri Pengkhianat
SubardiMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraIstri kontrakku
RasudinBretta’s Diary
DanielleLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka