Marriage Journey - Bab 32 Aku Nyonya Leng
Kemampuan Sifa dalam belajar selalu baik, dia sama sekali tidak melupakan hal yang dipelajari pada sebelumnya, Sifa yang sudah menyukai melukis sejak kecil, mendapatkan hidup yang puas dalam beberapa saat ini.
Sejak kejadian itu, Decky menjadi lebih sering datang ke villa, namun tidak terlalu banyak pembicaraan antara mereka, hanya sekedar tinggal di dalam satu rumah saja.
Sifa mengetahui bahwa Decky sedang mencurigai dirinya dan Hendi , sehingga dengan sadar dirinya dia mengurangi komunikasi dan interaksi dengan Hendi .
Dalam waktu dekat ini Hendi juga sangat sibuk, sebelumnya dia mengambil cuti yang sangat panjang hanya demi Sifa .
Setelah perpisahan dengan Sifa pada saat belanja, Sifa jarang mencari dirinya lagi, bahkan juga buru-buru memutuskan telepon apabila dia menelepon padanya.
Pada minggu ini Sifa tidak ada urusan, dia sedang duduk di sofa rumahnya sambil melihat barang yang dia belikan untuk anaknya.
Pada saat ini pintu rumah terbuka, Sifa dengan refleksnya menganggap yang pulang adalah Decky , dalam waktu dekat ini Decky sering tinggal di rumah.
Dalam hati Sifa merasa sedikit bersyukur, dia sama Decky sudah tiga tahun menikah, waktu bersamaan dalam tiga tahun ini mungkin tidak sebanyak dalam beberapa waktu ini.
Sifa sudah sangat puas, meskipun Decky tidak berkata apapun pada saat pulang, namun Sifa masih dapat bersama dengan orang disukainya dalam sisa hidupnya, sudah sangat beruntung.
Sifa berdiri dan ingin menyediakan sendal seperti biasanya, namun ketika beranjak baru menyadari ternyata bukan wajah yang selalu dia rindukan.
Orang yang masuk adalah model naik daun yang pernah dibawa oleh Decky ke rumah pada sebelumnya, Ariyana. Sifa tetap berdiri di tempat, namun hatinya bagaikan telah tersesak.
Kenapa wanita ini bisa ke sini, meskipun Decky tidak menyukai dirinya, tetapi bagaimanapun ini juga rumah yang ditinggal oleh dirinya, buat apa bawa wanita pulang ke sini.
Sifa beranjak ke depan, melotot Ariyana dan menilai dari ujung ke ujung, lalu berkata dengan Ariyana dengan nada tidak segan :”Siapa yang suruh kamu masuk ?”
Ariyana sebelumnya pernah bertemu dengan wanita ini, juga tahu kalau Decky sepertinya tidak terlalu menyukai wanita ini, sehingga berani diam-diam memasang kunci rumah Decky untuk datang ke sini.
Ariyana balik melotot Sifa , dia menginjak sepatu tumit dan beranjak ke arah ruang tamu, namun Sifa sama sekali tidak mau mengalah, berjalan ke depan untuk menghalangi Ariyana.
Dia menatap Ariyana dengan tatapan kejam :”Aku kasih tahu kamu, tidak peduli kamu siapa, ini rumah ku, kalau kamu sembarangan menerobos, aku bisa langsung lapor polisi.”
Ekspresi Sifa sangat datar, namun tetap terdengar bahwa dia sangat emosi karena kedatangan Ariyana.
Ariyana sedikit kaget, tidak kepikiran kalau wanita ini dapat melontarkan kata-kata yang begitu tegas, sebelumnya Decky pernah membawa dirinya ke sini sekali.
Dia tahu wanita ini istrinya Decky , seandainya dirinya ingin menduduki posisi nyonya CEO, harus menyelesaikan dulu wanita di hadapannya.
Wajah Ariyana yang cantik membawa senyum, lalu berkata kepada Sifa dengan senyuman palsu :”Seandainya suamimu tidak memberikan kunci kepadaku, bagaimana aku bisa masuk ?”
Sifa terbengong sejenak, tatapannya sedikit panik, Decky sebelumnya pernah membawa wanita ini pulang sekali, sementara wanita ini kelihatannya memang sangat cantik, tubuhnya juga ideal.
Wanita seperti ini, mana ada lelaki yang tidak menyukainya, akan tetapi apa tidak keterlaluan terhadap dirinya, bagaimanapun dia masih belum cerai dengan Decky , dan sekarang sudah mempunyai anak.
Namun bagaimana sifat Decky , Sifa sangat memahaminya, sehingga hanya bisa menunduk dan menarik sudut bibir dengan tidak berdaya.
Akan tetapi Decky sudah menjanjikan akan memberikan rumah ini kepada dirinya, setelah melewati waktu yang lama, Sifa baru mengangkat kepala dan berkata kepada Ariyana :”Tidak peduli kalian berdua terjadi apa, sekarang ini rumahku, kamu, silakan keluar !”
Selesai bicara dia langsung membuat gerakan mempersilakan, matanya terus melotot pada Ariyana, namun Ariyanatidak mempedulikan halangan Sifa .
Dia tetap bersikeras ingin masuk ke dalam, berdasarkan apa wanita ini menghalangi kepergian dirinya, wanita yang tidak penting.
Ariyana terus berjalan ke arah tangga, lalu mengangkat wajah yang angkuh untuk menatap Sifa , Sifa merasa dirinya telah terhina, Ariyana ini sudah menginjak di atas kepalanya.
Sifa menyeret Ariyana dari tangga dengan kuat, Ariyana sama sekali tidak waspada, langsung menjerit dan jatuh dari tangga.
Ariyana berdiri dan terus melotot Sifa , lalu berkata dengan ekspresi yang emosi :”Wanita jalang, kamu tahu aku siapa ? Kamu berani menyentuhku ?”
Sifa sama sekali tidak merasa takut, dalam berapa tahun ini, bahkan kesepian yang paling menakutkan saja dia juga sudah terbiasa, masalah di depan mata sekarang terlalu sepele.
Sifa tidak mempedulikan Ariyana, dia berdiri di samping Ariyana sambil tertawa sinis :”Kamu sudah tahu aku siapa kan, aku tidak peduli kamu siapa, juga tidak peduli ke depannya kamu akan menjadi siapa, tetapi setidaknya, aku sekarang Nyonya Leng, sudah cukup kan ?”
Kata-kata Sifa membuat Ariyana tidak dapat membantahnya, ekspresi Ariyana langsung berubah karena emosi, wajahnya juga menjadi kemerahan karena amarah.
Sifa melipat kedua tangannya di depan dada, matanya melirik ke arah Ariyana, lumayan ada gaya nyonya rumah.
Ariyana di dalam pandangan orang lain adalah model muda yang sedang naik daun, mewah dan cantik, namun dalam pandangan Sifa , hanya sekedar model kecil yang dipermainkan orang atas saja, dia paling memandang rendah wanita seperti ini.
“Kamu….kamu, kamu tunggu saja, aku pasti akan membalaskan semua ini, kamu akan tahu risiko memancing amarahku.” Ariyana terus emosi dan gelisah.
Ariyana menunjuk batang hidung Sifa dan membentak kuat, sebenarnya dirinya memang bermaksud untuk memperlihatkan wewenang kepada Sifa , namun akhirnya malahan dirinya yang diinjak.
Sifa tersenyum sinis, melirik tatapannya pada Ariyana :”Sudah selesai bicara, kalau sudah aku mau istirahat, kalau kamu tidak mau keluar aku akan memanggil sekuriti atau wartawan ke sini.”
Wajah Ariyana menjadi seram karena amarah, tidak dapat melontarkan kata apapun, hanya bisa berbalik badan dan keluar dari rumah.
Villa ini tiba-tiba menjadi senyap, Sifa berbalik badan, kebetulan melihat televisi yang sedang menayangkan berita Ariyana.
Sifa mengeluh sinis, wanita seperti ini juga bisa masuk berita, penampilannya memang cantik dan mewah, tetapi malah melakukan hal memalukan di belakangnya.
Sifa berbaring di sofa dan mengelus perutnya sendiri, dalam waktu ini gejala penyakitnya sepertinya mulai mereda karena pengaruh suasana hati.
Namun apabila kepikiran kejadian Ariyana pada barusan, hati Sifa sangat tidak terima dan sengsara, Decky yang menyuruh dia ke sini ya, kalau bukan, dari mana dia mempunyai kuncinya ?
Sifa sangat risi dan mengambil sebuah buku untuk baca, namun bagaimanapun juga tidak bisa masuk ke otak, akhirnya Sifa membuang bukunya, lalu termenung di atas sofa dengan pemikiran yang tidak tenang.
Ariyana yang baru saja keluar, langsung telepon menyuruh orang untuk menyelidiki informasi Sifa, orang yang berani mencari sensasi dengan dirinya paling hanya Sifa sendiri saja.
“Halo, Roen, kamu bantu aku selidiki wanita yang bernama Sifa , aku mau menghancurkannya !” Tatapan Ariyana penuh dengan amarah, dia mengepal tangannya dengan erat lalu memerintah.
Setelah memutuskan telepon, dia menoleh ke tempat tinggalnya Sifa , “Kamu tunggu saja !” Selesai bicara dia langsung membawa mobilnya dan mengarah ke jalan raya.
Novel Terkait
Behind The Lie
Fiona LeeThe Richest man
AfradenYama's Wife
ClarkMenantu Hebat
Alwi GoHarmless Lie
BaigeUnplanned Marriage
MargeryMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka