Marriage Journey - Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
Ariana menatap Decky yang selalu minum anggur dan segera berdiri dengan marah.
Dia menatap Decky dan berteriak dengan keras "Aku adalah Ariana, aku bukan Sifa, coba kamu melihat dengan jelas, aku adalah Ariana!"
Tapi Decky terus menundukkan kepala dan minum anggur, dia bahkan tidak memperhatikan apa yang dibicarakan Ariana.
Ariana menatap Decky yang tidak memiliki tindakan apapun dan bahkan tidak melihat dirinya sendiri.
Dia segera bergegas ke depan Decky, sambil memeluknya dan berkata dengan lantang "Decky, aku adalah Ariana, mengapa kamu melupakan kejadian kita sebelumnya?"
Ariana tidak bisa berhenti menangis, Decky mengulurkan tangan dan mendorong Ariana pergi dengan jijik.
Dia berteriak pada Ariana "Kamu pergi, kamu itu siapa, apakah kamu masih mengingat kejadian sebelumnya?"
Mata Ariana memerah, dia menatap Decky dan berkata dengan sedih "Ya, Decky, kamu tidak akan melupakan hal-hal sebelumnya, kamu menyukaiku, benar?"
Meskipun Decky selalu memperlakukan Ariana seperti ini, tetapi Ariana selalu mengingat bagaimana Decky memperlakukan dirinya dengan baik di depan Sifa.
Dia telah berkhayal bahwa dia dan Decky dapat kembali ke hubungan mereka sebelumnya.
Decky sudah sedikit mabuk, dia berdiri terhuyung-huyung dan menatap Ariana.
Dia melihat Ariana yang sedih dan tertawa keras "Kamu itu siapa, apakah kamu tidak mengerti apa yang terjadi sebelumnya?"
"Pada saat itu, aku sedang memberi peringatan kepada Sifa, aku hanya ingin membuat Sifa marah, apakah kamu menganggap hal-hal seperti itu sebagai perasaanku terhadapmu?"
Setelah Decky selesai berbicara, dia menatap Ariana dengan jijik dan tertawa terbahak-bahak.
Dalam sekejap, Ariana merasa seolah-olah tersambar petir, dia menatap Decky dengan mata lebar dan tidak percaya.
Decky menatap Ariana yang jatuh di lantai dan tertawa keras, seolah-olah dia masih belum cukup untuk berbicara.
"Ariana, aku sejak awal tidak suka wanita sepertimu, aku tidak suka wanita yang mengejar pria, kamu sendiri saja mungkin tidak tahu berapa banyak tempat tidur pria yang pernah kamu tiduri, wanita seperti kamu masih ingin bersamaku?"
Perkataan Decky langsung membuat Ariana kehilangan rasional, namun cintanya terhadap Decky telah mendalam hingga ke tulangnya.
Ariana mengulurkan tangan untuk memeluk kaki Decky dan menangis dengan keras "Tidak, Decky, kamu tidak seperti ini, kamu menyukaiku, benar?"
Ariana memeluk kaki Decky dan tidak mau melepaskannya, riasan cantik yang dia kenakan saat dia pertama kali datang sudah hancur.
Decky menatap Ariana yang sedang memohon dirinya di lantai dan langsung merasa sangat lucu.
Dia mengulurkan tangan dan melepaskan tangan Ariana yang memeluk kakinya, kemudian dia menatap Ariana dengan tegas "Jika kamu masih tidak mengerti apa yang aku katakan, maka aku juga tidak perlu melanjutkan lagI."
Meskipun Decky sudah mabuk, tetapi kesadarannya masih sangat jernih, dia langsung menolak Ariana.
Kemudian Decky langsung mengambil bajunya sendiri dan mengemudi mobil pergi.
Ariana duduk di sofa sendirian, menatap punggung kepergian Decky dengan putus asa, seluruh orangnya terlihat seperti sudah kehilangan roh.
Bagaimanapun juga, itu adalah pria yang dia telah bersikeras begitu lama, meskipun dia tahu bahwa Decky adalah orang yang kejam.
Tetapi ketika dia mendengar Decky berkata seperti ini pada dirinya, dia masih saja merasa sedih.
Ariana mengulurkan tangan untuk menyeka air mata di wajahnya dan menggigit bibirnya erat-erat, tapi dia masih saja tidak bisa menahan dan menangis dengan keras.
Untungnya, hanya ada sedikit orang di bar, kebanyakan orang datang ke sini akan membuka ruangan pribadi kecil dan minum anggur sendirian.
Di sini adalah tempat pertama kali Ariana bertemu dengan Decky, saat itu Ariana hanyalah seorang model baru yang tidak begitu terkenal.
Saat pertama kali melihat Decky, dia segera jatuh cinta pada pria tampan, kaya dan acuh tak acuh yang tidak banyak berbicara ini.
Saat dia dibawa pulang oleh Decky, dia sangat bahagia.
Dia tidak menyangkal bahwa dia suka dengan uang Decky, tapi yang paling dia sukai adalah penampilan Decky yang acuh tak acuh.
Tapi sekarang Decky memberitahu dirinya akhir seperti ini dan Ariana terlihat seperti kehilangan roh.
Begitu Ariana berpikir bahwa situasinya sekarang ini terjadi karena Sifa, ada ledakan amarah dari lubuk hatinya dan seluruh orangnya sepertinya mau meledak.
Setelah Ariana menenangkan emosinya, dia membawa mobil menuju rumahnya.
Penampilannya saat ini tidak boleh difoto oleh reporter.
Tapi di depan pintu rumahnya, dia melihat Saras yang sedang menunggunya.
Ketika Ariana melihat Saras, dia sedikit terkejut, karena setelah kejadian Sifa, dia jarang melihat Saras lagi.
Ketika Ariana melihat Saras, dia berbalik tanpa sadar, dia tidak ingin Saras melihat matanya yang merah dan bengkak.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Ariana tidak takut pada Saras lagi, dia lebih terkenal darinya dan perusahaannya saat ini jauh lebih kuat dari ayahnya.
Saras menatap Ariana yang terlihat canggung dan berkata sambil tertawa dingin "Apakah kamu tadi memohon orang sambil menangis, apa yang terjadi, mengapa kamu berpenampilan seperti ini?"
Perkataan Saras langsung menyentuh kesedihan Ariana, sehingga menyebabkan Ariana kehilangan kendali atas emosinya.
Ariana berbalik dan menatap Saras dengan wajah histeris, kemudian dia berteriak pada Saras "Apa yang kamu bicarakan di sini, apakah kamu sakit?"
Kemarahan Ariana yang mendadak membuat Saras tertawa lebih keras.
Saras menatap Ariana sambil tersenyum dan berkata dengan sinis "Aku tahu, kamu memeluk kaki Kak Decky di bar..."
Sebelum Saras selesai berbicara, Ariana langsung memelototi Saras dengan kedua matanya yang merah dan berteriak pada Saras "Jangan katakan..."
Saras menatap Ariana dengan bahagia dan tertawa dingin, kemudian dia berkata "Aku sangat senang kamu juga memiliki hari ini."
Ariana menyadari bahwa emosinya sudah tidak terkendali, tetapi dia tidak boleh seperti ini di depan Saras.
Ariana berbalik untuk menenangkan emosinya, kemudian dia menatap Saras dan berkata "Apa yang kamu inginkan?"
Pada saat ini, Saras sudah sedikit tenang, dia menatap Ariana dengan wajah serius "Kita memang saling membenci, tapi tujuan kita sama."
Ariana tidak mengerti maksud Saras, dia menatap Saras dan mengerutkan kening dengan curiga.
“Kamu katakan dengan jelas, apa yang ingin kamu lakukan?” Ariana menatap Saras dan berkata.
Saras perlahan berjalan mendekati Ariana dan berkata "Aku ingin menemukan Sifa, aku ingin dia mati."
Ketika mendengar perkataan Saras, Ariana langsung terkejut, meskipun dia kejam, tetapi dia tidak pernah ingin membunuh siapa pun.
Ariana menatap Saras dengan terkejut dan tergagap-gagap "Apa... apa yang baru saja kamu katakan...?"
Saras berbalik, wajahnya berubah menjadi histeris dalam sekejap, dia menatap Ariana dan berkata dengan menggertakkan gigi "Aku berkata, aku ingin Sifa mati dan pergi dari sini selamanya."
Novel Terkait
Marriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka