Marriage Journey - Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?

Sifa berjongkok untuk sedikit mengelak. Dia menutupi telinganya dengan rapat.

Bukannya diri sendiri sudah menanda tangani surat perceraian, kenapa sekarang malah repot-repot mencariku?

Decky menggedor pintu dengan keras sambil terus berteriak, “Sifa, keluar kamu. Aku tahu kamu ada di dalam.”

Tetangga di samping rumah Sifa berjalan menghampiri Decky dengan tatapan kesal lalu berkata, "Tuan, di jam segini ini kami semua masih tidur...”

Decky menoleh melirik orang itu. Orang itu pun langsung ketakutan dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, Dia langsung menutup pintu rumahnya dengan muram, dan menganggap kalau dia ini sedang tidak beruntung karena bertemu dengan orang menakutkan seperti itu.

Sifa berdiri dan membuka pintunya, dia berdiri dengan wajah pucat di belakang pintu, lalu mengangkat kepalanya menatap Decky.

Semalam tidak bertemu, Decky tampak sangat kuyuh. Di daerah bibirnya ada janggut yang mulai tumbuh tak beraturan, dan tampak jelas lingkaran hitam di bawah matanya.

Decky melangkahkan kakinya dan masuk, lalu menarik Sifa keluar dari rumahnya.

Sifa terkejut, dia tidak menyangka Decky bisa melakukan hal seperti ini. Dia mencoba melawan untuk melepaskan diri dari Decky.

Tapi Decky tidak memperdulikannya. Sifa yang memang sudah lemah dan tak bertenaga ini mana mungkin adalah lawan yang sebanding dengan Decky.

Dia pun langsung diseret keluar oleh Decky.

Tidak tahu apa-apa, ternyata di luar sudah turun butiran-butiran salju kecil. Orang-orang pejalan kaki yang berjalan di jalanan itu sudah tidak minat untuk melihat sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

Sifa tak berdaya dan hanya bisa menyerah. Dia pun hanya bisa berjalan cepat mengikuti Decky dari belakang di sepanjang jalan.

Decky juga sudah menyadari kalau turun salju kecil. Dia pun tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan berbalik.

Dia melepaskan jas musim dinginnya yang berwarna hitam, lalu meletakkannya untuk menutupi tubuh Sifa.

Sifa hanya mengenakan piyama tipis berwarna putih. Tubuhnya terus menggigil terpapar udara dingin.

Decky berhenti dan mengulurkan kedua tangannya untuk menghalangi salju menimpa Sifa.

Dengan ekspresi yang tidak jelas di wajahnya, jari-jarinya perlahan terulur, dan membelai pipi Sifa dengan lembut.

Sifa menghindarinya dengan rasa jijik, tapi tiba-tiba dagunya diremas oleh Decky.

Tanpa sadar, bibir Decky turun dan menyindir bibir Sifa. Bibir Decky terasa dingin dan tak ada kehangatan apapun.

Sifa menutup bibirnya dengan rapat dan berusaha mendorong keras Decky dengan kedua tangannya.

Decky tidak meneruskan gerakan selanjutnya, hanya mengecup bibir Sifa saja.

Begitu mengangkat kepalanya dalam sekejap itu, matanya penuh dengan kehangatan dan kelembutan. Sifa tercengang dan terkejut diam melihat ini, dia meragukan dirinya tadi melihat hal yang salah.

Decky memeluk Sifa dengan erat, lalu menggunakan pipinya sendiri untuk mengelus pipi Sifa dengan sekuat tenaga.

Sifa bingung dan gundah, gerakan Decky yang tiba-tiba ini membuat Sifa benar-benar tidak bisa berpikir dengan logis.

Decky memejamkan matanya, lalu bergumam di samping telinga Sifa dengan suara pelan, “Sifa, jangan meninggalkanku.”

Tubuh Sifa langsung menegang. Barusan tadi ini apa yang dikatakan Decky, menyuruhku untuk tidak meninggalkannya?

Dari awal, orang yang menyuruhnya untuk tetap di samping Decky adalah Decky sendiri. Lalu, yang menyuruhnya untuk meninggalkannya juga adalah Decky sendiri. Apa Decky ini tidak jelas dengan ini semua?

Sifa menghela napas dingin, dia memalingkan wajahnya. Tidak memberikan kesempatan sedikitpun untuk Decky menyentuhnya dengan intim.

“Tuan Decky, jika tidak salah ingat. Surat perceraiannya sudah aku tanda tangani. Jika kamu juga setuju mengenai itu, maka mulai sekarang kita sudah bukan lagi pasangan suami istri.”

Kata Sifa dengan nada bicara yang sangat dingin. Dia sengaja menjauh dari Decky.

Decky meningkatkan kekuatan tangannya untuk memeluk Sifa lebih erat, "Selama aku berkata tidak, maka kamu akan selalu menjadi milikku, dan aku ingin kamu selalu menjadi milikku ..."

Mata Decky memerah dan berkata kepada Sifa dengan menekankan setiap katanya.

Sifa tidak tahu kenapa itu terdengar menggelikan. Tatapan matanya menatap Decky, senyum aneh muncul di sudut bibirnya, “Sebenarnya kamu mau apa?”

Kata Sifa dengan tegas tanpa malu-malu dan langsung ke poinnya.

Wajah Decky terlihat masih tenang, seperti tidak terpengaruh dengan ucapan dingin dan sikap kaku Sifa tadi.

Decky menunduk dan tersenyum, "Sifa, aku tahu kalau diriku sudah sering menyakitimu dengan berbagai hal. Walaupun aku minta maaf satu persatu untuk semua itu, itu tetap tidak akan cukup. Tapi, aku ingin kamu tahu. Ketika aku melihatmu tiba-tiba sakit dan tiba-tiba pergi, aku baru sadar kalau aku takut kehilanganmu. Tetaplah tinggal di sampingku, ya?”

Begitu mendengarkan ucapan Decky ini, Sifa langsung menundukkan pandangan matanya. Air mata mengalir perlahan di matanya.

Sifa tidak mengatakan apapun. Sifa takut, selama bertahun-tahun Decky selalu saja paling pandai dalam merajut mimpi-mimpi indah untuknya. Namun, ketika Sifa belum bangun dari mimpi itu, tiba-tiba dia telah dibunuh begitu saja. dan dia masih terkubur dalam mimpi indah di awal-awal hubungan ini.

Sifa tak lagi menantikannya, dia juga tidak ingin berani mempercayainya. Dia takut akan jatuh lagi ke jurang yang sudah tidak tahu berapa kali dia jatuh ke dalamnya.

Selama bertahun-tahun ini, sudah berapa harapan yang telah diberikan Decky kepadanya. Namun, apa hasil yang diberikan atas semuanya?

Decky melihat Sifa sedikit goyah dan dia pun langsung menyerang lagi, "Sifa, ayo kita mulai lagi dari awal hubungan kita ini?”

Sifa diam. Dia sedari tadi hanya menundukkan kepala dan tak menjawab.

Baru setelah cukup lama diam, Sifa pun mengangkat kepala menatap Decky dan berkata, “Decky, kita sudah tidak bisa memulai kembali hubungan kita ini.”

Decky terdiam membeku menatap Sifa. Dia tidak menyangka Sifa bisa menjawabnya seperti itu.

Sifa mendorong Decky, dia pun melepaskan jas musim dingin Decky dan menaruhnya di tangan Decky, lalu dia berjalan ke sisi lain.

“Di antara kita, tidak hanya ada kesalahpahaman yang tak terhitung jumlahnya Bukan hanya mengenai Yuli, tapi juga banyak hal dalam tiga tahun yang tidak dapat diatasi."

Sifa mengatakannya dengan jelas, menundukkan kepala dan tersenyum, “Decky, aku sudah lelah. Aku sudah tidak ingin bermain sembunyi-sembunyi seperti tikus dan kucing ini denganmu lagi. Aku benar-benar sudah lelah.”

Sifa berbalik dan pergi. Dia berjalan tanpa menoleh sekalipun.

Kali ini, Decky tidak lagi memaksa Sifa tetap tinggal di sampingnya seperti sebelum-sebelumnya. Dia tidak juga mengejar Sifa, apa lagi mengatakan apapun.

Decky menundukkan kepala dengan tak berdaya. Dia tahu, selama bertahun-tahun ini, semua kesalahan dan luka yang digoreskan ke diri Sifa, tidak bisa ditebus hanya dengan sekedar kata maaf. Tapi dirinya sekarang benar-benar sudah memahami jelas perasaannya sendiri terhadap Sifa. Dirinya suka kepada Sifa. Kalau suka maka harus mengejarnya. Dia sudah pernah kehilangan, dia tidak boleh kehilangan lagi.

Meskipun tahu kalau dirinya telah menyakiti wanita yang paling disukai. Tapi dia tetap saja jatuh cinta lagi padanya tanpa obat apapun yang bisa menyelamatkannya.

Setelah menyakitinya tanpa memedulikan semuanya. Dia malah tanpa sengaja jatuh cinta pada wanita itu. Mungkin inilah perbedaan cinta yang terbesar yang diberikan orang.

Sifa sudah mengakhiri pekerjaannya yang berada di samping Decky. Jadi sekejap dia sudah kehilangan sumber keuangannya.

Dia tidak mempunyai banyak uang dari uang tabungan di pekerjaannya yang dulu. Tapi jika dirinya sekali pergi ke rumah sakit, bisa menghabiskan sebagian besar uangnya.

Sifa duduk dengan bingung di ranjang. Lalu, memeluk dirinya sendiri.

Tapi pada saat ini, Marsha meneleponnya dan memberi tahu Sifa kalau surat pengunduran dirinya harus mendapat persetujuan bos sebelum bisa mengundurkan diri. Linda bilang padanya kalau ini sama saja dengan bolos kerja tanpa alasan. Tidak perlu membahas gaji, bahkan malah harus membayar uang ganti rugi.

Sifa langsung terkejut mendengarnya. Tanpa perlu dipikirkan, sudah jelas kalau ini semua adalah cara Decky. Alasannya karena Decky tidak mau Sifa pergi.

Sifa memakinya dalam hati. Setelah menutup teleponnya, dia sangat emosi dan marah sekali.

Urusan apa ini? Meskipun dirinya memiliki kartu bank warna hitam yang diberikan Decky di tangannya. Tapi dia tidak pernah menggunakannya, dan dia tetap tidak akan menggunakan itu sepeser pun sekarang.

Setelah dipikir dan dipertimbangkan, Sifa memutuskan untuk pergi ke perusahaan. Karena bagaimanapun jika sesuai dengan prosedur alurnya tetap saja Decky yang benar.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu