Marriage Journey - Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
Dan saat ini, Hendi sama sekali tidak menyadari Decky sudah berada di jalan menuju Amerika Serikat.
Dia tidak tahu konflik percintaan apa yang akan terjadi kelak diantara dia dan Sifa juga Decky.
Semua ini merupakan sebuah misteri bagi mereka bertiga.
Dan disaat ini, hal yang harus Hendi kerjakan sungguh sangat banyak, mengenai situasi yang terjadi di pameran lukis dalam negeri, dia berpikir, tidak perduli apapun yang terjadi dia tidak bisa membiarkan Sifa mengetahui hal ini.
Karena Sifa sekarang sudah mendekati masa persalinan, kalau kabar buruk seperti ini diberitahukan padanya, akan berakibat sangat buruk untuknya.
Dia mengatur semua orang disekeliling untuk menutupi hal ini agar tidak sampai ketelinga Sifa.
Meskipun Sifa ingin mengaja mencari tahu, dia juga sudah berpesan pada semua orang untuk tidak membiarkan Sifa mengungkit tentang pameran lukis yang ada di dalam negeri, dan hanya bisa mengatakan kalau pameran yang ada di dalam negeri semua berjalan dengan sangat lancar.
Setelah mengatur semuanya, langit juga sudah gelap.
Mungkin karena mengetahui masalah pameran yang tutup, perasaan Hendi menjadi semakin tidak tenang.
Jadi ketika dia kembali ke tempat tinggal Sifa, dari luar jendela dia bisa melihat Sifa yang sedang berjalan-jalan dalam rumah seorang diri.
Mengetahui Sifa diam-diam begitu berusaha agar bisa melahirkan dengan lancar.
Dia selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk berjalan santai, bisa melahirkan dengan lancar, bagi Sifa, dirinya sekarang mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yang dia harapkan hanyalah anaknya bisa lahir dengan lancar.
Sehingga diam-diam dia selalu melakukan hal yang baik untuk anak ini…
Hendi yang melihat ini dari luar, ada rasa sesak yang tidak bisa dia ungkapkan muncul dalam hatinya.
Dia tahu semua yang Sifa lakukan saat ini, semua dorongan ini adalah demi anak ini.
Dia teringat dengan kondisi pameran lukisan dalam negeri, seketika tidak tahu harus bagaimana memberitahu Sifa, dia tahu hal ini tidak bisa ditutupi dari Sifa terlalu lama, namun dia tetap berharap bisa menutupinya sedikit lebih lama.
Asalkan itu baik bagi kesehatan Sifa, menutupinya dari Sifa sedikit lebih lama, itu sama sekali tidak keterlaluan.
Setelah memikirkan ini, dia melangkah masuk ke tempat tinggal Sifa, setelah masuk ke dalam rumah, Sifa melihatnya sudah begitu larut masih belum istirahat, melihatnya dengan ekspresi yang cukup terkejut.
“Kenapa kamu masih datang selarut ini, tidak perlu mengkhawatirkanku, kalau ada apa-apa aku akan segera meneleponmu.”
Sifa berkata sambil tersenyum pada Hendi.
Hendi tahu, sebenarnya dia merasa bersalah padanya, namun dia tidak ingin Sifa memiliki pikiran seperti itu.
Baginya menjaga Sifa dan mengurus semua kebutuhannya, bahkan pengobatannya selama di luar negeri, itu semua merupakan hal yang sudah seharusnya dia lakukan.
“Tidak perduli apapun yang terjadi, kamu sekarang sudah mendekati masa bersalin, aku merasa tidak tenang, beberapa hari lagi aku akan pindah kemari untuk tinggal denganmu.”
Begitu Sifa mendengar ini semua, dia segera menggeleng.
“Sungguh tidak perlu begitu repot, sekarang saja aku sudah cukup merepotkanmu, kamu sudah melakukan begitu banyak hal untukku, bagaimana mungkin aku merepotkanmu lebih jauh lagi dengan merawatku!”
Setelah Sifa menambahkan semua ini.
Dia tahu berapa banyak ucapan terima kasih yang dia ucapkan tidaklah cukup untuk berterimakasih.
Dan dirinya yang sekarang sungguh tidak mampu mengatur semua yang ada disekelilingnya, membuatnya mau tidak mau harus mengandalkan Hendi, dan ucapannya terasa begitu lemah dan tidak berdaya……
“Sudah tidak perlu sungkan denganku, kita sudah kenal begitu lama, kamu masih saja begitu sungkan padaku, merawatmu merupakan hal yang sudah sewajarnya kulakukan, nanti aku akan tidur di ruang tamu, kalau ada kejadian apa dalam kamarmu aku akan bisa langsung mengetahuinya, dengan begitu aku baru bisa merasa tenang.”
Hendi mengatakan ini pada Sifa agar dia tidak merasa terbebani, sehingga dia berkata lagi :”Aku tahu kamu sangat berterimakasih padaku, kalau kamu benar-benar ingin berterimakasih padaku, setelah anak ini lahir, biarkan aku lanjut menjaga kalian, dan biarkan aku menjadi ayah angkat anak ini!”
Setelah Hendi mengatakan ini, membuat Sifa ikut tersenyum melihat wajahnya yang tersenyum ketika mengatakannya.
Dia tahu Hendi mengatakan ini agar tidak membuatnya merasa terbeban.
Sifa mengangguk dan berkata sambil tersenyum : “Ok, ini mah gampang, dengan begitu anakku akan mendapatkan kasih sayang lebih banyak lagi!”
Setelah mereka selesai membicarakan ini, mereka tersenyum, melihat hari yang sudah larut, Hendi menyuruh Sifa untuk segera kembali ke kamar dan beristirahat.
Dia juga mengatakan kalau besok pagi dia akan menemani Sifa jalan-jalan ke taman, agar dia bisa menghirup udara segar, itu jauh lebih baik untuk janin.
Setelah mereka selesai berbicara, Sifa kembali ke kamarnya untuk istirahat.
Saat ini, Hendi seorang diri berada di ruang tamu Sifa, dia mulai memikirkan tentang masalah di dalam negeri, dia tidak tahu siapa yang diam-diam mencekal pameran lukisan Sifa yang ada di dalam negeri.
Dia tahu ini semua harus segera diselesaikan, tidak boleh sampai ketahuan oleh Sifa.
Setelah berada di ruang tamu sesaat, Hendi berjalan perlahan ke depan pintu kamar Hendi, dia perlahan mendorong pintu kamar Sifa, melihat Sifa sudah pulas tertidur, lalu berniat segera meninggalkan rumah Sifa.
Baru saja menginjakkan kaki ke keluar rumah,dia sudah menerima telepon dari dalam negeri, karena disaat sekarang di dalam negeri sudah pagi. Dan ini merupakan waktu dimana orang-orang di dalam negeri sedang sibuk dengan rutinitas mereka.
Dari telepon Hendi mengetahui kalau memang Decky yang sudah menutup semua pameran lukisan Sifa.
Ketika Hendi mendengar nama Decky, api amarah langsung memenuhi seluruh hatinya.
Dia tidak tahu kenapa pria ini memperlakukan Sifa seperti itu, sekarang Sifa sudah tidak memiliki hubungan apapun dengannya, Sifa yang sudah berada jauh di luar negeri, agar bisa mengadakan pameran di dalam negeri, sudah begitu bersusah payah.
Dan hanya beberapa patah kata dari pria ini pameran Sifa langsung ditutup begitu saja!
Semakin Hendi memikirkannya semakin dia marah, ingin sekali rasanya langsung datang kehadapan pria itu dan menghajarnya habis-habisan.
Meskipun berpikir demikian, dia juga tidak ingin orang ini memiliki sedikitpun hubungan dengan Sifa lagi.
“Mengenai situasi pameran yang ada di dalam negeri, segera hubungi aku kalau ada pergerakan apapun, jangan hubungi Sifa !”
Hendi berpesan pada penanggung jawab dari balik telepon, penanggung jawab juga mengetahui kalau Sifa sedang mempersiapkan persalinan di luar negeri, tentu saja dia memahaminya.
“Baiklah, aku tahu, Presdir Shen, masalah ini sudah aku atur, oh iya, apakah pamerannya mau dimulai lagi?”
Hendi berpikir, kalau ingin pameran lukisan ini tetap berjalan, dia harus mengganti nama galerinya, nama Fade sudah tidak bisa digunakan lagi.
Sehingga Hendi mengganti nama pameran tanpa ijin Sifa lagi.
Sehingga dia langsung berpesan pada penanggungjawab di dalam negeri, mulai saat ini semua yang dilakukan oleh pameran memakai nama ini, jangan membocorkan keluar juga kalau dulu nama galeri ini adalah Fade.
Novel Terkait
Loving Handsome
Glen ValoraMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraRahasia Istriku
MahardikaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiThat Night
Star AngelPergilah Suamiku
DanisMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka