Marriage Journey - Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020
Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020
Juna menatap Sifa dengan teguh "Ini untukmu. Aku rasa kalian datang ke sini karena hal ini, sehingga kalian bertemu begitu banyak masalah."
Tatapan Juna tidak lagi begitu mengasingkan diri seperti sebelumnya, melainkan bertambah lebih lembut.
Sifa menerima dokumen dari Juna, mengangguk "Jangan khawatir. Selama anak itu masih ada, aku pasti akan membantu kamu menemukan anak itu!"
Juna terpaku di tempat, mengangguk setelah lama terdiam "Iya!"
Satu kata sederhana itu mengandung keberanian penuh untuk mempercayai wanita yang baru saja dikenalnya selama beberapa hari ini.
Setelah mendapatkan dokumen yang ditandatangani, Sifa buru-buru memandu sekelompok orang pulang ke kota dengan membawa dokumen. Mereka tiba di Kota Arizona pada pukul empat sore.
Dengan tubuh yang kelelahan, Sifa memimpin sekelompok orang pulang dengan membawa kemenangan. Orang-orang di sekitar memandang mereka dengan tatapan merendahkan, orang-orang itu kira mereka tidak berhasil menyelesaikan tugas sehingga terpaksa pulang.
Sifa tidak peduli apa pandangan semua orang terhadap dirinya. Sekarang apa yang paling ingin dia lakukan adalah bertemu Decky.
Sifa menginstruksikan Marsha untuk membawa Luis dan Domi ke ruang tunggu perusahaan untuk beristirahat sejenak, sementara dirinya hendak bertemu Decky untuk melaporkan hasil pekerjaan mereka.
Sifa berjalan menuju kantor Decky selangkah demi selangkah dengan jantung yang berdebar kencang.
Berdiri di depan pintu, dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan suasana hati sebelum mengetuk pintu.
Suara laki-laki yang dingin datang dari kantor "Masuk."
Sifa ragu-ragu sejenak, tapi tetap berjalan masuk.
Decky sedang menunduk dengan kening berkerut, sepertinya sedang mencermati dokumen. Wajahnya tercetak kesibukan. Dia tidak mendongak untuk melihat siapa yang masuk.
Dia hanya berkata dengan tawar "Bagaimana dengan pekerjaan yang aku serahkan padamu?"
Sifa menatap Decky, berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi di dalam hati, lalu membisikkan nama Decky "Decky..."
Decky mengangkat kepala, bertemu dengan tatapan Sifa, sedikit terkejut. Dia berdiri sambil menatap Sifa, fluktuasi terjadi di ekspresinya yang selalu tenang.
Dia mengulurkan tangan untuk memeluk Sifa "Kamu akhirnya pulang."
Decky bersandar di telinga Sifa dan berbisik, nadanya dibanjiri kerinduannya terhadap Sifa.
Sifa memeluk Decky dengan lembut, air mata kristal berkaca-kaca di sudut matanya "Kamu tidak tahu betapa aku merindukanmu."
Kata Sifa dengan lirih.
Setelah Sifa dan Decky saling menghangatkan untuk waktu yang singkat, Sifa mengeluarkan dokumen persetujuan dari tas dan menyerahkannya kepada Decky.
Decky menatap Sifa dengan kaget. Dari mata Sifa, dia menemukan kepercayaan diri dan ketenangan yang belum pernah ada sebelumnya.
Sifa mengangguk ke arah Decky “Semua orang menunggu Direktur Leng mengadakan rapat pembagian bonus, aku juga sedang menunggu bonus dari Direktur Leng.” Sifa tersenyum ringan sambil berkata pada Decky.
Decky tersenyum tipis, mengangkat telepon di samping untuk menelepon Linda "Linda, segera adakan rapat staf. Aku mau mengumumkan sesuatu kepada semua orang. Aku akan memimpin rapatnya secara pribadi."
Usai berbicara, dia langsung menutup telepon, menatap Sifa dengan diiringi senyuman tipis.
Sifa menatap Decky sambil tersenyum tipis juga.
Semua orang diminta berkumpul pada saat mereka sudah bersiap-siap untuk pulang kerja. Linda mengumumkan bahwa semua karyawan harus hadir, Direktur Leng akan memimpin rapat staf ini secara pribadi.
Oleh karena itu, orang-orang yang tidak semangat pun seketika menjadi sangat energik. Hal penting apa yang membuat Direktur Leng memimpin pertemuan kali ini secara pribadi.
Kali ini berbeda dari biasanya. Semua orang menunggu di aula lebih awal dengan pakaian rapi dan mengenakan kartu kerja. Tidak ada yang berani berbicara maupun berbisik.
Sifa, Marsha, Luis dan Domi duduk rapi di baris pertama dengan kepala tegak.
Karena terburu-buru, mereka masih belum makan maupun minum. Tidak ada satu pun bagian tubuh mereka yang bersih.
Meski begitu, mereka bersepakat untuk tidak pulang, mereka mau membawa dokumen ini ke perusahaan dan menyerahkannya kepada Direktur Leng terlebih dahulu.
Bagaimanapun proyek ini dibawa kembali oleh mereka dengan mempertaruhkan nyawa. Sekarang adalah waktunya mendapatkan bonus dan pujian.
Beberapa orang mulai berdesas-desus di belakang. Masih ada waktu lebih dari sepuluh menit, beberapa orang mulai tidak sabar. Mereka mengejek dan menyindir tim proyek yang dibentuk oleh Sifa.
"Aduh, bukankah ini adalah tim proyek yang baru saja dibentuk? Kenapa kalian sudah pulang? Ini baru saja belasan hari, apakah kalian tidak bisa menyelesaikannya dan hanya bisa pulang? Tampaknya Direktur Leng mengadakan rapat kali ini karena mereka pulang tanpa membawa hasil yang memuaskan."
Selesai itu, sekelompok orang mulai mencibir di bawah. Mereka menyindir dan menghina tim Sifa.
"Aku sudah bilang sebelumnya, mereka tidak punya kemampuan apapun. Bagaimana mungkin mereka dapat menyelesaikan proyek yang bahkan tidak berhasil dikerjakan oleh begitu banyak tim proyek yang berpendidikan tinggi."
Seorang wanita berdiri dan memandangi Sifa dan Marsha sambil berkata dengan nada melengking "Saat itu aku sudah bilang, apakah kalian tidak tahu seberapa tinggi kemampuan kalian, untuk apa kalian harus menyusahkan diri untuk menjadi populer, sekarang kalian hanya memalukan diri kalian sendiri, bukan?"
Wanita itu tertawa bersama orang di sebelahnya. Aula seketika menjadi bising. Banyak orang yang mendiskusikan masalah ini.
Marsha tidak bisa menahan amarahnya. Dia berdiri dan menunjuk ke wanita itu, hendak memarahinya.
Tapi Sifa yang duduk di sebelahnya langsung menahannya "Lupakan saja, Marsha Aku rasa mereka tidak tahu apa sebenarnya maksud memalukan diri sendiri."
Marsha langsung tanggap. Dia melihat wanita itu dan mencibir, lalu duduk. Nanti akan ada pertunjukan yang bagus.
Setelah beberapa saat, Linda masuk untuk memeriksa apakah semua staf dari setiap departemen sudah hadir, kemudian keluar lagi.
Decky masuk dengan melangkahkan kaki panjangnya, wajahnya tercetak kedinginan yang selalu dimilikinya.
Semua orang langsung terdiam. Decky berdiri di atas panggung, pandangan dingin menyapu semua orang yang ada di bawah.
Kemudian pandangannya tertuju pada wajah Sifa, tatapannya yang dalam terkunci pada Sifa.
"Aku rasa semuanya sudah bisa menebak tujuan diadakannya rapat kali ini."
Decky berkata dengan nada tawar. Perhatian semua orang tertuju padanya.
"Aku mau berbagi dengan kalian semua mengenai masalah di mana aku mengutus Asisten Sifa untuk membuat tim proyek."
Orang-orang di bawah mulai gelisah. Suasana tegang membuat Sifa mengernyit tanpa sadar.
Decky mengambil dokumen dari meja dan menunjukkannya kepada semua orang "Asisten Sifa berhasil menandatangani kontrak, pembongkaran akan segera dikerjakan, proyek juga akan segera dimulai. Di sini aku akan membagi bonus kepada Asisten Sifa dan beberapa karyawan lain yang ikut pergi ke sana!"
Decky berkata dengan ringan, senyuman tipis menyembul di wajahnya dengan jelas.
“Asisten Sifa, silakan maju untuk melaporkan kondisinya.” Ujar Decky dengan dingin.
Sifa agak terkejut, dia menatap Decky dengan ekspresi bingung.
Decky memasang senyuman samar, mengangkat alis sambil menatap Sifa. Tadi dia mendengar semua perkataan orang-orang yang menyindir tim Sifa, jadi dia memberi Sifa kesempatan untuk membalas dendam.
Sifa langsung mengerti. Dia perlahan berdiri di bawah pandangan semua orang yang terkejut, berbalik dan melihat beberapa orang yang baru saja berbicara sinis dengan nada menghina.
Para wanita itu langsung menundukkan kepala dengan raut muka yang buruk. Kenapa ini bisa terjadi?
Sifa menunduk dan bertatapan dengan Marsha, matanya penuh percaya diri.
Marsha mengangguk ke arahnya "Beri mereka pelajaran."
Luis dan Domi juga memandang Sifa dan mengangguk, seolah memberi keberanian dan kepercayaan.
Sifa berjalan pelan menuju panggung.
Dia mengenakan mantel berwarna hitam. Karena terburu-buru, rambutnya hanya terurai di bahu tanpa ditata. Wajah yang tidak dirias terlihat sedikit pucat karena sudah lama tidak istirahat.
Tapi dia mengambil selangkah demi selangkah dengan tegas. Terdapat jejak ketegasan di matanya yang memandangi semua orang di bawah.
Dia berdiri di samping mikrofon. Setelah melihat orang-orang di bawah, terdengar suaranya yang sedikit parau "Aku percaya bahwa hasil yang dibawa pulang kali ini tidak seperti yang dipikirkan semua orang. Pada awal tim proyek ini dibentuk, sebagian besar orang tidak optimis dengan proyek ini dan melontarkan kata-kata kasar kepada kami."
"Semua itu dilakukan karena tidak ada yang pernah berhasil sebelumnya. Tetapi sekarang kami pulang dengan membawa kabar baik. Aku ingin memberi tahu mereka yang berpikir kami tidak dapat melakukannya bahwa kami telah berhasil."
"Jadi, kalian semua sebaiknya mengucapkan selamat kepada kami dalam hati kalian secara diam-diam. Kami tidak perlu berdebat dengan kalian. Kami membalas kalian dengan tindakan. Terima kasih untuk kalian yang selama ini mendukung kami. Fakta membuktikan bahwa mendukung kami adalah keputusan terbaik."
Decky memandang Sifa yang tampak teguh dan tidak membiarkan siapa pun melanggar haknya, hati terasa sangat senang.
Novel Terkait
Love From Arrogant CEO
Melisa StephanieMore Than Words
HannyHei Gadis jangan Lari
SandrakoMy Only One
Alice SongGue Jadi Kaya
Faya SaitamaMenantu Hebat
Alwi GoInnocent Kid
FellaInventing A Millionaire
EdisonMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka