Marriage Journey - Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat

Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020

Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020

Juna menatap Sifa dengan teguh "Ini untukmu. Aku rasa kalian datang ke sini karena hal ini, sehingga kalian bertemu begitu banyak masalah."

Tatapan Juna tidak lagi begitu mengasingkan diri seperti sebelumnya, melainkan bertambah lebih lembut.

Sifa menerima dokumen dari Juna, mengangguk "Jangan khawatir. Selama anak itu masih ada, aku pasti akan membantu kamu menemukan anak itu!"

Juna terpaku di tempat, mengangguk setelah lama terdiam "Iya!"

Satu kata sederhana itu mengandung keberanian penuh untuk mempercayai wanita yang baru saja dikenalnya selama beberapa hari ini.

Setelah mendapatkan dokumen yang ditandatangani, Sifa buru-buru memandu sekelompok orang pulang ke kota dengan membawa dokumen. Mereka tiba di Kota Arizona pada pukul empat sore.

Dengan tubuh yang kelelahan, Sifa memimpin sekelompok orang pulang dengan membawa kemenangan. Orang-orang di sekitar memandang mereka dengan tatapan merendahkan, orang-orang itu kira mereka tidak berhasil menyelesaikan tugas sehingga terpaksa pulang.

Sifa tidak peduli apa pandangan semua orang terhadap dirinya. Sekarang apa yang paling ingin dia lakukan adalah bertemu Decky.

Sifa menginstruksikan Marsha untuk membawa Luis dan Domi ke ruang tunggu perusahaan untuk beristirahat sejenak, sementara dirinya hendak bertemu Decky untuk melaporkan hasil pekerjaan mereka.

Sifa berjalan menuju kantor Decky selangkah demi selangkah dengan jantung yang berdebar kencang.

Berdiri di depan pintu, dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan suasana hati sebelum mengetuk pintu.

Suara laki-laki yang dingin datang dari kantor "Masuk."

Sifa ragu-ragu sejenak, tapi tetap berjalan masuk.

Decky sedang menunduk dengan kening berkerut, sepertinya sedang mencermati dokumen. Wajahnya tercetak kesibukan. Dia tidak mendongak untuk melihat siapa yang masuk.

Dia hanya berkata dengan tawar "Bagaimana dengan pekerjaan yang aku serahkan padamu?"

Sifa menatap Decky, berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi di dalam hati, lalu membisikkan nama Decky "Decky..."

Decky mengangkat kepala, bertemu dengan tatapan Sifa, sedikit terkejut. Dia berdiri sambil menatap Sifa, fluktuasi terjadi di ekspresinya yang selalu tenang.

Dia mengulurkan tangan untuk memeluk Sifa "Kamu akhirnya pulang."

Decky bersandar di telinga Sifa dan berbisik, nadanya dibanjiri kerinduannya terhadap Sifa.

Sifa memeluk Decky dengan lembut, air mata kristal berkaca-kaca di sudut matanya "Kamu tidak tahu betapa aku merindukanmu."

Kata Sifa dengan lirih.

Setelah Sifa dan Decky saling menghangatkan untuk waktu yang singkat, Sifa mengeluarkan dokumen persetujuan dari tas dan menyerahkannya kepada Decky.

Decky menatap Sifa dengan kaget. Dari mata Sifa, dia menemukan kepercayaan diri dan ketenangan yang belum pernah ada sebelumnya.

Sifa mengangguk ke arah Decky “Semua orang menunggu Direktur Leng mengadakan rapat pembagian bonus, aku juga sedang menunggu bonus dari Direktur Leng.” Sifa tersenyum ringan sambil berkata pada Decky.

Decky tersenyum tipis, mengangkat telepon di samping untuk menelepon Linda "Linda, segera adakan rapat staf. Aku mau mengumumkan sesuatu kepada semua orang. Aku akan memimpin rapatnya secara pribadi."

Usai berbicara, dia langsung menutup telepon, menatap Sifa dengan diiringi senyuman tipis.

Sifa menatap Decky sambil tersenyum tipis juga.

Semua orang diminta berkumpul pada saat mereka sudah bersiap-siap untuk pulang kerja. Linda mengumumkan bahwa semua karyawan harus hadir, Direktur Leng akan memimpin rapat staf ini secara pribadi.

Oleh karena itu, orang-orang yang tidak semangat pun seketika menjadi sangat energik. Hal penting apa yang membuat Direktur Leng memimpin pertemuan kali ini secara pribadi.

Kali ini berbeda dari biasanya. Semua orang menunggu di aula lebih awal dengan pakaian rapi dan mengenakan kartu kerja. Tidak ada yang berani berbicara maupun berbisik.

Sifa, Marsha, Luis dan Domi duduk rapi di baris pertama dengan kepala tegak.

Karena terburu-buru, mereka masih belum makan maupun minum. Tidak ada satu pun bagian tubuh mereka yang bersih.

Meski begitu, mereka bersepakat untuk tidak pulang, mereka mau membawa dokumen ini ke perusahaan dan menyerahkannya kepada Direktur Leng terlebih dahulu.

Bagaimanapun proyek ini dibawa kembali oleh mereka dengan mempertaruhkan nyawa. Sekarang adalah waktunya mendapatkan bonus dan pujian.

Beberapa orang mulai berdesas-desus di belakang. Masih ada waktu lebih dari sepuluh menit, beberapa orang mulai tidak sabar. Mereka mengejek dan menyindir tim proyek yang dibentuk oleh Sifa.

"Aduh, bukankah ini adalah tim proyek yang baru saja dibentuk? Kenapa kalian sudah pulang? Ini baru saja belasan hari, apakah kalian tidak bisa menyelesaikannya dan hanya bisa pulang? Tampaknya Direktur Leng mengadakan rapat kali ini karena mereka pulang tanpa membawa hasil yang memuaskan."

Selesai itu, sekelompok orang mulai mencibir di bawah. Mereka menyindir dan menghina tim Sifa.

"Aku sudah bilang sebelumnya, mereka tidak punya kemampuan apapun. Bagaimana mungkin mereka dapat menyelesaikan proyek yang bahkan tidak berhasil dikerjakan oleh begitu banyak tim proyek yang berpendidikan tinggi."

Seorang wanita berdiri dan memandangi Sifa dan Marsha sambil berkata dengan nada melengking "Saat itu aku sudah bilang, apakah kalian tidak tahu seberapa tinggi kemampuan kalian, untuk apa kalian harus menyusahkan diri untuk menjadi populer, sekarang kalian hanya memalukan diri kalian sendiri, bukan?"

Wanita itu tertawa bersama orang di sebelahnya. Aula seketika menjadi bising. Banyak orang yang mendiskusikan masalah ini.

Marsha tidak bisa menahan amarahnya. Dia berdiri dan menunjuk ke wanita itu, hendak memarahinya.

Tapi Sifa yang duduk di sebelahnya langsung menahannya "Lupakan saja, Marsha Aku rasa mereka tidak tahu apa sebenarnya maksud memalukan diri sendiri."

Marsha langsung tanggap. Dia melihat wanita itu dan mencibir, lalu duduk. Nanti akan ada pertunjukan yang bagus.

Setelah beberapa saat, Linda masuk untuk memeriksa apakah semua staf dari setiap departemen sudah hadir, kemudian keluar lagi.

Decky masuk dengan melangkahkan kaki panjangnya, wajahnya tercetak kedinginan yang selalu dimilikinya.

Semua orang langsung terdiam. Decky berdiri di atas panggung, pandangan dingin menyapu semua orang yang ada di bawah.

Kemudian pandangannya tertuju pada wajah Sifa, tatapannya yang dalam terkunci pada Sifa.

"Aku rasa semuanya sudah bisa menebak tujuan diadakannya rapat kali ini."

Decky berkata dengan nada tawar. Perhatian semua orang tertuju padanya.

"Aku mau berbagi dengan kalian semua mengenai masalah di mana aku mengutus Asisten Sifa untuk membuat tim proyek."

Orang-orang di bawah mulai gelisah. Suasana tegang membuat Sifa mengernyit tanpa sadar.

Decky mengambil dokumen dari meja dan menunjukkannya kepada semua orang "Asisten Sifa berhasil menandatangani kontrak, pembongkaran akan segera dikerjakan, proyek juga akan segera dimulai. Di sini aku akan membagi bonus kepada Asisten Sifa dan beberapa karyawan lain yang ikut pergi ke sana!"

Decky berkata dengan ringan, senyuman tipis menyembul di wajahnya dengan jelas.

“Asisten Sifa, silakan maju untuk melaporkan kondisinya.” Ujar Decky dengan dingin.

Sifa agak terkejut, dia menatap Decky dengan ekspresi bingung.

Decky memasang senyuman samar, mengangkat alis sambil menatap Sifa. Tadi dia mendengar semua perkataan orang-orang yang menyindir tim Sifa, jadi dia memberi Sifa kesempatan untuk membalas dendam.

Sifa langsung mengerti. Dia perlahan berdiri di bawah pandangan semua orang yang terkejut, berbalik dan melihat beberapa orang yang baru saja berbicara sinis dengan nada menghina.

Para wanita itu langsung menundukkan kepala dengan raut muka yang buruk. Kenapa ini bisa terjadi?

Sifa menunduk dan bertatapan dengan Marsha, matanya penuh percaya diri.

Marsha mengangguk ke arahnya "Beri mereka pelajaran."

Luis dan Domi juga memandang Sifa dan mengangguk, seolah memberi keberanian dan kepercayaan.

Sifa berjalan pelan menuju panggung.

Dia mengenakan mantel berwarna hitam. Karena terburu-buru, rambutnya hanya terurai di bahu tanpa ditata. Wajah yang tidak dirias terlihat sedikit pucat karena sudah lama tidak istirahat.

Tapi dia mengambil selangkah demi selangkah dengan tegas. Terdapat jejak ketegasan di matanya yang memandangi semua orang di bawah.

Dia berdiri di samping mikrofon. Setelah melihat orang-orang di bawah, terdengar suaranya yang sedikit parau "Aku percaya bahwa hasil yang dibawa pulang kali ini tidak seperti yang dipikirkan semua orang. Pada awal tim proyek ini dibentuk, sebagian besar orang tidak optimis dengan proyek ini dan melontarkan kata-kata kasar kepada kami."

"Semua itu dilakukan karena tidak ada yang pernah berhasil sebelumnya. Tetapi sekarang kami pulang dengan membawa kabar baik. Aku ingin memberi tahu mereka yang berpikir kami tidak dapat melakukannya bahwa kami telah berhasil."

"Jadi, kalian semua sebaiknya mengucapkan selamat kepada kami dalam hati kalian secara diam-diam. Kami tidak perlu berdebat dengan kalian. Kami membalas kalian dengan tindakan. Terima kasih untuk kalian yang selama ini mendukung kami. Fakta membuktikan bahwa mendukung kami adalah keputusan terbaik."

Decky memandang Sifa yang tampak teguh dan tidak membiarkan siapa pun melanggar haknya, hati terasa sangat senang.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu