Marriage Journey - Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti

Tidak pernah berjarak begitu dekat dengan Decky, ini membuat Sifa Shen merasa tidak tahu harus berbuat apa.

Sifa menatap ke bawah pada kakinya, tidak berani mendongak menatap Decky Leng.

Decky meletakkan tangannya pada pinggang Sifa, merasakan suhu tubuhnya menembus pakaiannya yang tipis.

Decky menatap Sifa yang menundukkan kepala dan tidak lagi meronta untuk sementara waktu.

Decky merasa dirinya sangat gerah, dan ingin menggerakkan tangannya yang memeluk Sifa, tetapi baru saja bergerak naik sedikit, Sifa tiba-tiba mendongak menatapnya dengan gusar.

Decky langsung menangkap tangan Sifa yang hendak diangkat, dan tersenyum dingin, “Sudah aku katakan, jika kamu bergerak lagi maka aku menciummu.”

Sebelum Sifa bereaksi, bibir Decky sudah menempel pada bibirnya, bibir Decky yang dingin membuat Sifa bergidik tak tertahankan.

Sifa membelalak menatap wajah yang hanya berjarak beberapa sentimeter dengannya, ini adalah wajah yang dulunya dia dambakan.

Tak seberapa lama yang lalu, Decky tidak pernah memberinya kehangatan, Sifa merasa tidak bisa bernapas karena dicium Decky.

Sifa mendorong Decky dengan kuat, tetapi tangan Decky yang memeluknya semakin mengerat.

Decky menghentikan gerakannya, dia menghembuskan napas di telinga Sifa dengan pelan, dan suaranya terdengar serak, “Jangan bergerak, kamu sedang menggodaku, apakah kamu tahu?”

Dalam mata Decky penuh dengan rasa mengusik, tangannya yang memeluk Sifa juga mulai bergerak dengan bebas.

Sifa memalingkan wajah dengan gusar, dia sama sekali tidak bisa menolak Decky, Decky selalu bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri.

Decky selalu seperti itu, di saat dia hampir kecewa, Decky tiba-tiba memberinya kehangatan, lalu melihatnya konyol bagaikan melihat lelucon.

Sifa sudah merasa muak dengan hal seperti ini, dan tidak ingin terus seperti itu lagi.

Sifa membiarkan Decky merajalela, mereka sedang di lift, Decky juga tidak bisa berbuat apapun padanya.

Decky menundukkan kepala, dia menyentuh pipi Sifa dengan hidungnya, dan matanya sedikit linglung.

Entah kenapa, begitu dia bersama dengan wanita ini, badannya sedikit kehilangan kendali.

Decky ingin memasukkan tangannya ke dalam pakaian Sifa, dan bibirnya yang tipis menyerbu ke leher Sifa.

Decky meninggalkan bekas dengan pelan dan kuat, Sifa menyusutkan bahu ke depan bagaikan tersengat listrik, ingin melepaskan diri.

Seolah-olah sedang menghukum Sifa, Decky meninggalkan bekas gigitan di leher Sifa yang putih cerah.

Sifa berseru kesakitan, dia menatap kamera pengawasan dengan rasa takut sambil mendorong Decky, “Direktur Leng, Direktur Leng…. Di sini adalah lift, mohon kamu menjaga sikap.”

Decky menyipitkan mata dan tersenyum jahat, “Lihat saja pulang nanti.”

Decky mencubit pipi Sifa dengan pelan, kebetulan lift tiba di lantai tujuan pada saat ini, lalu Decky merapikan pakaiannya.

Sifa langsung berjalan keluar seolah-olah tidak terjadi apa-apa, wajahnya memerah, dan dia bergegas menutupi lehernya. Jika ada orang yang melihat sesuatu di lehernya, pasti akan menggosipinya.

Sifa berlari ke kantornya dengan gelisah, bahkan tidak sempat menyapa Linda yang berpapasan di tengah jalan.

Linda menatap bayangan punggung Sifa dengan bingung, tadi dia melihat Direktur Leng berjalan keluar dengan ekspresi yang tidak terlalu baik, dan sekarang Sifa juga. Linda tahu pasti ada sesuatu, dia mengerutkan bibir dan bergeleng, lalu pergi melaksanakan tugasnya.

Seharian ini, Sifa tenggelam ke dalam setumpuk dokumen, tidak memiliki waktu sedikit pun untuk melakukan yang lain.

Entah Decky membalas dendam padanya karena membangkang ketika dia datang pagi tadi, atau membalas dendam padanya karena masalah di lift tadi.

Decky memberinya banyak pekerjaan setelah itu, hampir adalah jata tugasnya untuk seminggu, Decky menyuruhnya melakukan sebanyak yang dia sanggup untuk hari ini.

Sifa merasa letih sekali, dia menggosok matanya yang pegal, dan hari pun sudah malam tanpa disadari.

Kepala Sifa terasa sakit menatap tumpukan dokumen di atas mejanya, setelah kejadian waktu itu, Sifa tidak lagi berani tinggal terlalu larut di dalam perusahaan.

Sifa membawa tas jinjingnya dan berjalan keluar sambil menggosok pelipis.

Ketika berjalan melewati kantor Decky, Sifa menghentikan langkahnya. Lampu di dalam kantor Decky masih menyala, Decky masih berada di dalam sana.

Di saat Sifa mengambilkan barang untuk Decky pada sore hari tadi, Decky menggosok mata dengan ekspresi suram.

Berdasarkan interaksi dengannya, sepertinya Decky senantiasa berada di perusahaan dan pulang ke rumah setelah larut malam.

Decky mendapatkan banyak hal yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain, namun juga telah kehilangan banyak.

Sifa berdiri melamun di depan pintu kantor Decky, dia sedang ragu apakah masuk ke dalam untuk melihatnya.

Tepat ketika itu, pintu tiba-tiba terbuka, lalu muncul sepasang tangan yang kuat menarik Sifa ke dalam.

Sifa tidak waspada, dia berseru kaget, hantaman antar badan membuat Sifa merasa sedikit tidak terbiasa.

Sifa mendongak, dia melihat wajah Decky yang dingin dan tampan.

Sifa sedikit linglung, dia berkata tergagap-gagap sambil menatap Decky, “Aku… aku kebetulan berjalan melewat dan hendak pulang….”

Decky menatap Sifa dengan penuh ketertarikan, wanita ini berbohong dengan tanpa membawa otak.

Decky mengangkat alis, dia melepaskan Sifa, lalu berjalan ke meja kerja dan duduk di kursi sambil mengurusi dokumen di tangannya.

Sifa berdiri di tempat dan tidak tahu harus berkata apa, sekujur tubuhnya terasa tidak nyaman, bahkan tidak tahu harus meletakkan tangannya ke mana.

Tepat ketika Sifa ingin berkata bahwa lebih baik dirinya keluar dan tidak menganggu dia bekerja, Decky tiba-tiba berkata, “Tunggu aku selesaikan dokumen ini, kita pulang sama-sama.” Decky tidak menghentikan gerakan di tangannya.

Sifa terkejut, “Ah? Aku….”

Untuk pertama kalinya Sifa mendengar Decky mengucapkan perkataan seperti itu, tetapi bukankah sebelumnya Decky berkata padanya untuk jangan berjalan bersamanya dan jangan membiarkan orang lain mengetahui hubungan mereka?

Sifa berdiri di tempat, dia menggerakkan jarinya dengan gelisah, dan berpikir dengan kepala tertunduk.

Tiba-tiba Decky bangkit berdiri, dia bergegas mengemas tas kerjanya, lalu mengenakan luaran dan berjalan ke arah Sifa.

“Ayo, sudah malam.” Decky tidak menatap Sifa, tetapi nada bicara dan ekspresi dia masih sama seperti dulu, dingin serta tegas.

Sifa mengangguk, kelihatannya dia sungguh tidak tahu mati dan masih berkhayal tadi, sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan.

Sifa menggerakkan sudut bibir dengan tak berdaya dan berjalan mengikuti di belakang Decky. Saat ini semuanya sudah pulang kerja, hampir tidak ada orang yang berada di dalam perusahaan.

Decky turun ke parkiran bawah tanah dan menyetir mobilnya keluar. Sifa berdiri di depan pintu mobil, dia berpikir sejenak, lalu masuk ke dalam kursi belakang.

Decky mengernyit dengan sedikit tidak senang, wanita ini sungguh tidak bisa membaca ekspresi orang sama sekali.

Decky berkata dengan ekspresi dingin, “Duduk ke depan, aku tidak akan berkata dua kali.”

Sifa ragu sejenak, dia tahu Decky sedikit marah, lalu dia bergegas turun dan duduk ke kursi depan.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu