Marriage Journey - Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
Gustian duduk dan menatap Laras tanpa berkata, Laras terus bergumam dengan tidak jelas.
Gustian menundukkan kepala dan mengepal erat tangannya, dia mengeluarkan rokok dan menyalakannya, lalu mengisap dengan kuat.
Teringat disaat sekolah bersama Laras dan Decky, dia dan Laras selalu banyak bicara. Setiap kali Decky selalu tersenyum melihat mereka dan tidak banyak bicara, tapi pada saat itu untungnya dia suka tersenyum.
Semua ini tiba-tiba berubah setelah Yuli pingsan, saat itu dia baru saja menerima tugas keluarga untuk pergi ke luar negeri menangani urusan perusahaan, jadi tidak peduli seberapa khawatir juga percuma.
Kemudian mendengar Laras mengatakan bahwa semua ini dikarenakan seorang wanita bernama Sifa.
Saat itu, Laras memberitahu dirinya dengan nada mengejek: Tidak tahu siapa yang akan menyukai wanita seperti itu, hatinya seperti kalajengking berbisa, meskipun dirinya juga tidak menyukai Yuli, tapi setidaknya dia tidak terlalu jahat.
Tapi kenyataan selalu mempermainkan orang, Laras menyukai wanita berbisa yang dia katakan.
Gustian tersenyum tanpa sadar.
Laras terbangun, dia merasakan kepalanya bengkak dan sakit, memijat kepalanya dengan tangannya.
Begitu memutar kepala, dia melihat Gustian berdiri di depannya dan berkata dengan suara serak "Kamu sudah datang?"
Gustian memadamkan rokok di tangannya dan tersenyum lembut "Sudah datang sebentar."
Laras menggelengkan kepala dan mengulurkan tangannya mengambil gelas anggur di atas meja, mengambil anggur merah yang belum habis dan menuangkannya untuk Gustian .
Dia menatap Gustian dan berkata "Datang dan duduk, tadi agak pusing dan tidak memperhatikanmu, kamu seharusnya langsung membangunkanku begitu kamu tiba."
Laras berkata dan gerakan tangannya tidak berhenti sama sekali.
Gustian tersenyum dan duduk "Apakah kamu kurang kerjaan dan mencari sesuatu untuk dilakukan?"
Gustian langsung masuk ke topik dan bertanya pada Laras.
Wajah Laras agak pucat, sepertinya sudah lumayan lama tidak beristirahat dengan baik.
Melihat Laras tidak berkata, hanya konsen meminum anggur merah, Gustian melambaikan tangan pada pengawal yang berdiri di pintu.
Beberapa pria jangkung langsung menyadarinya, membawa bos wanita yang baru saja mereka keluarkan sebelumnya.
Bos wanita terlihat ketakutan, melihat Laras dan Gustian , dia memohon dengan penuh belas kasihan "Tuan, aku hanya menjalankan bisnis kecil, kalau ada sesuatu yang salah, maafkan aku…..."
Setelah berkata, dia berlutut di lantai, memohon dengan air mata di wajahnya.
Gustian berwajah suram dan berkata pada bos yang berlutut "Pergi mengambil anggur merah."
Bos sedikit bingung, dia mengangkat kepala menatap Gustian dan tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan.
Laras menggelengkan kepalanya pada Gustian "Jangan mempersulitkannya."
Laras berdiri, melambaikan tangan pada bos dan berkata "Tidak apa-apa, kamu bisa pergi dulu, aku akan membayarmu dua kali lipat nanti."
Ketika melihat Laras berbicara untuknya, Bos wanita mengangguk dan berjalan ke belakang dengan panik.
Gustian tersenyum dan berkata pada Laras "Kamu masih persis seperti sebelumnya, terlalu baik."
Laras tidak berkata, dia hanya tersenyum.
Laras tiba-tiba menunduk dan menatap Gustian , berkata "Sebenarnya aku tahu apa yang kamu maksud, tapi kamu seharusnya tahu, perasaan adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan."
Laras tersenyum menggelengkan kepalanya dan terlihat tak berdaya.
Gustian langsung berkata "Aku tidak mengerti, aku juga tidak ingin mengerti, apa yang membuatmu bahkan harus menanggung resiko besar, kamu juga menunjukkan perasaanmu."
Gustian agak bingung, dia pernah memberitahu Decky dan Laras bahwa dirinya mungkin tidak akan jatuh cinta dengan siapa pun dalam hidup ini.
Cinta seperti hantu, semua orang tahu, tapi belum ada orang yang pernah melihatnya.
Laras meminum alkohol dan berkata " Gustian , aku tahu kamu tidak mengerti dan kamu juga tidak perlu mengerti, tapi aku berterima kasih atas perkataanmu. Aku tetap ingin melindungi perasaanku sendiri, aku tidak akan merebut dengan Decky, aku hanya berharap Sifa dapat hidup dengan baik."
Gustian menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu mengekspresikan ketidakberdayaan.
Meminum alkohol sepanjang malam sudah cukup bagi Laras dan juga membuat Laras mengerti pikirannya sendiri.
Gustian meminta seseorang mengantar Laras kembali ke rumah, sedangkan dirinya pergi ke bawah menuju sebuah komunitas.
Hendi duduk di sofa dengan bingung, dia tidak tahu bagaimana menghabiskan waktunya sendirian.
Pada saat ini bel pintu berbunyi, Hendi duduk dan melihat ke arah pintu dengan ragu-ragu, siapa yang akan datang mencarinya saat ini.
Hendi perlahan-lahan berjalan ke pintu dan melihat ke arah mata kucing itu, Gustian berdiri di luar dan wajahnya terlihat buruk, kedua tangan menekan di pintu, pandangannya agak berkedip.
Hendi segera membuka pintu dan melihat ke arah Gustian , berkata "Ada apa denganmu?"
Hendi mengulurkan tangannya memapah Gustian berjalan ke ruang tamu dan menatap Gustian dengan sedikit khawatir.
Gustian meletakkan tangannya di atas kepala dan berkata dengan suara serak "Aku tiba-tiba ingin datang melihatmu."
Gustian memandang Hendi tanpa memiliki perasaan yang berlebihan.
Hendi menggelengkan kepalanya dan meletakkan air di tangannya, berkata "Kamu telah mabuk, tidak kuat minum masih saja meminumnya, ada apa? Apakah dirimu masih belum melupakan hal yang terjadi kemarin?"
Hendi terlihat sedikit marah dan melirik Gustian .
Gustian tersenyum dan berkata pada Hendi "Kamu seharusnya tahu masalah tentang Laras."
Hendi tiba-tiba menghentikan gerakannya, dia berbalik dan menatap Gustian "Dia sama denganku."
Hendi tersenyum pahit dan langsung menunduk.
Gustian berbaring lemas di sofa "Ternyata wanita inilah yang membuatmu memutuskan untuk kembali, sejak pertama kali melihatnya, aku sudah merasa dia tidak sederhana."
Hendi tersenyum "Wanita yang aku sukai tentu tidak mungkin biasa."
Gustian berkata "Decky, kamu, serta Laras, orang-orang di sekitar yang aku anggap sebagai sahabat semuanya terpesona oleh wanita itu, apa yang bisa aku lakukan?"
Hendi menggelengkan kepalanya dan menyatakan tidak berdaya.
Setelah pergi ke Amerika Serikat, Gustian bertemu Hendi di bawah perkenalan sekelompok teman.
Hendi yang berpengetahuan luas, mantap dan tertutup segera menarik perhatian Gustian .
Tapi bukan itu yang menyebabkan mereka bersama, pernah dalam suatu perdebatan, Gustian diberi obat ke dalam minumannya..
Gustian tiba-tiba hilang kesadaran dan para dokter terkenal di seluruh Amerika Serikat tidak dapat menyembuhkannya.
Kebanyakan dokter memberitahu keluarganya untuk melakukan persiapan pemakaman lebih awal.
Tapi pada saat ini, Hendi keluar dan berkata bahwa dia ingin mencoba, mungkin dia memiliki kesempatan.
Saat itu, keluarganya benar-benar tidak berdaya, kata-kata Hendi memberikan secercah harapan pada mereka, pada saat itu, mereka hanya dapat mempercayainya.
Hendi menggunakan metode akupunktur tradisional dan pengobatan menyelamatkan nyawanya.
Mulai sejak saat itu, dirinya bersumpah akan melakukan terbaik untuk membantu Hendi.
Novel Terkait
Marriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka