Marriage Journey - Bab 7 Transplantasi Dihentikan
Sekarang Decky sudah jarang mencari dirinya, namun malah datang mencarinya setelah kejadian itu, dan membahas bersama Sifa tentang pemeriksaan kesehatan untuk melakukan operasi transplantasi.
Decky berdiri di samping Sifa dan mengatakan padanya dengan rasa tidak peduli dan kejam :”Siapkan waktu ke rumah sakit, setelah periksa sudah bisa jalankan operasi transplantasi.”
Sifa menatap wajah Decky yang masih tetap saja dingin dan kejam, tidak tahu juga apa yang dia pertahankan dalam beberapa tahun ini.
Air mata yang bergenang di dalam matanya tetap saja terjatuh dan mengalir ke wajahnya.
Decky menatap Sifa dengan reaksi dingin, mulut yang masih membawa senyuman sindiran berkata :”Menurutmu aku masih bisa percaya padamu, atau jangan-jangan, ini juga trik yang kamu siapkan untuk menjebakku ?”
Sifa membuka mulutnya, membisu dalam waktu yang lama dan tidak mengeluarkan suara apapun, namun hatinya sudah hancur total, dia berkata dengan nada tragis :”Aku sudah mengatakan semua, tetapi kamu tidak percaya padaku, kenapa kamu tidak bisa percaya padaku, Kenapa !”
Lalu dia menggeleng wajah yang penuh dengan air mata, dan berkata :”Kamu tidak pernah mencintaiku.”
Decky tersenyum sinis dan berkata :”Kamu tidak perlu bilang ini denganku, aku kasih tahu kamu, transplantasi jantungmu untuk Yuli, dengan begini, kamu baru bisa menebus dosamu !” Kata-kata Decky sangat keras dan kuat, tidak mengizinkan orang membantahnya.
Sifa mengangkat wajah sendiri dan menatap Decky, bekas air mata di wajahnya sudah kering, membuat wajahnya sedikit kesakitan.
Akhirnya dia sadar juga pada detik ini, sejak awalnya semua ini hanya demi Yuli, di dalam hati Decky, mungkin saja dia tidak pernah ada di dalam hatinya, jadi pertahanan dan pengorbanan untuk tiga tahun ini, di dalam pandangannya hanya bagaikan menebus dosa.
Dia menunduk kepalanya, balik badan dan pergi dengan langkah terhuyung.
Setelah sampai di dalam kamar, dia menahan kesakitan di perutnya, meringkuk kesakitan di atas lantai.
Kesakitan yang begitu kuat, membuat dia hampir gila.
Dia sambil menangis, sambil berpikir, mungkin saja karena dirinya juga sudah akan mati. Makanya Decky bisa begitu kejam padanya ?
Air mata terus mengalir, memukul wajahnya, lalu berjatuhan ke lantai, juga tenggelam di dalam hatinya.
Dengan pemikiran yang tidak terlalu sadar, dia terus saja meringkuk di lantai, kesakitan tubuh bercampuran dengan kesakitan di hati, dan akhirnya pingsan tertidur.
Pada saat bangun di keesokan harinya, melihat waktunya sudah tepat jam makan, Sifa perlahan-lahan turun tangga.
Melihat seorang wanita yang memakai rok mini dan tas kecil sedang duduk di atas sofa yang membelakanginya, rambutnya terurai dengan sederhana, meskipun sedang duduk, namun dapat langsung terlihat bahwa, dia adalah seorang wanita yang berpostur tubuh sempurna.
Tangannya sedang membawa surat perjanjian, dia menyapa Sifa dengan suara yang kecil :”Apa kabar, dengan nona Shen ya, Direktur Leng meminta aku datang menandatangani perjanjian, Anda sekarang ada waktu ?”
Wajah wanita itu membawa senyuman yang sangat formal, lalu berkata kepada Sifa.
Sifa berdiri bengong di tempat, rupanya begini ya, Decky takut dirinya akan menyesal atau kenapa, atau jangan-jangan, dia begitu ingin merengut nyawanya, untuk menolong Yuli ?
Sifa tersenyum pahit, berkata dengan nada tidak peduli kepada wanita di hadapannya :”Tanda tanganlah.”
Wanita itu tetap saja membawa senyuman formal, mengeluarkan perjanjian yang telah disiapkan, dan memberikan kepada Sifa.
Sifa menerimanya, membubuhi tanda tangan di atas surat perjanjian, dan langsung letak kembali pada meja, dan berjalan ke dapur dengan tanpa ragu, sambil berjalan sambil berkata pada wanita itu :”Kamu kasih tahu Direktur Leng, aku Sifa memang tidak ada baiknya, tetapi selalu tepati kata-kata.”
Wanita itu mengangguk-angguk, tidak kepikiran bahwa rupanya sikap nyonya yang digosip di luar adalah seperti ini, terus mengambil perjanjian yang sudah ditandatangani dan berjalan ke luar.
Sifa mendengar tidak ada gerakan lagi di ruang tamu, tangan yang sedang memotong sayur berhenti sejenak, dalam hatinya sangat jelas, namun tetap tidak ingin percaya kalau Decky akan sekejam ini.
Pada malam hari, Sifa berbaring di atas kasur, sepertinya mendengar suara di ruang tamu, mungkin saja Decky sudah selesai entertain dan pulang ke rumah.
Akan tetapi asalkan kepikiran bahwa kejadian tanda tangan di pagi ini, hati Sifa mulai terasa sengsara, sehingga tidak bermaksud untuk keluar.
Ketika Decky pulang dan berdiri di ruang tamu, dia tidak melihat bayangan Sifa, membuat dia semakin tidak senang padanya.
Dia sengaja menimbulkan suara yang keras di ruang tamu, bermaksud untuk menarik perhatian Sifa, namun setelah lama menunggu, tetap saja tidak mendengar gerak-geriknya.
Decky melangkah besar untuk menuju ke kamar Sifa, dia langsung menendang pintu kamarnya, berjalan menghampiri Sifa yang sedang berbaring di atas kasur dengan tampang kebingungan, Decky langsung menarik pergelangan tangannya yang kecil.
Sifa terkejut karena tindakan Decky dan tidak berani mengeluarkan suara, hanya bisa diam-diam menatap lelaki di hadapannya yang mengeluarkan aura bahaya.
Decky melirik sekilas Sifa yang hanya memakai baju tidur tipis, dan mulai membentaknya :”Kamu merasa kamu ada hak untuk berhidup santai ya, perlu aku mengajari kamu apa tugas sebagai seorang istri ?”
Sifa terus menatap lelaki yang berdiri di hadapannya, dia sangat jelas bahwa Decky sengaja datang untuk mencari masalah dengannya.
Sifa berkata :”Selagi aku masih belum mati atau bercerai denganmu, aku akan melakukan segala permintaanmu, kamu pesan saja, aku akan buat selagi aku bisa.”
Sifa selain menurutinya, dalam tiga tahun ini, hal seperti ini juga sudah terbiasa, menghadapi orang seperti Decky hanya bisa diam-diam mengalah, jika tidak, sampai akhirnya pasti akan terluka parah.
Decky menatap Sifa lalu menarik sudut bibirnya, tersenyum mengejek dan berkata :”Iya ya, melakukan apapun yang aku minta, kamu tahu apa itu tugas seorang istri ? Kan ?”
Sifa mendengar Decky berkata demikian, menunduk kepala dan tidak berkata apapun, dia berpikir sejenak, tetap saja memilih mengalah, lalu tepat di hadapan Decky, dia melepaskan baju tidur yang berada di tubuhnya, berdiri telanjang bulat di depan mata Decky.
Decky mengerutkan alis, tidak terduga kalau wanita ini akan mengalah, bola matanya yang hitam semakin dingin, menatap terus pada tubuhnya dan tidak berkata apapun.
Sifa menunduk kepala, tidak menatapnya, pada saat ini kamar ini hanya ada dirinya dan Decky, terkesan sangat sunyi, dia sedang berdiri di depan mata Decky dengan tubuh telanjang.
Decky menatap Sifa yang sudah membuka semua bajunya, ternyata, ini juga trik yang digunakan Sifa untuk menarik perhatiannya.
Decky berjalan ke sisi Sifa, langsung mencekik pada lehernya, memaksa Sifa bertatapan dengannya, lalu berbicara dengan ekspresi yang menyindir :”Kamu lihat sendiri, mulutmu memang sangat tabah, tetapi tubuhmu sangat jujur.”
Selesai berkata, dia berjalan keluar, meninggalkan Sifa berdiri sendiri di dalam kamar, dan mulai merenung kembali kata-katanya barusan.
Sifa masih belum selesai memakai bajunya, Decky sudah berteriak dari luar pintu :”Besok pagi langsung ke rumah sakit, jalankan tugasmu.”
Selesai berkata, sudah tidak terdengar suara lagi di luar pintu, Sifa membuang nafas, menahan rasa sengsara di dalam hatinya, berusaha bertahan sampai besok pagi.
Setelah sampai waktu yang telah dijanjikan, Sifa membereskan dirinya dengan cepat, bagaimanapun juga orang yang sudah akan mati, tidak peduli panjang pendeknya waktu.
Dia naik taksi dan tiba di rumah sakit, Sifa mengerti bahwa apa yang akan terjadi setelah dia menyetujui permintaan Decky, namun pada saat dirinya terima surat perjanjian itu, dia sudah melepaskan sagela pertentangan di dalam hatinya, kalau Decky ingin dirinya mati, maka dia memberikan saja nyawa ini kepadanya.
Decky sudah sampai di rumah sakit sejak awalnya, di sampingnya berdiri seorang wanita cantik yang pernah mencari Sifa pada sebelumnya.
Dia sedikit tidak sabar sambil melihat waktu, terus menoleh ke arah pintu besar, tidak lama kemudian, Sifa sudah muncul di depan pintu, dan hati Decky akhirnya bisa lega.
Sifa terus berlarian kecil untuk masuk ke rumah sakit, bagian lambungnya mulai kesakitan karena gerakannya, namun dia tetap saja menahannya dan berdiri di hadapan Decky.
Decky mulai membentaknya dengan kesan tidak sabar :”Kamu tidak tahu waktu, sebelumnya sudah bilang, kalau kamu berani tidak datang, aku pasti akan membunuhmu !”
Decky selesai bicara lalu terus berjalan masuk ke kamar pasien, Sifa berdiri di tempat dan tersenyum sinis, jangan-jangan datang ke sini, bukan sejenis membunuhku ? Hasilnya tetap saja sama.
Hendi baru saja keluar dari ruangan kerjanya, semalam pasiennya terlalu banyak, Hendi tidak bisa tidur dalam semalaman ini, dia baru saja serah terima tugas dan berjalan keluar, sudah melihat sebuah bayangan putih yang berlarian melewati hadapannya.
Hendi tidak pernah salah mengenal bayangan Sifa, dia tahu masalah penyakit Sifa, namun ketika melihat Sifa di sini tetap saja merasa kaget, setelah berpikir, dia berlari mengejar bayangan putih itu.
Decky membawa Sifa berjalan sampai ke ruangan dokter, apa yang dia katakan kepada dokter, Sifa tidak ada niat mendengarnya, hanya saja berdiri bengong di depan pintu.
Tidak lama kemudian Decky berjalan keluar, berkata padanya dengan nada dingin :”Semua ini atas keinginanmu sendiri, bisa memberikan jantung kepada Yuli, juga sebuah berkat yang harus kamu syukuri.”
Sifa berbalik badan untuk tidak menatapnya, air matanya terus bergenang di dalam mata, namun demi harga dirinya yang terakhir, seberapa sengsaranya juga tetap harus bertahan.
Sifa di bawa masuk oleh dokter dan keluar lagi, Decky berdiri di samping dan tidak berkata apapun, Sifa juga menunduk diam, setelah masalah kali ini, hubungan dirinya sama Decky benaran berakhir.
Pada sepuluh menit kemudian dokter keluar dengan membawa laporan pemeriksaan, ekspresinya tidak terlalu bagus, Decky mendengar gerakannya dan langsung berdiri, buru-buru berjalan menghampiri dokter.
Dokter menatap Sifa dan Decky dengan ekspresi serius dan berkata :”Tubuhnya terjadi sedikit masalah, menurutku operasi transplantasi hanya bisa dihentikan dulu.”
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraThe Great Guy
Vivi HuangMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiCinta Tak Biasa
SusantiMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka