Marriage Journey - Bab 7 Transplantasi Dihentikan

Sekarang Decky sudah jarang mencari dirinya, namun malah datang mencarinya setelah kejadian itu, dan membahas bersama Sifa tentang pemeriksaan kesehatan untuk melakukan operasi transplantasi.

Decky berdiri di samping Sifa dan mengatakan padanya dengan rasa tidak peduli dan kejam :”Siapkan waktu ke rumah sakit, setelah periksa sudah bisa jalankan operasi transplantasi.”

Sifa menatap wajah Decky yang masih tetap saja dingin dan kejam, tidak tahu juga apa yang dia pertahankan dalam beberapa tahun ini.

Air mata yang bergenang di dalam matanya tetap saja terjatuh dan mengalir ke wajahnya.

Decky menatap Sifa dengan reaksi dingin, mulut yang masih membawa senyuman sindiran berkata :”Menurutmu aku masih bisa percaya padamu, atau jangan-jangan, ini juga trik yang kamu siapkan untuk menjebakku ?”

Sifa membuka mulutnya, membisu dalam waktu yang lama dan tidak mengeluarkan suara apapun, namun hatinya sudah hancur total, dia berkata dengan nada tragis :”Aku sudah mengatakan semua, tetapi kamu tidak percaya padaku, kenapa kamu tidak bisa percaya padaku, Kenapa !”

Lalu dia menggeleng wajah yang penuh dengan air mata, dan berkata :”Kamu tidak pernah mencintaiku.”

Decky tersenyum sinis dan berkata :”Kamu tidak perlu bilang ini denganku, aku kasih tahu kamu, transplantasi jantungmu untuk Yuli, dengan begini, kamu baru bisa menebus dosamu !” Kata-kata Decky sangat keras dan kuat, tidak mengizinkan orang membantahnya.

Sifa mengangkat wajah sendiri dan menatap Decky, bekas air mata di wajahnya sudah kering, membuat wajahnya sedikit kesakitan.

Akhirnya dia sadar juga pada detik ini, sejak awalnya semua ini hanya demi Yuli, di dalam hati Decky, mungkin saja dia tidak pernah ada di dalam hatinya, jadi pertahanan dan pengorbanan untuk tiga tahun ini, di dalam pandangannya hanya bagaikan menebus dosa.

Dia menunduk kepalanya, balik badan dan pergi dengan langkah terhuyung.

Setelah sampai di dalam kamar, dia menahan kesakitan di perutnya, meringkuk kesakitan di atas lantai.

Kesakitan yang begitu kuat, membuat dia hampir gila.

Dia sambil menangis, sambil berpikir, mungkin saja karena dirinya juga sudah akan mati. Makanya Decky bisa begitu kejam padanya ?

Air mata terus mengalir, memukul wajahnya, lalu berjatuhan ke lantai, juga tenggelam di dalam hatinya.

Dengan pemikiran yang tidak terlalu sadar, dia terus saja meringkuk di lantai, kesakitan tubuh bercampuran dengan kesakitan di hati, dan akhirnya pingsan tertidur.

Pada saat bangun di keesokan harinya, melihat waktunya sudah tepat jam makan, Sifa perlahan-lahan turun tangga.

Melihat seorang wanita yang memakai rok mini dan tas kecil sedang duduk di atas sofa yang membelakanginya, rambutnya terurai dengan sederhana, meskipun sedang duduk, namun dapat langsung terlihat bahwa, dia adalah seorang wanita yang berpostur tubuh sempurna.

Tangannya sedang membawa surat perjanjian, dia menyapa Sifa dengan suara yang kecil :”Apa kabar, dengan nona Shen ya, Direktur Leng meminta aku datang menandatangani perjanjian, Anda sekarang ada waktu ?”

Wajah wanita itu membawa senyuman yang sangat formal, lalu berkata kepada Sifa.

Sifa berdiri bengong di tempat, rupanya begini ya, Decky takut dirinya akan menyesal atau kenapa, atau jangan-jangan, dia begitu ingin merengut nyawanya, untuk menolong Yuli ?

Sifa tersenyum pahit, berkata dengan nada tidak peduli kepada wanita di hadapannya :”Tanda tanganlah.”

Wanita itu tetap saja membawa senyuman formal, mengeluarkan perjanjian yang telah disiapkan, dan memberikan kepada Sifa.

Sifa menerimanya, membubuhi tanda tangan di atas surat perjanjian, dan langsung letak kembali pada meja, dan berjalan ke dapur dengan tanpa ragu, sambil berjalan sambil berkata pada wanita itu :”Kamu kasih tahu Direktur Leng, aku Sifa memang tidak ada baiknya, tetapi selalu tepati kata-kata.”

Wanita itu mengangguk-angguk, tidak kepikiran bahwa rupanya sikap nyonya yang digosip di luar adalah seperti ini, terus mengambil perjanjian yang sudah ditandatangani dan berjalan ke luar.

Sifa mendengar tidak ada gerakan lagi di ruang tamu, tangan yang sedang memotong sayur berhenti sejenak, dalam hatinya sangat jelas, namun tetap tidak ingin percaya kalau Decky akan sekejam ini.

Pada malam hari, Sifa berbaring di atas kasur, sepertinya mendengar suara di ruang tamu, mungkin saja Decky sudah selesai entertain dan pulang ke rumah.

Akan tetapi asalkan kepikiran bahwa kejadian tanda tangan di pagi ini, hati Sifa mulai terasa sengsara, sehingga tidak bermaksud untuk keluar.

Ketika Decky pulang dan berdiri di ruang tamu, dia tidak melihat bayangan Sifa, membuat dia semakin tidak senang padanya.

Dia sengaja menimbulkan suara yang keras di ruang tamu, bermaksud untuk menarik perhatian Sifa, namun setelah lama menunggu, tetap saja tidak mendengar gerak-geriknya.

Decky melangkah besar untuk menuju ke kamar Sifa, dia langsung menendang pintu kamarnya, berjalan menghampiri Sifa yang sedang berbaring di atas kasur dengan tampang kebingungan, Decky langsung menarik pergelangan tangannya yang kecil.

Sifa terkejut karena tindakan Decky dan tidak berani mengeluarkan suara, hanya bisa diam-diam menatap lelaki di hadapannya yang mengeluarkan aura bahaya.

Decky melirik sekilas Sifa yang hanya memakai baju tidur tipis, dan mulai membentaknya :”Kamu merasa kamu ada hak untuk berhidup santai ya, perlu aku mengajari kamu apa tugas sebagai seorang istri ?”

Sifa terus menatap lelaki yang berdiri di hadapannya, dia sangat jelas bahwa Decky sengaja datang untuk mencari masalah dengannya.

Sifa berkata :”Selagi aku masih belum mati atau bercerai denganmu, aku akan melakukan segala permintaanmu, kamu pesan saja, aku akan buat selagi aku bisa.”

Sifa selain menurutinya, dalam tiga tahun ini, hal seperti ini juga sudah terbiasa, menghadapi orang seperti Decky hanya bisa diam-diam mengalah, jika tidak, sampai akhirnya pasti akan terluka parah.

Decky menatap Sifa lalu menarik sudut bibirnya, tersenyum mengejek dan berkata :”Iya ya, melakukan apapun yang aku minta, kamu tahu apa itu tugas seorang istri ? Kan ?”

Sifa mendengar Decky berkata demikian, menunduk kepala dan tidak berkata apapun, dia berpikir sejenak, tetap saja memilih mengalah, lalu tepat di hadapan Decky, dia melepaskan baju tidur yang berada di tubuhnya, berdiri telanjang bulat di depan mata Decky.

Decky mengerutkan alis, tidak terduga kalau wanita ini akan mengalah, bola matanya yang hitam semakin dingin, menatap terus pada tubuhnya dan tidak berkata apapun.

Sifa menunduk kepala, tidak menatapnya, pada saat ini kamar ini hanya ada dirinya dan Decky, terkesan sangat sunyi, dia sedang berdiri di depan mata Decky dengan tubuh telanjang.

Decky menatap Sifa yang sudah membuka semua bajunya, ternyata, ini juga trik yang digunakan Sifa untuk menarik perhatiannya.

Decky berjalan ke sisi Sifa, langsung mencekik pada lehernya, memaksa Sifa bertatapan dengannya, lalu berbicara dengan ekspresi yang menyindir :”Kamu lihat sendiri, mulutmu memang sangat tabah, tetapi tubuhmu sangat jujur.”

Selesai berkata, dia berjalan keluar, meninggalkan Sifa berdiri sendiri di dalam kamar, dan mulai merenung kembali kata-katanya barusan.

Sifa masih belum selesai memakai bajunya, Decky sudah berteriak dari luar pintu :”Besok pagi langsung ke rumah sakit, jalankan tugasmu.”

Selesai berkata, sudah tidak terdengar suara lagi di luar pintu, Sifa membuang nafas, menahan rasa sengsara di dalam hatinya, berusaha bertahan sampai besok pagi.

Setelah sampai waktu yang telah dijanjikan, Sifa membereskan dirinya dengan cepat, bagaimanapun juga orang yang sudah akan mati, tidak peduli panjang pendeknya waktu.

Dia naik taksi dan tiba di rumah sakit, Sifa mengerti bahwa apa yang akan terjadi setelah dia menyetujui permintaan Decky, namun pada saat dirinya terima surat perjanjian itu, dia sudah melepaskan sagela pertentangan di dalam hatinya, kalau Decky ingin dirinya mati, maka dia memberikan saja nyawa ini kepadanya.

Decky sudah sampai di rumah sakit sejak awalnya, di sampingnya berdiri seorang wanita cantik yang pernah mencari Sifa pada sebelumnya.

Dia sedikit tidak sabar sambil melihat waktu, terus menoleh ke arah pintu besar, tidak lama kemudian, Sifa sudah muncul di depan pintu, dan hati Decky akhirnya bisa lega.

Sifa terus berlarian kecil untuk masuk ke rumah sakit, bagian lambungnya mulai kesakitan karena gerakannya, namun dia tetap saja menahannya dan berdiri di hadapan Decky.

Decky mulai membentaknya dengan kesan tidak sabar :”Kamu tidak tahu waktu, sebelumnya sudah bilang, kalau kamu berani tidak datang, aku pasti akan membunuhmu !”

Decky selesai bicara lalu terus berjalan masuk ke kamar pasien, Sifa berdiri di tempat dan tersenyum sinis, jangan-jangan datang ke sini, bukan sejenis membunuhku ? Hasilnya tetap saja sama.

Hendi baru saja keluar dari ruangan kerjanya, semalam pasiennya terlalu banyak, Hendi tidak bisa tidur dalam semalaman ini, dia baru saja serah terima tugas dan berjalan keluar, sudah melihat sebuah bayangan putih yang berlarian melewati hadapannya.

Hendi tidak pernah salah mengenal bayangan Sifa, dia tahu masalah penyakit Sifa, namun ketika melihat Sifa di sini tetap saja merasa kaget, setelah berpikir, dia berlari mengejar bayangan putih itu.

Decky membawa Sifa berjalan sampai ke ruangan dokter, apa yang dia katakan kepada dokter, Sifa tidak ada niat mendengarnya, hanya saja berdiri bengong di depan pintu.

Tidak lama kemudian Decky berjalan keluar, berkata padanya dengan nada dingin :”Semua ini atas keinginanmu sendiri, bisa memberikan jantung kepada Yuli, juga sebuah berkat yang harus kamu syukuri.”

Sifa berbalik badan untuk tidak menatapnya, air matanya terus bergenang di dalam mata, namun demi harga dirinya yang terakhir, seberapa sengsaranya juga tetap harus bertahan.

Sifa di bawa masuk oleh dokter dan keluar lagi, Decky berdiri di samping dan tidak berkata apapun, Sifa juga menunduk diam, setelah masalah kali ini, hubungan dirinya sama Decky benaran berakhir.

Pada sepuluh menit kemudian dokter keluar dengan membawa laporan pemeriksaan, ekspresinya tidak terlalu bagus, Decky mendengar gerakannya dan langsung berdiri, buru-buru berjalan menghampiri dokter.

Dokter menatap Sifa dan Decky dengan ekspresi serius dan berkata :”Tubuhnya terjadi sedikit masalah, menurutku operasi transplantasi hanya bisa dihentikan dulu.”

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu