Marriage Journey - Bab 176 Anakku ...
Decky dikejutkan oleh darah di bawah tubuh Sifa, dia berdiri diam sejenak.
"Hei ... Hei ...” Decky mengulurkan tangan dan menarik lengan Sifa.
Sifa tidak bergerak sama sekali, wajahnya pucat dan tidak berdarah.
Decky dikejutkan oleh Sifa yang ada di depannya, darah terus mengalir ke bawah melalui rok Sifa.
Pikiran Decky menjadi kosong sejenak, dia dengan gemetar mengulurkan tangan untuk memeluk Sifa.
Dia mengenakan pakaian untuk Sifa dan memeluknya ke arah rumah sakit, emosi Decky hampir kehilangan kendali di sepanjang jalan, dia meneriakkan nama Sifa dengan keras, tetapi Sifa masih tidak bergerak sama sekali.
Dia melihat Sifa yang diam, rok putihnya telah diwarnai oleh darah yang berwarna merah.
Decky tiba-tiba sedikit ketakutan, sebelumnya Yuli juga dibawa ke rumah sakit dalam keadaan seperti ini.
Decky sangat cemas, ini adalah kedua kalinya dia membawa Sifa ke rumah sakit.
Tiba-tiba Decky merasakan rasa takut yang sangat kuat sedang menyerangnya.
Saat ini, banyak mobil di jalan raya, jalan macet dan mobil tidak bisa bergerak, Decky membunyikan klakson dengan kuat, namun mobil masih tidak bergerak sama sekali.
“Minggir!” Decky berteriak keras ke arah kendaraan.
Pada saat ini, Sifa tiba-tiba bergerak, dia berbisik, "Um ..."
Rasa sakit di bawah tubuh membuat Sifa sangat tidak nyaman, dia sedikit membuka matanya, tetapi dia tidak bisa melihat apapun.
Bau darah yang kuat membuat Sifa mengerutkan kening dengan tidak nyaman.
Decky melihat ke arah lalu lintas yang macet, dia merasa kesal, setelah memarahi di dalam hati, dia segera keluar dari mobil dan menggendong Sifa berlari menuju rumah sakit.
Rumah sakit masih jauh dari sini, Decky hanya bisa menggendong Sifa yang ada di dalam pelukannya dan bergegas ke rumah sakit.
Sifa membuka matanya dengan linglung, dan dia melihat wajah Decky.
Dia mengulurkan tangan untuk membelai perut bagian bawahnya, rasa sakit di perut bagian bawah membuat Sifa sakit sampai berkeringat dingin.
Sifa mengulurkan tangan dan melihat darah merah di tangannya, dia langsung panik.
"Anakku ..." Sifa langsung menangis.
Wajahnya segera muncul ekspresi sengsara.
Decky menggendong Sifa menyeberang jalan, keringat mengalir ke bawah melalui wajahnya.
Kemudian Sifa pingsan lagi.
"Sifa, Sifa, bangun ..." Decky menundukkan kepala dan berteriak pada Sifa.
Semua orang di sekitar memandang mereka, darah Sifa membuat orang-orang di sekitarnya berbisik dengan kaget.
"Ah, gadis ini sepertinya mengalami keguguran, begitu banyak darah ..."
Decky langsung panik ketika mendengar perkataan ini, dia menatap Sifa yang ada di dalam pelukannya, pikirannya dipenuhi oleh rasa takut yang kuat.
Setelah sampai di rumah sakit, dokter rumah sakit segera mendorong Sifa ke ruang operasi.
Dokter terus bertanya kepada Decky dengan keras: "Apa yang terjadi pada pasien?"
Tetapi Decky sepertinya tidak mendengarnya, seluruh orangnya seolah-olah telah kehilangan roh, dia terhuyung-huyung ke satu sisi.
"Apa yang terjadi? Anak di dalam perut gadis ini mungkin tidak bisa diselamatkan, cepat menandatangani formulir ini."
Seorang perawat menghentikan Decky dan berkata kepada Decky dengan membawa formulir persetujuan operasi di tangannya.
Decky mendongak dan menatap perawat tersebut, dia mengulurkan tangan dan menggelengkan bahu perawat dengan kuat, kemudian dia berteriak: "Apa yang kamu katakan? Anak ini tidak bisa diselamatkan?"
Decky langsung melihat formulir persetujuan operasi di tangan perawat seolah-olah dia terkena guntur.
"Tuan, apakah gadis tersebut mengalami kecelakaan? Mengapa kondisinya bisa begitu serius?"
Dokter keluar dan bertanya lagi pada Decky
Decky berjalan terhuyung-huyung ke luar, dokter dan perawat terus berteriak keras padanya.
Tetapi Decky sama sekali tidak bermaksud untuk melihat ke belakang.
Tangan Decky gemetar, adegan Sifa terbaring di genangan darah selalu muncul di benaknya.
Hendi tiba-tiba menerima panggilan dari rumah sakit, yang mengatakan bahwa gadis bernama Sifa yang dia kenal mengalami pendarahan hebat di rumah sakit.
Hendi berdiri dan bertanya dengan keras, "Apakah kalian yakin itu dia?"
Setelah mendapat jawaban dari rumah sakit, Hendi langsung berdiri dan bergegas ke rumah sakit bersama Gustian.
Sifa sedang hamil, dan kemungkinan untuk menyelamatkan bayinya sangat kecil.
Tetapi tidak ada yang berani melakukan operasi beresiko tinggi itu pada Sifa.
Saat Hendi bergegas ke rumah sakit, dia sudah hampir mau frustrasi.
Betapa gelisahnya dia ketika mendengar bahwa Sifa mengalami kecelakaan.
Gustian telah mengikuti Hendi dan terus menghiburnya, kecelakaan Sifa berada di luar dugaan semua orang.
Ketika Hendi melihat Sifa yang wajahnya pucat dan seluruh tubuhnya berlumuran darah berbaring di meja operasi, hati Hendi sangat sakit.
Dia telah menyiapkan semuanya, dan dia menatap Sifa yang tidak sadar.
Hendi berdiri di samping Sifa, kemudian dia mengulurkan tangan, matanya merah, dia berkata kepada Sifa dengan suara serak, "Sifa, jangan takut, aku di sini ..."
Sifa sendiri sudah kanker lambung stadium empat, ditambah dengan pendarahan saat ini, kemungkinan untuk menyelamatkan anak tersebut sangat kecil.
Hendi lulus dari universitas kedokteran di Amerika Serikat, hanya dia yang dapat melakukan operasi seperti ini.
Setelah operasi yang intens, Sifa akhirnya didorong keluar setelah beberapa jam.
Hendi lelah sampai hampir pingsan, tetapi untungnya dia berhasil menyelamatkan anak Sifa.
Tetapi jika Sifa tidak terus mengobati tubuhnya saat ini, kesehatan Sifa benar-benar akan hancur.
Hendi menemukan dokter yang merawat Sifa pada saat itu, dia mengetahui bahwa seorang pria yang mengantar Sifa ke rumah sakit, dan kemungkinan besar pria tersebut adalah Decky.
Hal tersebut membuat Hendi sangat marah, dia berkata kepada Gustian: "Mengapa Decky memperlakukan Sifa seperti ini, Sifa masih mengandung anaknya ... Hampir saja, anak itu tidak bisa diselamatkan, Sifa mempertahankan anak ini dengan nyawanya sendiri... "
Hendi telah kehilangan kesabaran, dia berteriak keras pada Gustian.
Sifa didorong ke unit perawatan intensif, dengan ventilator di wajahnya dan infus di tangannya, tetapi dia masih belum bangun.
Gustian dan Hendi berdiri di luar memandang Sifa yang wajahnya pucat.
Tidak ada yang bisa menyangka bahwa hal ini akan berjalan sampai ke titik ini.
“Aku tidak menyangka Decky akan begitu kejam.” Gustian menggelengkan kepala, menatap Sifa dan berkata.
Hendi menundukkan kepala, matanya merah: "Jika aku bisa, aku mending secara paksa membawa Sifa pergi pada saat itu, daripada melihatnya menderita seperti ini."
Hendi berkata dengan sedih, dia menundukkan kepala dan mengulurkan tangan untuk menutupi wajahnya sendiri.
“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja.” Gustian mengulurkan tangan dan menepuk bahu Hendi, melihat situasi seperti ini, dia juga merasa tidak nyaman.
Setelah Sifa masuk rumah sakit, Laras dan Decky sepertinya telah menghilang.
Mereka tidak pernah muncul di rumah sakit sejak hari itu.
Namun, kondisi Sifa tidak membaik, Sifa masih belum bangun selama lebih dari sepuluh hari.
Begitu Hendi punya waktu, dia akan berdiri di luar jendela setiap hari dan menatap wajah Sifa yang pucat.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeI'm Rich Man
HartantoPredestined
CarlyCinta Di Balik Awan
KellyMy Enchanting Guy
Bryan WuLove Is A War Zone
Qing QingHis Soft Side
RiseMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka