Marriage Journey - Bab 75 Melepaskanmu

Saat itu, hatinya yang telah lama di penuhi debu, seolah bersinar disinari secercah cahaya.

Sejak saat itu, dia sangat tergila-gila padanya, bahkan mengambil risiko bolos kelas hanya untuk melihatnya.

Sifa meletakkan tangannya di pipinya dan mengingat masa lalu, menundukkan kepalanya dan tersenyum pahit.

Setelah menikah tiga tahun lebih, dirinya seolah tidak pernah tidur bersama dengan Decky, apalagi melihatnya tertidur.

Sifa menatap wajah tampan yang pernah dia impikan sebelumnya, lalu dia tidak bisa menahan diri mengulurkan tangannya, membelai pipi Decky dengan lembut.

Kulitnya sangat halus, bulu matanya panjang seperti bulu mata anak perempuan, hidungnya lurus dan rambut panjang, menutupi separuh dahinya.

Sifa tampak seperti kesurupan, menundukkan kepalanya, menghentakkan jarinya di dahi Decky.

Ketika ingin mengangkat kepalanya, Decky membuka kedua matanya menatap mata Sifa dengan kabur.

Sifa terkejut melihat Decky tiba-tiba terbangun dan dengan cepat mengangkat kepalanya.

Tapi Decky tidak memberi Sifa kesempatan, dia langsung mengulurkan tangannya, menahan kepala Sifa.

Sifa terkejut menganga lebar sampai ingin berteriak, Decky langsung memeluknya dengan paksa, tidak memberikan kesempatan kepada Sifa.

Sifa yang dipeluk dalam dekapan Decky, bagian atas tubuhnya benar-benar terbaring di tubuh Decky.

Decky tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium Sifa dan membuat Sifa sedikit kewalahan.

Ciuman kali ini berbeda dengan sebelumnya, ciuman kali ini lembut, membuat Sifa seperti melayang.

Decky tidak memberikan kesempatan dan ruang kepada Sifa, dia mendominasi setiap inci dari nafasnya.

Sifa telah berhenti meronta sejak lama, seluruh tubuhnya menjadi lembut dalam pelukan Decky.

Dia tidak bisa menolak pria yang dia cintai.

Ciuman Decky membuat Sifa mabuk kepayang, ini pertama kalianya dia merasakan kelembutan dari Decky.

Saat ini, Decky tiba-tiba berhenti, bernafas dengan cepat dan mengangkat kepalanya menatap Sifa, matanya kabur dan suara seraknya berbisik di samping telinga Sifa: “Malam ini aku akan melepaskanmu, sekarang kamu lagi hamil.”

Setelah itu dia mencium dahi Sifa dengan lembut, memeluk Sifa dengan erat, menutup matanya dan tertidur lelap.

Sifa tersipu malu, dia tidak memberikan reaksi apa pun, Apakah benar dia Decky?

Sifa menatap Decky di depannya cukup lama dan merasakan suhu tubuhnya, kemudian dia baru yakin semua ini bukanlah mimpi.

Sifa berhati-hati mengulurkan tangannya, memeluk Decky, lalu mencium aroma tubuhnya yang manis dan tidur dengan lelap.

Sifa bermimpi, di mana Decky tersenyum lembut padanya, mengulurkan tangan ingin memeluk dirinya, lalu berkata mencintainya dan dengan lembut membelai anak di dalam perutnya.

Ketika Sifa bangun di pagi hari, dia mengulurkan tangan mencari Decky di sisinya, tapi di sisi tempat tidur itu sudah dingin.

Sifa tiba-tiba tersadar, lalu duduk dan melihat sekeliling tempat tidur dan ruangan, dia tidak melihat sosok Decky.

Sifa menundukkan kepala dan merasa sedikit kecewa. Sudah sejak awal tidak ada, apakah semalam dia mabuk, baru datang ke kamarnya.

Sifa tampak kecewa, memakai pakaian dan berdandan, lalu turun makan ke bawah dengan lesu.

Ketika Sifa turun, dia terkejut melihat Decky sedang makan di ruang tamu.

Sambil memegang koran di tangannya, seolah tidak menyadari dirinya turun.

Sifa mengingat kejadian semalam, dalam sekejap dirinya tidak tahu harus bagaimana menghadapi Decky.

Tapi cepat atau lambat harus dihadapi, lagipula mereka tinggal di satu atap.

Sifa berjalan ke dapur, ingin makan menu yang sama seperti sebelumnya.

Ketika Sifa melewati sisi Decky, Decky menghentikan Sifa dengan tiba-tiba: “Kemari.”

Decky menundukkan kepala membaca koran dan berbicara dengan santai kepada Sifa.

Sifa berhenti sejenak, berbalik dan memandang Decky, lalu bertanya dengan curiga pada Decky: “Aku?”

Decky meletakkan koran dari tangannya, mengambil roti panggang dan memakannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh: “Kalau bukan kamu siapa lagi?”

Sifa mengangguk dan berjalan ke sisi Decky: “Oh...”

Sifa perlahan-lahan pindah ke sisi Decky, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, berdiri tidak bergerak sambil kepala menunduk.

Decky tiba-tiba merasa sedikit lucu, apakah otak wanita ini benar-benar error atau bagaimana?

Decky mengangkat kepalanya, menatap Sifa dan berkata: “Kamu ingin aku berbicara denganmu sambil mengangkat kepalaku menatapmu seperti ini?

Decky memandang kursi di sampingnya.

Sifa segera sadar, tapi melihatnya dengan takut sebelum duduk.

Mata Decky menunjuk roti dan susu di depannya untuk dimakan oleh Sifa.

Sifa bergerak dengan perlahan dan makan dengan hati-hati.

Keduanya tidak banyak bicara selama sarapan dan suasana sempat canggung.

Decky menyeka mulutnya dan berkata dengan santai: “Wanita itu hanyalah asisten Laras, aku ingin kamu membimbingnya, siapa sangka kamu begitu tidak bertanggung jawab, bekerja sampai setengah lalu pergi begitu saja.”

Sifa mengangkat kepalanya, dia sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan Decky.

Decky sedang memberikan penjelasan kepada dirinya atau apa? Ini belum pernah terjadi sebelumnya dan membuat Sifa sedikit terkejut.

Sifa terbatuk, menatap Decky tidak tahu harus berkata apa.

Decky yang melihat Sifa berkata apa-apa, mengerutkan kening dengan tidak senang, apakah wanita ini bodoh, dirinya sedang mencari alasan agar dia tidak malu.

Sifa.

Butuh beberapa saat bagi Sifa sebelum mengangkat kepalanya dan berkata “Direktur Decky, maaf, hari ini aku akan kembali bekerja, maaf telah salah paham padamu.”

Decky yang mendengar Sifa berkata seperti ini, hatinya merasa lega, wanita ini akhirnya sadar.

Decky menganggukkan kepala, berdiri dan pergi.

Sifa melihat jam dan sudah mendekati jam kerja, dia terburu-buru mengambil tas, memakai sepatunya dan berlari keluar vila.

Sangat sulit mendapatkan taksi di jam segini, Sifa berjalan cukup lama baru mendapatkan taksi.

Dia gelisah dan terus menerus melihat jam, saat ini sebuah mobil yang familiar menepi dan berhenti.

Jendela mobil itu diturunkan, wajah Decky segera muncul di hadapan Sifa.

Decky berkata dengan dingin kepada Sifa: “Naik, aku tidak ingin begitu sampai di kantor tidak bisa minum teh!” Ucap Decky dengan nada memerintah.

Sifa sempat ragu sejenak, lalu masuk ke dalam mobil dengan cepat.

Ketika tiba di perusahaan, Decky tidak membiarkan Sifa turun lebih dulu.

Setelah Decky memarkir mobil, Sifa melihat bolak-balik berkali-kali, memastikan tidak ada siapa-siapa, lalu turun dari mobil dengan cepat.

Sifa berbalik, menundukkan kepalanya ke arah Decky dan mengucapkan terima kasih, lalu dengan cepat berlari menuju lift.

Decky mengerutkan kening, menunjukkan ekspresi suram, kenapa wanita ini tidak ingin memiliki hubungan dengan dirinya? Sampai berlari begitu cepat seperti anjing?

Decky melangkah ke lift khusus dan ke kantornya.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu