Marriage Journey - Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
Marsha tahu berita ini dari orang lain, dan dia buru-buru datang ke rumah sakit.
Melihat Sifa yang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, Marsha merasa seperti tersambar petir.
Air matanya mengalir, dia berbalik untuk melihat Hendi dan bertanya: "Apa yang terjadi? Bukankah semuanya baik-baik saja?"
Hendi menundukkan kepala dan tidak tahu harus berkata apa.
Saat ini, Laras juga menerima kabar tersebut, dia datang ke rumah sakit dengan penampilan yang berantakan.
“Kenapa bisa terjadi hal seperti ini, Kenapa bisa terjadi hal seperti ini?” Laras memandang Sifa yang berbaring di ranjang rumah sakit.
Laras bertanya pada Hendi.
Kemudian terdengar suara ‘Phak’, Marsha mengulurkan tangan dan menampar wajah Laras, wajah Marsha penuh dengan air mata: "Ini semua karena kamu, coba kamu lihat, Sifa sekarang menjadi seperti ini, ini semua karena kamu ..."
Laras menangis, dan seketika tubuhnya seolah-olah tidak memiliki kekuatan, dia berlutut d lantai.
Dia menutupi pipinya dengan tangan, dan bahunya bergetar dengan kuat.
"Ini semua karena aku, ini semua karena aku, aku yang membuat keputusan sendiri ..." Laras terlihat emosional, dia menangis dengan keras di koridor rumah sakit.
Marsha melihat Laras yang ada di depannya, dia langsung menangis, kemudian dia menutupi mulutnya untuk mencegah dirinya mengeluarkan suara.
Meskipun dia sebelumnya juga menyalahkan Laras, ingin memukulnya dan membiarkannya melihat apa yang terjadi pada Sifa sekarang disebabkan olehnya.
Tetapi pada saat Marsha melihat Laras, dia tiba-tiba tidak bisa membencinya, titik awal Laras juga untuk kebaikan Sifa.
Hendi perlahan berjalan ke depan, dia melalui beberapa hari ini dengan sangat tidak nyaman.
Dia mengulurkan tangan dan menepuk bahu Laras dengan ragu-ragu: "Masalah ini bukan kesalahanmu."
Semuanya akan berlalu, Hendi menghibur dirinya sendiri.
Laras mendongak dan menatap Hendi dengan ekspresi bingung: "Apakah kamu tidak menyalahkanku?"
Tiba-tiba, Laras sepertinya berubah menjadi orang yang berbeda, wajahnya penuh dengan air mata: "Jika aku mengabaikan perintah Kakekku dan mengikuti Sifa pada saat itu, maka mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini, aku terlalu penakut, semua ini karena aku ..."
Sambil berbicara, Laras mengulurkan tangan dan menampar wajah dirinya sendiri dengan keras.
"Apa yang sedang kamu lakukan? Meskipun kamu mengikuti Sifa, apakah hal ini pasti tidak akan terjadi?"
"Apa keuntungan yang kamu dapatkan dari memukul dirimu sendiri, apakah kondisi Sifa bisa membaik?"
Hendi berdiri di belakang Laras dan berteriak pada Laras.
Otak Laras sekarang sangat bingung, dia menatap Hendi dan terus menggumamkan sesuatu.
"Laras, bangun, jika kamu terus seperti ini, kami semua benar-benar akan tumbang."
Hendi benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya lagi, dia berteriak pada Laras, matanya merah, tangannya memegang bahu Laras dengan erat.
Marsha melangkah maju dan meraih Laras, wajahnya penuh dengan air mata: "Tidak peduli apa yang terjadi sebelumnya, aku hanya berharap Sifa bisa bangun, kalau tidak bayinya tidak bisa diselamatkan lagi."
Pada saat Marsha selesai berbicara, jari Sifa sedikit bergerak, dan pemandangan ini langsung dilihat oleh Hendi yang berdiri di samping Sifa.
"Dia bangun ..." Hendi segera memanggil perawat dan dokter masuk ke unit perawatan intensif untuk memeriksa kondisi Sifa.
Semua orang berkata bahwa operasi Sifa bisa berhasil sudah merupakan sebuah keajaiban, tetapi banyak dokter telah memberitahu Hendi bahwa kemungkinan untuk Sifa bangun sangatlah kecil.
Tapi akhirnya dalam upaya tak henti-hentinya Hendi, Sifa perlahan bangun.
Segera setelah Sifa bangun, Hendi melakukan inspeksi dan analisis profesional terhadapnya, dan akhirnya Sifa dipindah ke bangsal umum pada sore hari.
Marsha dan Laras telah menunggu di luar, dan Gustian juga bergegas datang setelah mendapatkan berita.
Faktanya, Gustian tidak menduga bahwa Hendi bukan hanya menyelamatkan anak Sifa, tetapi Sifa juga bangun ketika semua dokter tidak optimis terhadapnya.
“Bagaimana situasinya?” Gustian bergegas kemari dan bertanya pada Laras.
"Aku tidak tahu, Sifa sudah bangun, tapi kami masih belum tahu bagaimana perkembangan selanjutnya."
Laras berkata dengan panik.
Gustian mengulurkan tangan dan menepuk bahu Laras: "Coba kamu lihat, sudah tidak apa-apa, jangan menyalahkan dirimu sendiri lagi."
Perkataan Gustian langsung membuat Laras merasa lega.
Setelah Sifa dipindahkan ke bangsal umum, dia perlahan bangun setelah satu jam kemudian.
Sifa sedikit membuka matanya, langit-langit berwarna putih sedikit menyilaukan.
Perasaam sakit di tangan membuat Sifa merasa sangat tidak nyaman, dia sedikit mengerutkan kening
“Sifa, apakah kamu sudah bangun?” Marsha adalah orang pertama yang mendekati Laras, dia bertanya dengan cemas.
Sifa sedikit membuka mata, dia mengulurkan tangan dan menarik Marsha dengan gemetar, kemudian berkata: "Aku baik-baik saja, bagaimana dengan anakku?"
Sifa terlihat sangat khawatir, Hendi segera melangkah maju untuk melihat Sifa dan berkata, "Jangan khawatir, Sifa, anakmu baik-baik saja, aku telah menyelamatkannya."
Sifa tampak cemas dan mengulurkan tangan untuk membelai perutnya.
Sifa akhirnya merasa lega, dia memejamkan mata, air matanya mengalir, peristiwa malam itu terus muncul di pikirannya.
Kekejaman Decky pada malam tersebut, dan adegan Decky membiarkan dirinya di rumah sakit dan kabur, masih bisa dilihat dengan jelas.
Sifa menutup mata dan air mata tidak bisa berhenti mengalir.
Hendi memandang Sifa yang putus asa dan tidak nyaman, dia juga merasa sangat tidak nyaman.
Dia mending hal seperti ini terjadi pada dirinya sendiri daripada Sifa yang menderita.
Decky adalah pria seperti apa, sehingga dia bisa melakukan hal seperti itu pada Sifa.
Hati Hendi tiba-tiba muncul kebencian terhadap Decky, dia mengepalkan tinjunya dengan erat.
"Hendi, sebelumnya kamu pernah berkata bahwa kasus seperti aku telah disembuhkan di Amerika Serikat, benar?"
Wajah Sifa yang pucat tidak ada ekspresi.
"Ya, aku dan Gustian telah membiarkan orang lain untuk mencari tahu dan aku sudah menghubungi mentorku sebelumnya, kita bisa langsung pergi."
Hendi berdiri di samping Sifa dan berkata.
Sifa berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan linglung dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Ketika Hendi dan Gustian melihat penampilan Sifa, mereka sangat sakit hati.
Hendi melangkah maju untuk melihat Sifa dan berkata, "Sifa, aku tahu kamu sangat sedih, tetapi tahukah kamu? Anak di perutmu menjadi lebih lemah setelah kejadian ini."
"Selain itu, kondisimu juga semakin buruk sekarang, tubuhmu tidak bisa tahan lama."
Sifa berbalik: "Hendi, aku ingin tinggal sendiri untuk sementara waktu."
Air mata Sifa langsung jatuh, akhir yang sudah dia tahu dengan jelas, tapi dia masih membawa harapan.
“Kamu sedang sakit, dan kamu harus dirawat, tubuhmu tidak bisa tahan lagi, kamu tinggal di rumah sakit untuk sementara waktu, setelah kondisimu membaik, baru kita membahas masalah ini."
Marsha melangkah maju untuk menenangkan emosi Sifa, siapapun bukan Sifa, tidak ada yang bisa mengerti perasaannya sekarang.
Semua orang perlahan berjalan keluar, hanya Laras yang berdiri di depan pintu tidak berani masuk, dia hanya menatap Sifa dengan tatapan kosong.
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlThe Revival of the King
ShintaDiamond Lover
LenaGet Back To You
LexyEternal Love
Regina WangNikah Tanpa Cinta
Laura WangMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka