Marriage Journey - Bab 48 Bercanda Berlebihan
Sifa yang digoyang dengan kuat sedikit sadar mendengar namanya dipanggil.
Sifa berusaha membuka matanya, bergumam: “Ehn….”
Decky menghentikan tindakannya, berjongkok melihat Sifa.
Sifa perlahan membuka matanya, melihat Decky yang besar berada di hadapannya.
Berteriak kaget, bergumam: “Itu….Direktur Deckyku….”
Ekspresi Decky tampak suram, lalu bangkit dan berkata: “Lihat dirimu, sungguh memalukan….”
Setelah itu, dia berjalan keluar dari kantor Sifa.
Entah kenapa Sifa merasa wajahnya lengket.
Begitu menyentuh wajahnya, Sifa baru menyadarinya wajahnya penuh dengan darah, lalu dia segera pergi ke toilet
Menyalakan air dan membersihkan wajahnya, ternyata yang dimaksud Decky ini, tapi akhir-akhir ini darah yang mengalir keluar semakin banyak.
Sifa mengerutkan kening dengan cemas, mengeluarkan hp menelepon Hendi, tapi Hendi tidak kunjung menjawab teleponnya.
Sifa hanya bisa pasrah, setelah membersihkan dirinya, dia pergi ke kantor Decky dengan cemas.
Decky duduk di kursi melihat dokumen dan mengabaikan Sifa.
Sifa berdeham dua kali dan berkata: “Direktur Decky, maaf, aku tadi, mungkin tidak enak badan, jadi tidak mendengar…”
Decky tidak menghentikan gerakannya dan juga tidak berbicara.
Sifa berdiri diam dan tidak tahu harus berbuat apa, dirinya tampak gelisah.
Decky mengangkat kepala menatap Sifa sejenak, lalu berkata: “Keluar!”
Tidak ada ekspresi di wajah Decky dan nada bicaranya sangat dingin.
Sifa menganggukkan kepala, perlahan-lahan berjalan ke kantornya dan duduk diam.
Sifa tidak melakukan apa-apa sepanjang sore, hanya duduk di kantor sambil melamun menatap lalu lintas di luar.
Decky mengerutkan kening, menatap wanita itu yang terus melamun di layar, dirinya memanggil Sifa datang ke kantor untuk mempermainkannya.
Tapi sekarang dia mulai curiga, apakah keputusan yang dibuatnya benar.
Dirinya ingin memberitahu Sifa, meskipun dia bosan sampai mati, dia juga tidak akan merindukan kehidupan dunia luar.
Decky mengendus dingin, melihat sudah jam pulang kerja, dirinya ingat sepertinya wanita ini takut gelap….
Mengingat tiga tahun lalu dirinya pertama kali mengerjai wanita ini dengan mengurungnya di kamar gelap.
Tidak peduli bagaimana dirinya memarahi dan memukulnya, Sifa hanya menundukkan kepala tidak berkata apa-apa bahkan terkadang juga tidak meneteskan air mata.
Decky tersenyum menyeringai dan muncul sebuah ide dalam benaknya, sudah lama dirinya tidak mencari kesalahan wanita ini.
Melihat sudah hampir jam pulang kerja, Decky memanggil Sifa, memintanya memeriksa detail kontrak.
Semua detail peraturan harus dicantumkan agar mempermudah dirinya memeriksa di kemudian hari.
Sifa menundukkan kepala melihat jam, lalu menganggukkan kepala mengiyakan, tidak peduli apa pun dirinya akan melakukan pekerjaan yang diperintahkan Decky dengan terbaik.
Sifa memeluk dokumen dan berkonsentrasi menulis catatan di kertas.
Tanpa di sadari langit sudah gelap, tapi Sifa seolah tidak menyadarinya sama sekali, dia menundukkan kepalanya dan terus bekerja.
PT.Leng.Tbk akan mematikan lampu pada pukul 9 malam dan semua pintu di bawah akan ditutup, hanya menyisakan sekuriti di luar.
Setiap hari akan ada sekuriti melakukan inspeksi untuk melihat apakah masih ada orang di dalam gedung, tapi hari ini Decky secara khusus berpesan untuk tidak memeriksa lantai atas.
Decky tahu sudah hampir jam 9 malam dia baru keluar dari kantor, ketika melewati kantor sifa, dia berhenti di depan pintu dan sempat ragu sejenak.
Tapi pada akhirnya dia memilih untuk berbalik, menekan tombol lift dan berjalan keluar, wanita ini berhutang kepadanya, sudah seharusnya dia menerima ini semua.
Sifa mengantuk, menguap dan mengusap matanya yang sakit, kontrak sialan ini memiliki banyak peraturan.
Melihat matanya sedikit kabur, lalu melihat jam, sudah larut malam, saat ini seharusnya tidak ada bus lagi.
Sifa sedikit terhuyung ketika berdiri, karena duduk terlalu lama, kakinya sedikit kebas, lalu dia melihat sekeliling kantor.
Ternyata Decky sudah pulang, Sifa menggelengkan kepala, apa yang diharapkan dirinya, berharap dia mengantarnya pulang?
Sifa menekan tombol lift dan bangunan kantor tiba-tiba menjadi gelap, hanya menyisakan tanda EXIT yang bersinar dengan lampu hijau.
Sifa takut gelap, pengalaman masa kecilnya membuatnya membenci kegelapan, mengingat dulu Decky pernah mengurungnya seorang diri di ruang gelap…
Sifa merasa kedinginan, semua orang sudah pulang kerja, dalam sekejap ketenangan ini sangat menakutkan, dia yang berdiri di dalam lift hanya bisa mendengar suara mesin.
Sifa dengan cemas memutar jarinya. Lift dengan cepat mencapai lantai pertama, lalu dia dengan cepat berjalan menuju pintu gerbang, tapi pintunya tertutup rapat. Sifa tampak cemas, kedua tangannya segera menarik pintu gerbang tapi pintu itu tidak kunjung bergerak.
Sifa mulai ketakutan, lalu sekuat tenaga menggedor pintu, berteriak keras: “Apakah ada orang, di dalam masih ada orang….”
Tidak ada yang menjawabnya, suara Sifa terdengar di aula kosong.
Sifa mengigil ketakutan, kedua tangannya memeluk dirinya dan terus menerus mengamati gerakan di sekitarnya.
Perasaan gelisah ini tiba-tiba melanda Sifa, tiba-tiba dia mengingat dirinya yang masih kecil di kurung di kamar gelap….
Sifa menutup mulutnya sendiri dan memberitahu dirinya untuk tidak berpikir terlalu banyak. Ini seperti tiba-tiba mati lampu di rumah. Tidak apa-apa….
Tapi ada sesuatu di sekitar yang membuat Sifa tidak bisa berhenti menandang ke sana, jantungnya berdebar kencang seperti detik berikutnya akan melompat keluar dari hati.
Setelah listrik mati sekeliling menjadi gelap, hanya bisa menilai lingkungan berdasarkan kesadaran.
Sifa tidak berani berjalan, dia hanya bisa bersandar di sisi gerbang yang setidaknya bisa melihat sedikit cahaya.
Sifa meringkuk di lantai, menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk melindungi dirinya sendiri.
Sifa tiba-tiba ingat, mengeluarkan hp dengan kedua tangannya yang gemetar, tapi hp-nya tidak ada signal.
Harapan Sifa yang baru menyala tiba-tiba hancur berkeping-keping di lantai.
Ketika Laras hendak pulang kerja di malam hari dia mengingat Decky mengatakan sesuatu di ruang sekuriti, hatinya mulai curiga.
Apa yang ingin dilakukan Decky, biasanya dia tidak pernah ke ruang sekuriti.
Setelah pulang kerja cukup lama, Laras tidak kunjung melihat Sifa keluar dari perusahaan.
Laras sedikit khawatir, dia duduk di dalam mobil di luar perusahaan.
Tapi sudah sampai jam menutup gerbang, Sifa juga tidak kunjung keluar.
Laras tampak khawatir duduk di dalam mobil, lalu menelepon Sifa tapi tidak tersambung.
Setelah Laras menunggu cukup lama, baru muncul sebuah pemikiran, sepertinya hari ini sekuriti tidak melakukan pemeriksaan dan hari ini Decky juga pergi ke ruang sekuriti, jangan-jangan……
Laras segera mendorong pintu mobil, berlari ke gerbang, meneriakkan nama Sifa….
Sifa, semoga kamu baik-baik saja……
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangI'm Rich Man
HartantoAku bukan menantu sampah
Stiw boyUntouchable Love
Devil BuddyAwesome Husband
EdisonMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka