Marriage Journey - Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
Kata-kata Sifa bagaikan bom yang meledak di dalam otak Decky, dia menatap Sifa dengan tatapan yang kaget dan bengong, jangan-jangan benaran anak dirinya…
Namun ketika kepikiran gerak-gerik mesra antara Hendi dan Sifa pada barusan, Decky langsung menolak Sifa dengan jauh, sehingga tubuhnya Sifa langsung terjatuh ke dalam pelukan Hendi.
Hendi dengan cepatnya menahan tubuh Sifa dengan panik dan tidak lupa untuk langsung menanya keadaannya.
Air mata Sifa berjatuhan terus menerus, lalu menggeleng kepalanya, melihat Sifa yang menangis sedih membuat hati Hendi sangat sengsara.
Hendi baru saja ingin membela Sifa, seorang suster langsung berlari menghampiri, dan berteriak nama Hendi dengan kuat :”Dokter Shen, kondisi pasien di sana sepertinya sudah krisis, boleh tolong ke sana dulu, dokter yang bawa masuk pasien itu di sebelumnya, keluarga pasien sama sekali tidak setuju kalau dokter lain yang turut tangan !”
Hendi menatap Decky dengan mati-matian, sebenarnya dia ingin berdebat lagi untuk Sifa, namun setelah mendengar kata-kata suster barusan, langsung mengerutkan alis.
Sifa tentu saja sangat mengerti Hendi, melihat kondisi seperti ini, langsung berbalik badan dan berbisik kepada Hendi :”Kamu urus saja dulu pekerjaanmu, aku bisa selesaikan sendiri.”
Hendi baru saja membuka mulut dan ingin mengatakan sesuatu, Sifa tidak memberikan kesempatan kepadanya dan langsung memotong :”Percayalah denganku, aku bisa selesaikan.” Nada Sifa sangat nekat.
Hendi juga mengerti dengan sifat Sifa, sejak kecilnya dia sudah sangat keras kepala, seandainya dia tetap bersikeras dan bertahan di tempat ini, pastinya juga bukan keadaan yang diinginkan Sifa.
Hendi berdiri, menatap Sifa dan Decky dengan sedikit ragu, sepertinya masih tidak tenang.
Sifa menatap mata Hendi dan mengangguk nekat, mengisyaratkan agar Hendi tenang saja, Hendi baru berbalik badan dan mengikuti suster untuk memeriksa pasiennya.
Decky melihat keadaan dua orang di depan matanya, semakin yakin dengan pemikiran sebelumnya, lalu menatap Sifa dengan tatapan suram.
Dokter juga berjalan masuk ke ruangannya dengan sadar diri, saat ini hanya tersisa Sifa dan Decky yang berdiri di sana, masing-masing tidak berbicara.
Sifa dalam beberapa tahun ini, paling tidak bisa terbiasa dengan perasaan sepertinya, tanpa sadarnya badannya ikut merinding.
Decky berjalan menghampiri Sifa dengan aura yang penuh amarah, tubuh Sifa terkesan mungil di bawah Decky yang setinggi seratus delapan puluhan senti.
Wajah Decky tidak bereaksi apapun, menatap Sifa dan berkata dengan nada dingin :”Kamu sedang menantang batas aku ya ?”
Sifa membuka mulut, baru saja ingin menjelaskan, namun tiba-tiba kepikiran, sepertinya penjelasan di setiap kalinya, hanya omong kosong di dalam pandangan Decky.
Sifa juga tahu bahwa saat ini Decky sedang emosi besar, dirinya juga tidak begitu bodoh untuk langsung menentangnya.
Akhirnya dia memilih diam dan tidak menjelaskan apapun, berbalik badan dan ingin berlari, Decky melihat sikap Sifa yang tidak menjelaskan seperti biasanya, menjadi semakin risi dan emosi.
Dia langsung menangkap pergelangan tangan Sifa, matanya dikarenakan terlalu emosi pada barusan, sehingga menjadi kemerahan bagaikan darah yang menetes.
Decky membentak Sifa dengan nada keras :”Aku kasih tahu kamu, aku bukan orang bodoh, jangan berharap mendapatkan simpati aku dengan cara seperti ini, bukan semua wanita pantas menjadi seorang ibu.”
“Kamu yang sudah merengut nyawa orang, tidak berhak menjadi ibu, anak ini tidak boleh dilahirkan, kamu harus menebus nyawamu untuk Yuli !”
Semua kata-kata Decky bagaikan jarum yang terus menusuk di hati Sifa, Sifa yang ketakutan terus menahan perutnya dengan tangan.
Ini anaknya sendiri, dia bilang anak ini tidak boleh dilahirkan, dia ingin merengut harapan Sifa yang satu-satunya di dunia ini, dia bahkan begitu tega, ingin membunuh dirinya dan anaknya !
Sifa terus menghela nafas dengan kuat, jantungnya bagaikan ditekan matian-matian oleh seseorang, dia menutup perutnya dengan erat, terus menggeleng kepalanya.
Decky menatap Sifa di hadapannya yang hampir hilang kendali, juga terbengong, dalam beberapa tahun ini, sepertinya Sifa tidak pernah bereaksi seperti hari ini.
Suara tangisan Sifa membuat Decky kembali tenang, lalu Sifa berkata kepada Decky dengan nada gemetar.
“Aku tidak peduli apakah kamu percaya kalau ini anakmu, tetapi kamu tidak ada hak untuk merengut nyawanya, dirimu yang sepertinya, apa bedanya sama diriku yang berada di dalam pandanganmu, bukankah juga hanya seorang pembunuh saja !”
Sifa mulai mundur dengan tanpa sadar, air matanya telah membasahi kerah baju, matanya sudah merah bengkak, namun tangannya tetap saja bertahan mati-matian pada perutnya.
Decky menatap Sifa dengan tatapan dingin, wanita ini, bahkan berani mengungkit masalah Yuli pada hadapannya, dia tidak berhak untuk mengungkit kejadian ini !
Decky terus menghampiri Sifa yang masih mundur, tatapan Decky sangat yakin namun juga emosi, dia beranjak ke depan dan langsung menarik kerah Sifa.
Sifa tidak mewaspadai, badannya langsung terangkat mengikuti baju, Sifa sudah merasakan amarah Decky, namun dia tetap pura-pura tenang, mengangkat wajah sendiri dengan angkuh, dan bertatapan langsung sama Decky.
Decky tersenyum sinis :” Sifa, siapa yang memberimu keberanian untuk ungkit masalah Yuli di hadapanku, kamu kira sekarang sudah ada lelaki selingkuhanmu itu, jadi aku tidak berani menyentuhmu ya ?”
Kerah baju Sifa ditarik oleh Decky, sehingga membuat dia tidak bisa bernafas, wajahnya kemerahan karena sesak nafas, tangannya juga berusaha keras ingin melepaskan tangan Decky.
Namun sepertinya Decky tidak ingin memberikan kesempatan apapun kepadanya, Sifa berusaha untuk meloloskan diri dari tangannya, namun tidak berdaya, dia hanya seorang wanita, tenaganya mana bisa mengalahkan tenaga seorang lelaki yang membenci kepada dirinya.
Melihat Sifa yang sedang berusaha memberontak, Decky menjadi kepikiran dengan Yuli, apakah pada saat itu Yuli juga berusaha seperti ini untuk bertahan hidupnya, namun semuanya dikarenakan wanita ini….
Tanpa disadari, kekuatan di tangan Decky semakin diperbesar, isi otaknya telah dipenuhi oleh rasa kebencian dan amarah dirinya.
Sifa juga telah merasakan kekejaman Decky, dia benaran tidak peduli dirinya yang sedang hamil, dan masih tetap ingin membunuh dirinya, bagus juga kalau begini, bisa mati di tangan lelaki yang dicintainya.
Dia memejamkan matanya, melepaskan tangannya yang sedang berusaha melepaskan tangan Decky dengan tidak berdaya, seandainya dengan begini bisa membuat kebencian Decky terhadap dirinya ikut menghilang, ya sudahlah.
Air mata Sifa menetes pada punggung telapak tangan Decky, Decky kaget karena gerakan Sifa, air mata hangat yang menetes pada punggung telapak tangannya, membuat Decky menjadi kembali sadar.
Decky menatap Sifa yang hampir sekarat, buru-buru melepaskan tangan sendiri, lalu mundur dua langkah ke belakang, reaksinya sangat panik.
Seluruh tubuh Sifa sudah tidak bertenaga lagi, tubuhnya terjatuh langsung ke atas lantai, Sifa buru-buru mengambil nafas, dan batuk dengan parah.
Decky bagaikan telah melihat ibunya sendiri, pada saat dirinya masih kecil, begitulah perlakuan ayahnya terhadap ibunya….pada saat itu, dia benci sekali pada ayahnya.
Decky melihat Sifa yang duduk di lantai, wajah kemerahan karena sesak nafas, barusan dirinya hampir membunuh wanita ini, dia sedikit hilang kendali dan berjalan ke arah pintu rumah sakit dengan panik.
Sifa melihat lelaki yang sudah pergi dengan cepat, dia mengelus perutnya sendiri, dan duduk di atas lantai rumah sakit yang dingin, akhirnya tidak dapat bertahan juga untuk melepaskan tangisan tragisnya.
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyBack To You
CC LennyMy Perfect Lady
AliciaPejuang Hati
Marry SuEverything i know about love
Shinta CharityKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka