Marriage Journey - Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba

Ketika Sifa bangun, tempat di sebelahnya sudah kosong, dia merentangkan tangannya menyentuh tempat tidur di sebelahnya, tempat itu sudah dingin tak bersuhu.

Sifa duduk dan melihat ke sekeliling ruangan, setelah memastikan tidak ada orang, dia perlahan-lahan turun dari ranjang.

Decky turun ke aula, setelah memesan sarapan, dia duduk menunggu Sifa di aula. Sifa terkejut ketika melihat gaun kasa di meja samping ranjang, rok kasa terlihat sederhana dan nyaman, tapi desainnya yang berkilauan menunjukkan nilainya.

Sifa tersenyum, setidaknya Decky sedikit peduli dengannya. Gaun ini kebetulan menutupi bagian perut Sifa, seluruh tubuhnya terlihat seperti tidak hamil. Sifa secara tidak sengaja datang ke aula, dan pas bertemu dengan Gustian. Sifa segera membangkitkan semangatnya, dia tidak tahu mengapa Gustian memusuhinya, tapi segala sesuatu memberitahu dirinya harus waspada terhadap Gustian. Gustian tersenyum sambil berjalan mendekatinya dan berkata pada Sifa, "Apakah kamu puas dengan pengaturan tadi malam?"

Sifa menatapnya dengan tatapan tajam: "Terima kasih atas perhatianmu, semuanya baik-baik saja." Sifa tersenyum sopan dan berjalan melewati Gustian yang berdiri di depannya. Gustian sepertinya tidak peduli, dia mengangkat alisnya dan mengejarnya, lalu tersenyum berkata: "Tidak tahu apakah Nona Shen kenal dengan Laras?"

Sifa berhenti sejenak, lalu berbalik dengan ragu-ragu: "Sepertinya sejak pertama kali melihatku, Tuan Gustiantelah memiliki pendapat yang sangat besar padaku, apakah sebelumnya aku pernah menyinggung Tuan Gustian ?"

Sifa sedikit memiringkan kepalanya, menatap Gustian dan berkata. Gustian tertawa: "Nona Shen, bagaimana mungkin. Aku hanya menunjukkan sisi ini pada wanita cantik, itu hanya menunjukkan bahwa kecantikanmu menarik perhatianku, apakah itu juga termasuk Decky dan Laras?" Tidak peduli apa yang dikatakan Gustian, selalu bergantungan dengan Laras, Sifa sedikit mengerutkan kening, kelihatannya Gustian bukanlah seseorang yang bisa ditangani dengan mudah.

Sifa tersenyum acuh tak acuh: "Aku kenal Laras, tidak tahu apa yang ingin diketahui Tuan Gustiandariku, tapi kupikir lebih baik bertanya langsung pada Laras." Sifa sekali lagi menghindari Gustian yang berdiri di depannya, dan berbalik untuk pergi. Kali ini Gustian tidak mengejarnya, senyuman di wajahnya langsung menjadi dingin, wanita ini sangat menarik.

Sifa menghindari Gustian, berbelok di tikungan dan bertemu Decky, karena berjalan terlalu tergesa-gesa, Sifa menundukkan kepala dan menabrak Decky, Decky segera mengulurkan tangan, memeluk Sifa, yang tidak sempat merespon. Decky mengerutkan kening dan memandang wanita yang masih tertegun dalam pelukannya, apakah wanita ini selalu begitu ceroboh? Bagaimana kalau menabrak dengan pria lain?

Decky menggerakkan bibirnya, dan berkata dengan suara rendah, "Apakah kamu selalu bertabrakan dengan orang lain seperti begini?" Sifa keluar dari pelukan Decky dengan sedikit panik. "Maaf, belakangan ini reaksiku menjadi sangat lambat, tidak tahu apakah karena pengaruh hamil." Sifa berkata dengan jujur. Decky mengerutkan kening, tiba-tiba teringat ibunya juga sering melupakan sesuatu. Saat itu masih kecil, dirinya selalu bertanya pada ibunya mengapa begini. Ibunya mengatakan bahwa dirinya menjadi pikun setelah hamil, mulai sejak mengandung, dia mulai terlihat tidak secantik dan selangsing sebelumnya.

Saat itu, dirinya selalu tidak mengerti maksud perkataan ibunya. Decky menunduk dan memandang Sifa, dengan tatapan penuh perasaan rumit: "Ayo makan dulu." Sifa mengikutinya dengan patuh, setelah sarapan, pas waktunya berangkat kerja. Decky langsung mengendarai mobil menuju kota, tanpa menyapa Gustian. Sifa tidak berbicara di sepanjang jalan, dan Decky tetap dingin seperti biasanya. Seolah-olah semua yang terjadi tadi malam berubah menjadi gelembung, Sifa tidak menahan diri menertawakan dirinya. Di saat hampir tiba di perusahaan, Sifa akhirnya memecahkan keheningan: "Berhenti di sini, aku akan masuk sendiri." Tidak ada ekspresi berlebihan di wajah Sifa, senyuman acuh tak acuh sangat menyilaukan mata.

Decky menginjak rem dan berhenti di tepi jalan yang masih agak jauh dari perusahaan. Dia memutar kepala menatap Sifa, apakah otak wanita ini bermasalah? Sifa meminta Decky meletakkannya di sini, melihat wajahnya yang tidak berekspresi, Decky benar-benar ingin membuka kepalanya dan melihat apa yang dia pikirkan?. Sifa merasakan tatapan Decky yang panas, Sifa mengalihkan tatapannya dan tidak menatapnya.

Suara Decky sedikit serak, menatap Sifa dan berkata, "Kamu ingin turun di sini dan tidak ingin pergi ke perusahaan bersamaku, apakah karena takut orang lain mengetahui hubungan kita?". Wajah Decky terlihat suram, dia menatap Sifa dan bertanya. Sifa memutar kepala dan menatap Decky lalu tersenyum dingin, “Tuan Leng, apakah kamu tidak takut?”

Decky tertegun sejenak, dan ekspresi Sifa tersenyum dingin membesar di pikirannya. Dia sepertinya tidak pernah peduli dengan masalah ini, meskipun dia ingin memaafkan Sifa dan memulai kembali dengannya, tapi selalu ada garis pertahanan terakhir di hatinya, yang tidak bisa dia lewati. Decky yang selalu bersikap bangga langsung terdiam setelah mendengar kata-kata Sifa, ekspresi di wajahnya membuat orang bingung.

Kata-kata Sifa langsung mengenai hati Decky, dan Sifa hanya merasakan kedutan di hatinya. Sifa menatap Decky, wajahnya yang pucat menunjukkan ejekan, pandangannya terlihat sombong; "Kamu meminta untuk memulai kembali hubungan kita berdua dengan sikap begini? Decky, kamu adalah orang paling munafik dalam dunia." Setelah selesai berkata, Sifa mendengus, keluar dari mobil dengan cepat, dan menutup pintu dengan kuat, dia berjalan menuju ujung jalan yang lain.

Sifa baru saja keluar dari mobil, langsung berjalan semakin jauh, dengan punggung menghadap Decky. Dia menangis, air matanya mengalir tak tertahankan. Sifa bersikeras mengepalkan tangan dan mengangkat kepalanya untuk mencegah air mata mengalir keluar, tetapi dia tidak bisa menahannya.

Sifa berdiri tegak, meskipun dirinya mencintainya, tapi disaat pergi, dia juga tidak ingin menundukkan kepalanya, disaat pergi, dia ingin pergi dengan bangga.

Tapi tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki di belakangnya, Decky segera bergegas mendekati Sifa. Saat ini sedang hujan salju lebat, Decky memegang sebuah payung hitam di tangannya. Dengan jarak kurang dari satu meter, Decky menghentikan langkahnya dan berkata dengan suara serak: “Sifa, berhenti di sana.” Sifa seperti kerasukan, dia berdiri di tempat, tadi baru saja berusaha menenangkan dirinya, tapi saat ini malah tidak dapat mengambil langkah maju.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu