Marriage Journey - Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
Tak disangka, wanita ini segitu hebat. Dia bahkan mengandalkan Hendi untuk membalas dendam!
Semakin Decky memikirkannya, dia semakin merasa sulit untuk menenangkan diri. Dia sudah agak kewalahan dengan kabar buruk Yuli.
Sekarang, dia malah menerima kabar buruk lainnya lagi.
Dia berpikir, dia seharusnya membiarkan wanita itu mati saja. Kenapa dia harus repot-repot mencari tim medis yang mahal untuk merawatnya.
"Decky, apa yang kamu lakukan di sini ..."
Decky mendengar suara wanita yang tajam dan familiar datang dari belakang. Walau dia belum melihat wajah wanita, dia sudah tahu siapa pemilik suara yang didengarnya.
Pasti Ariana yang tidak tahu diri itu.
"Kenapa kamu datang ke rumah sakit? Siapa yang suruh kamu datang?"
Decky menoleh, memandang Ariana yang berdiri di depannya dengan menginjak sepasang sepatu hak tinggi tujuh sentimeter, mulai menginterogasi.
"Tidak ada yang suruh aku datang. Aku dengar kamu pulang ke dalam negeri dan sedang berada di rumah sakit, jadi aku datang untuk mencarimu. Selain itu, aku kenal Yuli. Aku sekalian datang untuk menjenguknya!"
Dalam hati Decky sangat jelas betapa munafiknya Ariana dalam mengucapkan kata-kata barusan.
Wanita ini datang hanya untuk menemui dirinya di rumah sakit. Yuli telah berada di rumah sakit ini selama tiga tahun, Decky tidak pernah mendengar bahwa Ariana datang untuk menjenguk Yuli!
Tapi begitu dia pulang negeri, wanita ini langsung datang ke sini.
Decky mencibir ...
"Yuli tidak perlu dijenguk kamu. Selain itu, apakah aku pulang negeri atau tidak, itu tidak ada hubungannya denganmu. Pergi sekarang juga."
Decky berkata tanpa memasang ekspresi apapun di wajah, nada tidak menyiratkan sedikitpun emosi.
"Decky ..."
"Apakah kamu harus memperlakukanku seperti ini? Aku sangat merindukanmu selama kamu berada di luar negeri. Aku datang dan menjenguk Yuli dengan hati yang tulus. Aku dengar kondisinya semakin parah ..."
Saat kata terakhir terucap oleh Ariana, Decky merasa bahwa amarah di hati akhirnya punya tempat untuk dilampiaskan.
Dia berpikir wanita ini harus menyalahkan dirinya karena tidak peka pada situasi dan tidak tahu diri.
"Kamu ini apa-apaan! Siapa yang bilang padamu bahwa kondisi Yuli semakin parah. Kalau kamu beromong kosong lagi, hati-hati aku sobek mulutmu. Pergi dari sini!"
Melihat pria dengan amarah di matanya, Ariana langsung merasa ketakutan.
Ariana tanpa sadar mundur dua langkah, hak tinggi di bawah kakinya sedikit tidak stabil. Untungnya, dia menopang dinding tepat waktu sehingga tidak jatuh.
"Decky ..."
"Bagaimana boleh kamu berkata seperti ini padaku? Bagaimanapun aku adalah wanita yang pernah bersama kamu, tidakkah seharusnya kamu bersikap lebih lembut padaku? Kenapa kamu bersikap seperti ini setiap kali kamu bertemu aku."
"Apakah perasaanku padamu tidak bisa menyaingi wanita yang baring di ranjang rumah sakit selama lebih dari tiga tahun itu?"
Decky mencibir lagi ketika mendengarkan wanita menyebalkan ini masih beromong kosong tanpa menyadari bahwa suasana sedang panas ...
Kapan wanita ini pernah bersamanya. Semakin dipikir, dia merasa semakin lucu.
"Kamu sungguh memandang tinggi dirimu sendiri. Kamu harus tahu bahwa aku cuman memanfaatkanmu saat itu. Apakah kamu tahu apa artinya akting? Wanita bodoh!"
Usai berkata, Decky membuang puntung rokok di tangannya ke lantai, menginjak-injak puntung rokok dengan kaki.
Setelah memberi tatapan putih pada Ariana, dia berjalan melewati sisi Ariana dengan acuh tak acuh.
Ariana seketika jatuh terduduk di lantai, menangis dengan sedih.
Melihat Decky sudah pergi jauh, barulah Ariana berani melampiaskan keluhannya. Dia melepas sepatu dan membuangnya di koridor.
Dia terus mengeluh di dalam hati, mengapa pria yang disukainya harus memperlakukan dirinya seperti ini.
Saat memikirkan hal ini, dia mengaitkan semua kekesalannya pada Yuli yang terbaring di ranjang rumah sakit. Tentu saja, Sifa yang berada jauh di Amerika Serikat pun tak bisa lepas dari kutukan Ariana.
Ariana menangis beberapa saat di ujung koridor. Dia awalnya masih berpikir apakah hati Decky akan melunak, lalu kembali untuk menghibur dirinya.
Namun setelah menunggu beberapa saat, pria tercintanya tidak datang juga.
Dia bangkit, berjalan pincang ke tempat di mana dia baru saja melempar sepatu hak tingginya, mengenakan sepatu hak tinggi tujuh sentimeter, meninggalkan rumah sakit dengan kaki pincang ...
Decky yang kembali ke bangsal menemukan bahwa orang tua Yuli juga telah meninggalkan rumah sakit, menyisakan kepala pelayan dan beberapa pengasuh untuk berjaga di sisi Yuli.
Melihat beberapa pengasuh hendak menyeka tubuh Yuli, kepala pelayan dan Decky pun meninggalkan bangsal.
"Pelayan Wang, apakah tadinya dokter ada datang? Adakah mereka menjelaskan situasi Yuli?"
Decky bertanya kepada kepala pelayan rumah Yuli tentang kondisi Yuli lagi ...
Kepala pelayan menggelengkan kepala.
"Belum, Tuan Decky. Bagaimanapun ada banyak aspek yang perlu diperiksa, jadi mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Hari sudah tidak pagi, kamu pulang saja dulu!"
Mendengarkan kata-kata kepala pelayan, Decky mengangguk.
"Oke, Pelayan Wang. Beri tahu aku jika ada kabar. Aku pergi ke perusahaan dulu, ada banyak urusan di perusahaan yang harus kutangani!"
Setelah mengatakan ini, Decky pun pergi.
Sambil berjalan keluar rumah sakit, dia sambil berdoa dalam hati, berharap tidak akan ada kabar lebih buruk tentang Yuli, berharap dokter dapat menemukan cara yang baik untuk membuat Yuli pulih secepatnya!
Bahkan jika biaya perobatan Yuli sangat mahal, dia bersedia membayarnya.
Sebenarnya Decky tahu betul bahwa latar belakang dan ekonomi keluarga Yuli sama sekali tidak membutuhkan uang dari dirinya.
Namun selama lebih dari tiga tahun ini, dia selalu diam-diam menyumbang biaya pengobatan Yuli. Dia tahu penyebab Yuli terbaring di ranjang tidak lepas hubungan darinya.
Tiba di depan pintu masuk rumah sakit, Decky menelepon Laras.
"Laras, datang dan jemput aku di rumah sakit, aku mau pergi ke perusahaan."
"Oke, aku sudah tahu. Aku akan pergi sekarang juga." Jawab Laras.
Keduanya dengan cepat mengakhiri panggilan. Decky duduk di anak tangga di depan gerbang rumah sakit sendirian.
Dia merasa bahwa dia sangat letih saat ini, dia bahkan merasa kewalahan. Dia tidak tahu dari mana asal kewalahan itu. Dia hanya tahu dirinya sangat letih, dia yang duduk di sana tidak mau berdiri ...
Dia memikirkan Yuli di dalam hati. Di sisi lain, dia tidak bisa menahan diri untuk memikirkan Sifa yang ada di Amerika Serikat, entah bagaimana kondisi wanita itu sekarang.
Decky merasa semakin dia memikirkan semua ini, dia semakin jengkel. Dia menyalakan sebatang rokok lagi.
Dia ingin membiarkan semua kekhawatiran di pikirannya hilang bersamaan dengan asap rokok. Laras tiba di rumah sakit dalam waktu singkat. Dari kejauhan, dia sudah menemukan Decky yang duduk di anak tangga.
Melihat penampilan Decky, Laras tak bisa menahan perasaan iba di hatinya.
Tak disangka Decky yang tak terkalahkan dan selalu kejam ternyata bisa berpenampilan seperti ini. Selama bertahun-tahun berada di sisi Decky, dia sangat jarang melihatnya seperti ini ...
Dia mengemudikan mobil ke pintu gerbang rumah sakit, berhenti di depan anak tangga yang diduduki Decky, keluar dari mobil.
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Yang Terlarang
MinnieThe Great Guy
Vivi HuangYour Ignorance
YayaTakdir Raja Perang
Brama aditioPerjalanan Selingkuh
LindaSee You Next Time
Cherry BlossomMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka