Marriage Journey - Bab 219 Tubuh Lemah

Semakin Decky memikirkan ini, semakin ia tidak mengerti apa yang dipikirkan wanita ini dan apa yang dia lakukan.

Apa tujuannya melahirkan anak ini?

Pada saat ini, Decky yang dalam keadaan kebingungan dan dalam suasana hati yang kacau, langit mulai gelap dan rintik hujan mulai turun.

Dia berdiri di depan pintu gerbang rumah sakit, membiarkan dirinya kehujanan, seolah hujan dalam sekejap bisa langsung menghapus mood buruknya.

Hendi yang kembali ke kamar pasien, perlahan berjalan menuju tempat tidur Sifa……

Dia melihat Sifa sudah tertidur dan tidak tega mengganggunya.

Sedangkan anak yang berada di tempat tidur, masih membelakkan mata cerah dan jernihnya, tidak mengeluarkan suara.

Mungkin anak ini tahu Sifa sudah sangat lelah.

Hendi perlahan-lahan membawa anak itu menjauh dari tempat tidur, mencoba memberi Sifa lingkungan tidur yang tenang.

Tetapi ketika dia menggendong anaknya pergi, Sifa tiba-tiba membuka matanya dan duduk menggunakan seluruh kekuatannya.

Belum melihat wajah Hendi, dia sudah meneriaki Hendi dan anaknya.

“Jangan sentuh anakku, aku mohon padamu!”

Ketika Hendi mendengar Sifa berteriak sekuat tenaga, akhirnya ia mengerti mengapa Sifa mengatakan ini.

Mungkin dia khawatir Decky menerobos masuk ke kamar dan merampas anaknya.

“Sifa…… Jangan takut, ini aku, Hendi.”

“Melihatmu sedang tidur, aku tidak tega mengganggumu.”

Setelah mendengar suara yang akrab dan menenangkan ini, Sifa perlahan berbaring di tempat tidur.

Setelah memastikan anak itu tidak dalam bahaya, Sifa menghela nafas lemah.

“Hendi, apakah dia sudah pergi?”

Ketika Sifa mengucapkan kalimat ini, tidak memiliki emosi apapun.

Dari kalimat ini, Hendi bisa merasakan perasaan seperti apa yang dirasakan Sifa kepada Decky.

“Ehn, sudah meninggalkan rumah sakit, jadi jangan khawatir. Kamu harus istirahat yang baik. Saat ini, tubuhmu masih sangat lemah. Kamu tidak boleh menerima pukulan lagi……”

Hendi membisikkan ini ke samping telinga Sifa.

Betapa dia ingin merawat wanita di depannya, dia mengerti, betapa sakit dan menderitanya Sifa.

Jadi dia selalu merasa kasihan kepada Sifa yang berada di depannya.

Hendi menggendong anak baik ini dalam pelukannya.

Kemudian memandang Sifa di tempat tidur dengan tatapan penuh kasih sayang.

Betapa berharapnya dia saat ini waktu bisa tenang, memberikan Sifa dan anak ini sebuah ketenangan dan lingkungan yang nyaman.

Hendi tidak ingin siapapun yang berniat jahat datang ke rumah sakit mengganggu Sifa dan anaknya.

Waktu berikutnya sangat berharga bagi Hendi, dia berharap bisa melakukan banyak hal di sisa waktu Sifa yang terbatas.

Menggendong anak yang dilahirkan Sifa dengan susah payah, Hendi memiliki perasaan yang tidak terlukiskan.

Dia berdoa di dalam hatinya, berharap anak ini dapat mendukung Sifa untuk hidup lebih lama dan bahkan berharap penyakitnya mengalami perubahan karena malaikat kecil ini, bahkan keajaiban terjadi.

Dia merasa semua ini mungkin terjadi.

Setelah memikirkan hal ini, dia melihat Sifa di ranjang rumah sakit tertidur lagi……

Dia tahu betapa lelah Sifa sekarang, tubuhnya tidak lagi sama seperti sebelumnya, memiliki kekuatan untuk bercanda dengannya, bahkan menyiapkan makan siang sederhana untuk dirinya.

Hendi mengambil langkah berat keluar dari kamar sambil menggendong anak itu.

Setelah menitipkan anak itu kepada perawat, ia kembali ke kamar dan diam-diam menjaga wanita yang selalu membuatnya sakit hati.

Decky menyetir mobil kembali ke hotel.

Tidak tahu mengapa, saat pergi ke rumah sakit, ia merasa dirinya seolah memperoleh sesuatu, bukan karena dirinya senang menyiksa Sifa.

Sebaliknya, dia merasa hatinya semakin gundah!

Selama bertahun-tahun, dirinya tidak bisa membaca pikiran wanita ini.

Bukan hanya tidak tahu, melihat pemandangan wanita itu dan anaknya, entah kenapa hatinya merasakan ketidaknyamanan.

Saat ini, Laras menelepon Decky.

Sejak dirinya pergi ke Amerika, Laras tidak pernah menghubunginya lagi.

Decky tahu Laras tidak setuju dengan pemikirannya terhadap masalah Sifa, semua ini pasti ada salah paham, tetapi Decky sama sekali tidak peduli dengan ini semua.

Terlebih, Laras sudah mengikuti dirinya cukup lama. Sekalipun dirinya melakukan sesuatu, Laras juga tidak pernah melawan, bahkan tidak pernah mencurigainya.

Setelah telepon terhubung, terdengar suara cemas Laras di ujung telepon.

“Decky! Kinerja perusahaan sangat menurun akhir-akhir ini. Menurutku kamu tidak seharusnya tinggal di luar negeri begitu lama.”

Ketika Decky mendengar kabar yang diberitahu Laras, ia tidak merasa krisis seperti ini berarti baginya.

Terlebih selama beberapa tahun ini, apa yang ia alami lebih dari ini. Decky sama sekali tidak memandang ancaman kecil ini.

“Apa gunanya memberitahuku tentang penurunan kinerja perusahaan? Masih tidak cepat mengadakan rapat pemegang saham perusahaan secepat mungkin.”

“Dan, untuk sementara aku tidak pulang. Kamu wakilkan aku!”

Decky seperti tidak peduli dengan masalah ini.

Laras yang mendengar nada bicara Decky, ia sadar dirinya tidak mungkin mengatur kepulangan dan kepergian Decky. Bagaimanapun, ia sudah memberi tahu Decky masalah ini.

“Baik, aku akan mengurusnya. Namun, aku merasa masalah ini tidak sesederhana itu, sebaiknya kamu urus sendiri, bagaimana keadaan di Amerika?”

Ketika Laras mengatakan ini, meskipun terdengar sedikit sembrono.

Tetapi hati Decky sangat gugup. Terlebih, dia selalu mengkhawatirkan situasi Sifa di luar negeri.

Meskipun ibu dan anak ini baginya sangat mustahil untuk dimiliki, tetapi entah mengapa Laras selalu berharap wanita ini baik-baik saja.

“Keadaan Sifa tidak terlalu baik, dia sudah melahirkan seorang anak laki-laki. Sel kanker sudah menyebar ke seluruh tubuhnya.”

Decky yang berada di ujung telepon, pura-pura bersikap acuh tidak acuh menjawab Laras.

Meskipun dia mengatakan ini dengan nada santai, tetapi jantungnya berdebar kencang……

Decky tidak bersedia mengatakannya lagi, dia tidak ingin terus menggambarkan kondisi Sifa kepada Laras.

Dia juga tidak ingin memberi tahu Laras, Sifa tidak akan bisa bertahan lama.

Bahkan dirinya tidak tahu mengapa berita buruk seperti itu, awalnya baginya hal yang membahagiakan, tetapi entah kenapa dia tidak bisa membuka mulutnya!

Ketika Laras mendengar kabar itu, seluruh tubuhnya bergetar, hal yang paling tidak ingin ia ketahui, pada akhirnya ia ketahui sendiri dari mulut Decky……

Laras tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Decky, terlebih Decky mengalami semua dan terlibat di dalamnya.

Dia menyaksikan Decky menyiksa Sifa dengan segala macam cara selama tiga tahun.

Bahkan terkadang tidak bisa menebak perasaan seperti apa yang dirasakan Decky terhadap Laras.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu