Marriage Journey - Bab 204 Yuli Sakit Parah

“Tuan Leng, ada suatu hal yang harus saya beritahukan, belakangan ini kondisi Yuli sedikit aneh, penyakitnya sepertinya semakin memburuk, beberapa fungsi organnya mulai mengalami penurunan.”

Ketika Decky mendengar apa yang perawat katakan padanya, ponsel yang ada ditangannya langsung terjatuh ke tanah.

Ini merupakan kabar yang tidak pernah ia harapkan, beberapa tahun ini, Decky paling takut menerima telepon seperti ini.

Namun pada akhirnya dia tetap mendengar kabar ini dari mulut perawat, ponsel yang terjatuh, masih terus terdengar suara perawat yang tidak hentinya memanggil namanya.

Namun dia tidak ingin memungut ponselnya yang di tanah, dia melihat kearah jendela, melihat mereka berdua yang masih sarapan dengan gembira, ada amarah yang seketika membara.

Wanita jahat yang ada dihadapannya ini merupakan orang yang membuat Yuli menderita semua penderitaan ini, atas dasar apa dia bisa menikmati ini semua disini. Decky mulai mengeluh dalam hati…

Namun Yuli malah harus berbaring diatas ranjang pasien merasakan penderitaan yang tidak seharusnya dia terima, begitu memikirkan hal ini, Decky menginjak ponsel ditanah dengan penuh amarah, lalu kembali ke mobil.

Dia menancap gas dan pergi. Api amarah dalam hatinya kembali membara, membuat gas yang dinjak dibawah kakinya semakin dalam dan melaju dengan cepat……

Decky merasa sekujur tubuhnya gemetar, meskipun ponselnya sudah hancur dia injak, namun dalam hatinya dia sudah merencanakan bencana yang lebih besar untuk Sifa…..

Setelah kembali ke hotel, beberapa orang itu sama sekali tidak berani mendekat dan bertanya ketika melihat ekspresi wajah Decky yang begitu tegas dan menakutkan.

Tidak lama kemudian Decky menyuruh salah satu diantara mereka menyiapkan sebuah ponsel untuknya, dan beberapa orang itu sama sekali tidak sempat menanyakan apapun.

Mereka langsung mengikuti apa yang diperintahkan oleh Decky, setelah mendapatkan ponsel, Decky terlebih dahulu menelepon orang di perusahaan di dalam negeri, dia berpesan pada sekretarisnya untuk memblokir semua jalur koneksi pameran lukisan yang ada di dalam negeri.

Dia tidak akan membiarkan Sifamemiliki sedikit pun kesempatan untuk bangkit, dia ingin membuat semua pameran lukisan yang ada di dalam negeri tidak bisa dilakukan dengan sukses!

Begitu sekretaris mendengar ini, dia tidak tahu apa yang terjadi pada Decky selama di Amerika Serikatselama ini, dia hanya bisa mengangguk dan menjalankan apa yang diperintahkan Decky melalui telepon.

Tidak lama berselang, Decky lalu menyuruh orang untuk mencari nomor Sifa, ketika dia mendapatkan nomor itu, tangannya sedikit bergetar.

Namun ketika dia teringat Yuli yang berbaring di ranjang pasien, bahkan kemungkinan nyawanya dalam bahaya kapan saja, dia langsung menghubungi nomor ini tanpa ragu…

Telepon baru berdering beberapa kali, langsung diangkat oleh seseorang.

“Hallo, saya adalah Sifa, anda mencari siapa?”

Ketika Decky mendengar suara yang sudah begitu dia kenal dan hafal. Dia merasa seluruh bulu kuduk dan juga sel tubuhnya bergidik, bahkan terasa dingin dan begejolak dalam dirinya.

Decky berusaha menahan perasaan yang bergejolak dalam dirinya.

“Sifa, setelah menjadi pelukis, bahkan nada bicara juga sudah berubah rupanya!”

Suara yang begitu dikenal ini langsung menggema di telinga Sifa!

Baginya ini merupakan suara yang tidak akan bisa dia lupakan seumur hidupnya, dan ini merupakan suara Decky !

Entah mengapa, ketika Sifamendengar suara Decky, hatinya langsung bergetar.

Lalu diikuti dengan rasa sakit yang menusuk, dan janin dalam kandungannya juga ikut bereaksi.

Janin dalam perutnya mulai bergerak dengan aktif.

“Kamu adalah Decky … Kenapa menelepon disaat seperti ini, ada apa?”

Sifamenjawab dengan begitu hati-hati.

Disaat ini, Hendi yang duduk disamping Sifamendengar nama ini, hatinya juga ikut merasa tegang.

Entah kenapa, ketika Decky menelepon, hatinya tidak kuasa mengeluh, jelas-jelas pameran Sifayang ada didalam negeri sudah dia gagalkan, apakah masih belum cukup.

Sekarang masih menelepon kesini untuk menghina Sifa.

Dia tidak hentinya menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dia sekarang mengkhawatirkan kondisi kesehatan dan uga anak dalam kandungan Sifa.

Dalam hatinya berdoa, semoga Decky tidak mengungkit apapun tentang pameran lukisan, jangan sampai membuat Sifaterpukul.

Bagaimanapun kondisi penyakit Sifasekarang sangatlah buruk.

“Hehe, tidak menyangka wanita ini masih berpura-pura kasihan disaat seperti ini, sungguh lucu!”

Ketika Sifa mendengar ucapan Decky yang menganggapnya tidak penting, sekujur tubuhnya bagaikan ditusuk oleh duri secara bertubi-tubi, perasaan sakit dalam hatinya menerpa hatinya secara bersamaan.

Perasaan ini begitu ia kenal, dan beberapa tahun yang dulu, perasaan seperti ini setiap hari menyiksa hatinya.

Bahkan nada bicara Decky bisa Sifatiru dengan baik.

“Decky, apakah tujuanmu menelepon adalah untuk menghinaku? Aku sudah menjauh dari hidupmu, menjauh dari semua yang berhubungan denganmu, kenapa kamu masih tidak ingin melepaskanku?”

Ketika Decky mendengar ucapan Sifa, api amarah dalam hatinya kembali membara tidak tertahankan.

Dia merasa wanita ini sungguh jahat.

Teringat pada Yuli yang terbaring di atas ranjang, wanita yang begitu dicintainya dicelakai oleh wanita ini sampai menjadi seperti ini, dan dia masih punya muka untuk mengatakan hal ini padanya.

“Huh, bisa-bisanya kamu masih punya muka mengatakan hal ini padaku, kamu selamanya berhutang padaku, berhutang pada Yuli, kamu berhutang pada kami!”

Mendengar nama Yuli lagi, hati Sifa kembali terasa perih…

Seketika dia merasa hatinya bagaikan diterpa ombak yang bergitu kuat…

Beberapa tahun ini, nama itu sama sekali tidak pernah hilang dari telinganya, seluruh kesalahan dan dosa dilimpahkan padanya.

Jelas-jelas dirinya sudah menjelaskan entah berapa kali banyaknya, mengenai apa yang dialami Yuli, itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia sama sekali, apalagi dirinya juga korban, kenapa Decky tidak pernah memilih untuk mempercayainya, melainkan melimpahkan semua kesalahan padanya.

“Hal ini sudah berlalu begitu lama, apakah kamu tetap merasa ini semua perbuatanku? Apakah aku tidak menjadi korban dalam hal ini? Lalu kenapa kamu sama sekali tidak pernah merasa bersalah padaku sedikitpun? Aku sama sekali tidak pernah merasa berhutang padamu atau Yuli sedikitpun.”

Ketika Decky mendengar ucapan Sifayang begitu tegar sekali lagi, dan nada bicaranya jauh lebih tegas dan kuat dari Sifayang dulu dia kenal, membuatnya kembali tertawa dingin dari balik telepon.

Dia berpikir, atas dasar apa wanita ini mengucapkan kata-kata seperti ini, atas dasar apa bicara seperti ini padanya!

Meskipun dia sudah menyiksa wanita ini selama bertahun-tahun, namun tetap tidak bisa menggantinya dengan kesadaran Yuli, apalagi sekarang Yuli sudah tidak akan bisa hidup lebih lama lagi!

Ketika berpikir sampai disini, tangan Decky langsung mengepal erat…..

“Kuberitahu, Sifa! Kamu sama sekali tidak pantas bicara seperti itu padaku, jangan lupa kamu itu orang yang seperti apa, aku jauh lebih jelas dari siapapun!”

Decky berteriak dari balik telepon…

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu