Marriage Journey - Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
Sebelum Sifa sempat bereaksi, Hendi sudah memeluk Sifa dan bibirnya yang hangat menempel di bibir Sifa.
Tidak memberi kesempatan pada Sifa sedikitpun untuk bereaksi. Sifa membelalakkan matanya menatap wajah Hendi yang cukup familiar namun terasa asing.
Sifa menarik tangannya dan berusaha melawan dengan sekuat tenaga di dada Hendi, Tapi Hendi mengurung tubuh Sifa dengan erat.
Sifa sama sekali tidak punya tenaga untuk melawannya. Hendi memenuhi setiap jengkal napas Sifa. Dia membuka bibir dan gigi Sifa dengan sedikit kasar, lalu mencium Sifa dengan liar.
Ciuman Hendi dan Decky tidak sama. Ciuman Hendi lebih terasa polos dan kikuk, terasa aroma sakit kerinduan yang dalam. Tapi, ciuman Decky begitu menguasai dan arogan dan tidak menyisakan ruang sama sekali.
“Hendi… Hendi jangan…” ucapan Sifa belum keluar tapi langsung tertelan lagi di tenggorokannya.
Hendi memejamkan matanya dengan erat, dan mencium terus bibir Sifa.
Kedua tangannya semakin erat mengurung Sifa.
Sifa mulai sulit bernapas, karena alasan kekurangan oksigen, pipi Sifa memerah.
Sifa mencoba melawan lagi, tenaga tubuhnya sudah habis.
Sifa pun dengan tak berdaya menurunkan tangannya, kenapa orang yang paling dia pedulikan selalu seperti ini padanya.
Sifa memejamkan mata tak berdaya, dalam sekejap air mata membasahi wajahnya. Air mata yang dingin pun mengalir melewati pipinya yang licin.
Hendi menciumi Sifa sampai ke leher Sifa, tiba-tiba dia merasakan cairan dingin.
Hendi tercengang, dan perlahan membuka matanya. Sifa tiba-tiba langsung mendorong Hendi yang sedang memeluknya dengan keras menggunakan kedua tangannya.
Lalu menampar Hendi dengan keras tepat di wajahnya. Mata Sifa dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian, “Kenapa kalian semua selalu seperti ini kepadaku!”
Sifa menangis tersedu-sedu, menggigit bibir bawahnya dengan keras dan berteriak kepada Hendi sambil menangis.
Tiba-tiba Hendi sepenuhnya sadar, hembusan angin yang dingin membuat Hendi benar-benar tersadar sepenuhnya. Hendi hanya merasakan sakit yang begitu panas di pipinya.
Hendi membuka mulutnya, mengulurkan tangan ingin menjelaskan kepada Sifa, “Sifa, aku....”
Belum sempat Hendi menyentuh Sifa, tatapan Sifa sudah penuh dengan ketakutan. Dia menghindari tangan Hendi, dan berteriak ke Hendi, “Kamu jangan mendekati aku..”
Hendi dalam sekejap membeku di tempatnya. Tangan yang diulurkannya jadi terasa canggung, bergetar lalu dia pun menurunkan tangannya.
Apa yang aku lakukan barusan? Aku selalu saja mengeluh dan membenci Decky yang selalu menyakiti Sifa. Tapi yang aku lakukan barusan, apa ini juga bukan menyakiti Sifa? batinnya.
Hendi menatap mata Sifa. Tatapan mata Sifa penuh dengan ketakutan dan ketidakberdayaan. Gerakannya yang menghindari dirinya juga membuat hati Hendi sakit.
Sifa menangis tersedu-sedu, dengan tubuh yang masih gemetaran dia berteriak kepada Hendi, “Kenapa, kalian semua terus menyakitiku seperti ini? kenapa?”
Sifa memegang dan menekan dadanya dengan keras. Hatinya terasa tertekan begitu sakitnya.
Hendi langsung menggelengkan kepala menatap Sifa, dia pun panik dan berusaha menjelaskan, “Sifa, bukan begitu. Bukan seperti itu. Aku hanya...”
Hendi menjelaskan dengan panik, tapi begitu dia bicara, dia bingung karena tidak ada yang bisa dijelaskan.
Sifa menggelengkan kepala, lalu mundur dan berkata, “Hendi, aku tahu perasaanmu padaku. Tapi apa kamu tahu, pria yang aku cintai bukan kamu. Sekarang bukan kamu, kedepannya juga bukan kamu, selamanya juga tidak mungkin kamu. Sejak kecil, aku menganggapmu sebagai kakak laki-lakiku sendiri.”
Sifa terus menangis penuh air mata. Hidungnya mulai memerah.
Hendi menurunkan tangannya dengan tak berdaya, menundukkan kepala dan berkata, “Iya benar. Aku tidak seharusnya memeluk harapan buruk seperti ini. Aku selalu berharap Decky akan bersikap lebih kejam padamu. Sehingga dengan seperti ini, aku bisa pergi denganku, dan aku bisa menjagamu seumur hidupku.”
Hendi menutup matanya dengan kedua tangan, air mata perlahan menetes tanpa suara.
Sifa terkejut menatap Hendi. Lalu, menggelengkan kepala, “Hendi, kamu tidak boleh seperti ini...”
Hendi langsung memotong ucapan Sifa, emosinya cukup tidak terkendali, “Sifa, aku tahu. Aku tahu aku tidak seharusnya membayangkan semua ini. Tapi apa kamu tahu, mencintai seseorang tidak boleh begitu saja menyerah. Sama seperti kamu yang mencintai Decky selama lima tahun.”
Kata Hendi kepada Sifa dengan rasa sakit di hatinya.
Sifa menggigit bibirnya dengan keras, menatap Hendi yang sedang emosional di depannya. Dia pertama kalinya melihat Hendi yang seperti ini.
Hendi terus berkata, “Sifa, kamu tahu, hatiku sangat merasa bersalah dan penuh penyesalan ketika aku pulang kembali ke negara ini dan tahu kalau kamu sudah jadi isteri orang lain, apalagi kamu hidup dengan sangat menderita.
“Aku menyesal kenapa aku tidak lebih dulu menarikmu kembali ke sampingku. Dengan seperti ini, kamu tidak akan menderita dan menerima semua kesulitan hidup ini. Dengan seperti ini, aku bisa selamanya menjadikanmu seorang putri yang selalu ada di sampingku. Aku terus mengeluh dalam hati, kenapa wanita kesayanganku, di orang lain sana, malah bukan jadi kesayangan.”
Sifa tiba-tiba dalam sekejap meneteskan air mata deras saat mendengar apa yang dikatakan Hendi. Dia menggelengkan kepala dengan rasa sakit di hatinya.
Ekspresi Hendi yang begitu sedih menusuk dengan tajam ke hati Sifa. Hendi maaf, kita sudah tidak bisa mengembalikan semuanya.
Sifa berjalan ke samping Hendi. Dengan tangan yang sedikit gemetaran memeluk Hendi.
“Hendi, biarkan kita berdua seperti dulu lagi, oke? Seumur hidupku ini, dia satu-satunya pria yang kucintai, dan aku tidak akan mungkin mencintai yang lain lagi. Hatiku juga tidak bisa terisi orang lain lagi.” kata Sifa dengan tenang sambil memejamkan mata dan bersandar di pundak Hendi.
Hendi menundukkan kepala menatap Sifa, dia mengulurkan tangannya dan memeluk erat Sifa. Dan memaksa dirinya untuk mengangguk dengan sulitnya, "Oke!"
Saat itu sudah larut malam, kebetulan sekali pemandangan ini dilihat oleh Marsha yang baru saja pulang.
Marsha tercengang, Dirinya bukannya tidak tahu mengenai perasaan Hendi kepada Sifa, namun pemandangan yang seperti ini membuatnya sedikit bingung dan tidak mengerti.
Tapi Marsha tidak menghampiri mereka, dia lebih memilih jalur memutar untuk kembali pulang ke rumah. Lalu, meletakkan makanan yang dibelinya dari luar yang masih panas di atas meja.
Semua makanan ini adalah makanan yang dibeli Marsha untuk Sifa. Intinya, ini semua adalah makanan yang telah disiapkan Laras sendiri untuk dibawa pulang oleh Marsha untuk Sifa.
Decky duduk di aula. Dia memandangi seluruh sudut di ruang tamu, vila itu begitu hening hingga terasa aneh. Bibi Wu sudah pulang, dia izin pulang karena ada urusan.
Di vila yang begitu besar ini hanya tersisa Decky seorang. Satu-satunya wanita yang selalu menunggunya bahkan sampai pagi pun sudah pergi meninggalkannya.
Decky yang sedari dulu berkarakter kesepian, tiba-tiba merasa tidak terbiasa dengan ini.
Decky berjalan tanpa sadar berjalan lalu berdiri di depan pintu kamar Sifa. Dia perlahan membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam.
Kamar itu dibersihkan dengan begitu rapi, tampak begitu sederhana dengan beberapa kotak kosmetik dan perhiasan di atas meja rias.
Perabotan rumah di dalam ruangan ini sangat sedikit. Jika belum pernah datang ke kamar ini, pasti tidak tahu kalau ini adalah kamar wanita.
Sifa sudah pergi. Tapi, aroma wangi uniknya masih tertinggal di dalam kamar ini.
Decky menarik napas dalam-dalam. Seolah membayangkan Sifa kembali padanya, dan berdiri di depannya.
Decky tiba-tiba terobsesi dengan aroma di tubuh Sifa ini. Hingga akhirnya Sifa marah dan pergi meninggalkannya. Barulah dia sadar, kalau ternyata dirinya sangat peduli dan sayang dengan wanita itu.
Tanpa kehadiran Sifa di sini, Decky merasa tidak ada alasan untuknya tetap tinggal di vila ini. Bahkan waktu pun jadi berlalu sangat lambat. Ternyata tanpa dia sadari, dia sudah terbiasa dengan keberadaan Sifa di sisinya.
Novel Terkait
Penyucian Pernikahan
Glen ValoraAfter The End
Selena BeeJalan Kembali Hidupku
Devan HardiAwesome Guy
RobinPengantin Baruku
FebiPerjalanan Selingkuh
LindaMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka