Marriage Journey - Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria

Sebelum Sifa sempat bereaksi, Hendi sudah memeluk Sifa dan bibirnya yang hangat menempel di bibir Sifa.

Tidak memberi kesempatan pada Sifa sedikitpun untuk bereaksi. Sifa membelalakkan matanya menatap wajah Hendi yang cukup familiar namun terasa asing.

Sifa menarik tangannya dan berusaha melawan dengan sekuat tenaga di dada Hendi, Tapi Hendi mengurung tubuh Sifa dengan erat.

Sifa sama sekali tidak punya tenaga untuk melawannya. Hendi memenuhi setiap jengkal napas Sifa. Dia membuka bibir dan gigi Sifa dengan sedikit kasar, lalu mencium Sifa dengan liar.

Ciuman Hendi dan Decky tidak sama. Ciuman Hendi lebih terasa polos dan kikuk, terasa aroma sakit kerinduan yang dalam. Tapi, ciuman Decky begitu menguasai dan arogan dan tidak menyisakan ruang sama sekali.

“Hendi… Hendi jangan…” ucapan Sifa belum keluar tapi langsung tertelan lagi di tenggorokannya.

Hendi memejamkan matanya dengan erat, dan mencium terus bibir Sifa.

Kedua tangannya semakin erat mengurung Sifa.

Sifa mulai sulit bernapas, karena alasan kekurangan oksigen, pipi Sifa memerah.

Sifa mencoba melawan lagi, tenaga tubuhnya sudah habis.

Sifa pun dengan tak berdaya menurunkan tangannya, kenapa orang yang paling dia pedulikan selalu seperti ini padanya.

Sifa memejamkan mata tak berdaya, dalam sekejap air mata membasahi wajahnya. Air mata yang dingin pun mengalir melewati pipinya yang licin.

Hendi menciumi Sifa sampai ke leher Sifa, tiba-tiba dia merasakan cairan dingin.

Hendi tercengang, dan perlahan membuka matanya. Sifa tiba-tiba langsung mendorong Hendi yang sedang memeluknya dengan keras menggunakan kedua tangannya.

Lalu menampar Hendi dengan keras tepat di wajahnya. Mata Sifa dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian, “Kenapa kalian semua selalu seperti ini kepadaku!”

Sifa menangis tersedu-sedu, menggigit bibir bawahnya dengan keras dan berteriak kepada Hendi sambil menangis.

Tiba-tiba Hendi sepenuhnya sadar, hembusan angin yang dingin membuat Hendi benar-benar tersadar sepenuhnya. Hendi hanya merasakan sakit yang begitu panas di pipinya.

Hendi membuka mulutnya, mengulurkan tangan ingin menjelaskan kepada Sifa, “Sifa, aku....”

Belum sempat Hendi menyentuh Sifa, tatapan Sifa sudah penuh dengan ketakutan. Dia menghindari tangan Hendi, dan berteriak ke Hendi, “Kamu jangan mendekati aku..”

Hendi dalam sekejap membeku di tempatnya. Tangan yang diulurkannya jadi terasa canggung, bergetar lalu dia pun menurunkan tangannya.

Apa yang aku lakukan barusan? Aku selalu saja mengeluh dan membenci Decky yang selalu menyakiti Sifa. Tapi yang aku lakukan barusan, apa ini juga bukan menyakiti Sifa? batinnya.

Hendi menatap mata Sifa. Tatapan mata Sifa penuh dengan ketakutan dan ketidakberdayaan. Gerakannya yang menghindari dirinya juga membuat hati Hendi sakit.

Sifa menangis tersedu-sedu, dengan tubuh yang masih gemetaran dia berteriak kepada Hendi, “Kenapa, kalian semua terus menyakitiku seperti ini? kenapa?”

Sifa memegang dan menekan dadanya dengan keras. Hatinya terasa tertekan begitu sakitnya.

Hendi langsung menggelengkan kepala menatap Sifa, dia pun panik dan berusaha menjelaskan, “Sifa, bukan begitu. Bukan seperti itu. Aku hanya...”

Hendi menjelaskan dengan panik, tapi begitu dia bicara, dia bingung karena tidak ada yang bisa dijelaskan.

Sifa menggelengkan kepala, lalu mundur dan berkata, “Hendi, aku tahu perasaanmu padaku. Tapi apa kamu tahu, pria yang aku cintai bukan kamu. Sekarang bukan kamu, kedepannya juga bukan kamu, selamanya juga tidak mungkin kamu. Sejak kecil, aku menganggapmu sebagai kakak laki-lakiku sendiri.”

Sifa terus menangis penuh air mata. Hidungnya mulai memerah.

Hendi menurunkan tangannya dengan tak berdaya, menundukkan kepala dan berkata, “Iya benar. Aku tidak seharusnya memeluk harapan buruk seperti ini. Aku selalu berharap Decky akan bersikap lebih kejam padamu. Sehingga dengan seperti ini, aku bisa pergi denganku, dan aku bisa menjagamu seumur hidupku.”

Hendi menutup matanya dengan kedua tangan, air mata perlahan menetes tanpa suara.

Sifa terkejut menatap Hendi. Lalu, menggelengkan kepala, “Hendi, kamu tidak boleh seperti ini...”

Hendi langsung memotong ucapan Sifa, emosinya cukup tidak terkendali, “Sifa, aku tahu. Aku tahu aku tidak seharusnya membayangkan semua ini. Tapi apa kamu tahu, mencintai seseorang tidak boleh begitu saja menyerah. Sama seperti kamu yang mencintai Decky selama lima tahun.”

Kata Hendi kepada Sifa dengan rasa sakit di hatinya.

Sifa menggigit bibirnya dengan keras, menatap Hendi yang sedang emosional di depannya. Dia pertama kalinya melihat Hendi yang seperti ini.

Hendi terus berkata, “Sifa, kamu tahu, hatiku sangat merasa bersalah dan penuh penyesalan ketika aku pulang kembali ke negara ini dan tahu kalau kamu sudah jadi isteri orang lain, apalagi kamu hidup dengan sangat menderita.

“Aku menyesal kenapa aku tidak lebih dulu menarikmu kembali ke sampingku. Dengan seperti ini, kamu tidak akan menderita dan menerima semua kesulitan hidup ini. Dengan seperti ini, aku bisa selamanya menjadikanmu seorang putri yang selalu ada di sampingku. Aku terus mengeluh dalam hati, kenapa wanita kesayanganku, di orang lain sana, malah bukan jadi kesayangan.”

Sifa tiba-tiba dalam sekejap meneteskan air mata deras saat mendengar apa yang dikatakan Hendi. Dia menggelengkan kepala dengan rasa sakit di hatinya.

Ekspresi Hendi yang begitu sedih menusuk dengan tajam ke hati Sifa. Hendi maaf, kita sudah tidak bisa mengembalikan semuanya.

Sifa berjalan ke samping Hendi. Dengan tangan yang sedikit gemetaran memeluk Hendi.

“Hendi, biarkan kita berdua seperti dulu lagi, oke? Seumur hidupku ini, dia satu-satunya pria yang kucintai, dan aku tidak akan mungkin mencintai yang lain lagi. Hatiku juga tidak bisa terisi orang lain lagi.” kata Sifa dengan tenang sambil memejamkan mata dan bersandar di pundak Hendi.

Hendi menundukkan kepala menatap Sifa, dia mengulurkan tangannya dan memeluk erat Sifa. Dan memaksa dirinya untuk mengangguk dengan sulitnya, "Oke!"

Saat itu sudah larut malam, kebetulan sekali pemandangan ini dilihat oleh Marsha yang baru saja pulang.

Marsha tercengang, Dirinya bukannya tidak tahu mengenai perasaan Hendi kepada Sifa, namun pemandangan yang seperti ini membuatnya sedikit bingung dan tidak mengerti.

Tapi Marsha tidak menghampiri mereka, dia lebih memilih jalur memutar untuk kembali pulang ke rumah. Lalu, meletakkan makanan yang dibelinya dari luar yang masih panas di atas meja.

Semua makanan ini adalah makanan yang dibeli Marsha untuk Sifa. Intinya, ini semua adalah makanan yang telah disiapkan Laras sendiri untuk dibawa pulang oleh Marsha untuk Sifa.

Decky duduk di aula. Dia memandangi seluruh sudut di ruang tamu, vila itu begitu hening hingga terasa aneh. Bibi Wu sudah pulang, dia izin pulang karena ada urusan.

Di vila yang begitu besar ini hanya tersisa Decky seorang. Satu-satunya wanita yang selalu menunggunya bahkan sampai pagi pun sudah pergi meninggalkannya.

Decky yang sedari dulu berkarakter kesepian, tiba-tiba merasa tidak terbiasa dengan ini.

Decky berjalan tanpa sadar berjalan lalu berdiri di depan pintu kamar Sifa. Dia perlahan membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam.

Kamar itu dibersihkan dengan begitu rapi, tampak begitu sederhana dengan beberapa kotak kosmetik dan perhiasan di atas meja rias.

Perabotan rumah di dalam ruangan ini sangat sedikit. Jika belum pernah datang ke kamar ini, pasti tidak tahu kalau ini adalah kamar wanita.

Sifa sudah pergi. Tapi, aroma wangi uniknya masih tertinggal di dalam kamar ini.

Decky menarik napas dalam-dalam. Seolah membayangkan Sifa kembali padanya, dan berdiri di depannya.

Decky tiba-tiba terobsesi dengan aroma di tubuh Sifa ini. Hingga akhirnya Sifa marah dan pergi meninggalkannya. Barulah dia sadar, kalau ternyata dirinya sangat peduli dan sayang dengan wanita itu.

Tanpa kehadiran Sifa di sini, Decky merasa tidak ada alasan untuknya tetap tinggal di vila ini. Bahkan waktu pun jadi berlalu sangat lambat. Ternyata tanpa dia sadari, dia sudah terbiasa dengan keberadaan Sifa di sisinya.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu