Marriage Journey - Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
Tiba-tiba saat ini terdengar suara langkah kaki di salah satu sisi rumput, Sifa memejamkan mata dan meletakkan pisau di tangannya, dia tidak memiliki kekuatan untuk berjuang lagi dan dia sudah siap untuk apapun yang terjadi.
Tapi saat ini suara Laras dan Hendi terdengar “Sifa!” Hendi berteriak ke arah Sifa.
Kemudian Hendi berlari mendekat, berjongkok dan menatap wajah Sifa yang penuh darah, tatapannya menjadi panik.
Laras membawa banyak orang datang ke sini, Laras berlutut, memandang Sifa dan Marsha dengan ekspresi yang sama seperti Hendi.
Sifa tersenyum pada Laras dan Hendi, seketika langsung kehilangan semua kekuatannya dan jatuh ke tubuh Laras.
Laras sedikit terbengong dan dengan cepat menggendong Sifa, Hendi melihat ke arah Laras dan menggendong Marsha yang di tanah.
Laras dengan erat memeluk wanita yang berlumuran darah di lengannya, hatinya merasa tidak nyaman seperti semut yang menggerogotinya.
Ketika Sifa bangun, dia sudah berada di rumah sakit, ketika dia membuka matanya, dia melihat langit-langit putih yang dipenuhi dengan bau desinfektan yang tidak sedap.
Sifa mengerutkan kening, karena sejak kecil dia tidak suka mencium bau seperti ini.
Sifa menggerakkan tubuhnya yang sakit dengan hati-hati.
Pada saat ini, Hendi yang sedang tidur di kursi tiba-tiba terbangun, melihat Sifa terbangun, dia segera menghampirinya dengan gembira dan berkata kepada Sifa "Sifa, kamu sudah bangun!"
Mata Hendi penuh dengan merah darah, wajahnya lesu dan dia masih mengenakan jas putih.
Sifa mengangguk sedikit, bersuara dengan sulit dan bertanya "Bagaimana dengan Marsha, apakah dia terluka?"
Hendi mengangguk "Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah besar."
Sifa mengangguk, Hendi tiba-tiba teringat sesuatu, dia berdiri dan berkata dengan sedikit permintaan maaf kepada Sifa "Sifa, kamu tunggu aku dulu, aku akan pergi bekerja dan kembali nanti."
Sifa mengangguk kepalanya dan Hendi segera berlari ke arah luar bangsal.
Laras melihat bahwa Hendi telah pergi, dia perlahan berjalan masuk, Sifa sedikit terkejut ketika dia melihat Laras masuk, tapi dia tetap tersenyum tipis.
Laras tersenyum pada Sifa, memegang seikat gypsophila segar di tangannya dan meletakkannya di samping tempat tidur Sifa.
Sifa berkata dengan suara rendah "Terima kasih."
Laras duduk dan menatap Sifa, wajahnya penuh dengan goresan, ketika Laras tiba-tiba teringat Sifa yang lemah-lesu di pelukannya tadi malam, hatinya terasa sedikit sakit.
Sifa tiba-tiba terpikir sesuatu dan meraih tangan Laras dengan cemas untuk mengatakan sesuatu.
Laras meraih Sifa dan berkata dengan nada menenangkan "Jangan khawatir, aku telah mengirim orang untuk menangkap orang-orang itu dan aku telah menanganinya, jangan khawatir."
Sifa sedikit terkejut dan akhirnya menghela nafas lega, tapi untungnya orang-orang itu telah ditangani oleh Laras.
Sifa menarik tangannya karena malu dan tersenyum pada Laras "Terima kasih, Laras."
Laras mengangguk dengan tenang, Sifa menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Setelah sekian lama, Sifa baru bertanya pada Laras dengan susah payah "Bagaimana kamu bisa menemukan aku? Apakah Decky yang memberi tahu kamu?"
Laras berkata kepada Sifa dengan beberapa keraguan "Aku kebetulan berada di belakang kalian dan pada saat berjalan-jalan, aku tiba-tiba menemukan bahwa kalian sudah hilang, jadi aku dengan cepat mencari kalian."
"Aku menemukan ponsel kamu jatuh ke tanah pada saat itu dan aku merasa ada yang tidak beres, tepat saat itu, teman kamu Hendi menelepon dan aku menjawabnya, lalu aku memberitahuinya."
"Kami semua merasa ada yang tidak beres, jadi kami pergi mencarimu bersama-sama."
Laras tidak mengerti mengapa Decky harus memberitahu dirinya sendiri bahwa dia akan mencarinya.
Mata Sifa segera meredup, menundukkan kepalanya dengan lemah, menarik bibirnya dan menyeringai, dia tidak pernah memohon pada Decky sebelumnya, kecuali untuk memintanya menyelamatkan dirinya.
Pada saat terakhir, dia berpikir bahwa satu-satunya orang yang bisa diminta bantuan adalah Decky, tetapi Decky sama sekali tidak peduli dengan hidup atau mati dirinya, tetapi dia selalu percaya bahwa Decky akan datang, sungguh bodoh.
Laras tidak banyak bicara, dari kemarin Laras sudah tahu bahwa Sifa tidak menyukai bau rumah sakit, jadi dia sengaja membeli sebuah sachet wangi dan meletakkannya di samping tempat tidur Sifa.
Sebelum Laras berdiri, terdengar suara ketuk pintu, Hendi berganti pakaian biasa dan berdiri di depan pintu dengan sarapan di tangannya.
Laras berbalik, memandang Hendi, menoleh dan tersenyum ringan pada Sifa "Aku akan keluar dulu, teman doktermu pasti punya banyak hal yang ingin katakan padamu."
Sifa mengangguk, Laras menatap Hendi dan berjalan keluar.
Hendi masuk dan menyerahkan bubur di tangannya ke tangan Sifa, Sifa belum makan selama hampir dua hari, jadi dia secara alami lapar dan mulai makan dengan patuh.
Hendi duduk, matanya penuh dengan rasa sedih, dia mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut di dahi Sifa ke belakang telinganya.
Hendi belum pernah melihat Sifa yang tadi malam, Sifa berlumuran darah, dengan pisau di tangannya, penuh aura permusuhan, seperti seseorang yang baru saja kembali dari neraka.
Dia telah melihat banyak orang yang meninggal dan terluka di ruang gawat darurat, tetapi ketika melihat Sifa, dia masih sangat terkejut.
Hendi berpikir sejenak dan mengumpulkan keberanian untuk bertanya "Sifa, bisakah kamu memberitahuku apa yang terjadi?"
Tubuh Sifa tiba-tiba membeku, raut wajahnya berubah sedikit, tetapi dia dengan cepat kembali normal: "Tidak apa-apa."
Hendi melihat bahwa raut wajah Sifa tidak bagus, dia menutup mulutnya dan tidak banyak bertanya lagi, melihat gypsophila di meja Sifa, dia kembali menatap Laras yang telah pergi.
Sifa bertanya kepada Hendi setelah makan "Dimana ponselku, berikan kepadaku sebentar."
Hendi mengeluarkannya dari saku jaket dan berkata kepada Sifa "Ponselmu diberikan kepadaku dari Laras, dia mengatakan bahwa kamu pasti akan mencarinya nanti."
Sifa mengangguk, menyalakan ponselnya dan hanya ada panggilan tak terjawab dari Hendi di dalam ponselnya, tidak ada panggilan ataupun pesan teks dari Decky.
Sifa tersenyum tipis, Decky selalu tidak pernah menunjukkan kepeduliannya terhadap Sifa, bahkan hanya dengan sapaan pun tidak.
Decky duduk di samping Yuli selama dua hari, dokter telah menyatakan bahwa dia sakit kritis.
Decky belum tidur selama dua hari penuh dan menjaga Yuli di sini.
Mengenai urusan wanita itu, dia tidak dapat bersantai, memegang telepon erat-erat di tangannya dan sebelum dia memasuki ruang penyelamatan, Decky menelepon Laras dan meminta Laras untuk menyelidiki Sifa, pasti telah terjadi sesuatu.
Dia baru kemudian berjalan masuk dan kemudian Laras memberi tahu Decky bahwa Sifa telah ditemukan dan menceritakan kisah segalanya.
Decky jelas terkaget, wanita itu terluka di rumah sakit dan juga melukai seseorang.
Decky sangat ingin melihat Sifa, tetapi situasi Yuli sini sangat kritis, membuat dirinya tidak dapat dipisahkan.
Decky terus menatap nomor telepon Sifa di ponselnya, hanya tuhan saja yang tahu betapa hampanya dia ketika mendengar Sifa meminta bantuannya.
Dia tahu bahwa Sifa terluka, tetapi dia masih tidak bisa meneleponnya, Decky akhirnya menutup telepon dan tidak meneleponnya.
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaMy Perfect Lady
AliciaThe Revival of the King
ShintaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Cold Wedding
MevitaSang Pendosa
DoniThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka