Marriage Journey - Bab 26 Wanita Kuat

Sifa menatap ingin sekali berada disana,namun terpikir sikap Decky terhadap dirinya, Sifa langsung menarik kembali langkah kakinya.

Decky sama sekali tidak memperdulikan semua pendapat Hendi sebelumnya, dengan rasa khawatir berjalan ke arah Hendi dan bertanya: “ bagaimana keadaanya sekarang?” wajahnya penuh kercemasan.

Dahi Hendi dipenuhi keringat, tapi...dia menoleh Yuli lalu berkata kepada Decky : “sekarang keadaanya sudah stabil, di sini harus ada orang yang menjaga, kalian harus mengaturnya.”

Selesai Hendi berbicara ia berjalan ke arah Sifa, melihat Sifa berdiri di sudut ruangan yang sedang menatap segala sesuatu di hadapannya.

Hendi sedikit tidak senang, melihat Sifa seperti itu, mungkin kerena tadi terjadi sesuatu dengan Decky.

Jika bukan karena dia seorang dokter, dia berharap wanita bernama Yuli itu cepat mati.

Hendi berjalan kehadapan Sifa, dan ingin menarik Sifa turun, tetapi kakinya Sifa seperti dipenuhi dengan timah, tidak dapat bergerak.

Sifa memandang Hendi : “dia....tidak apa-apa kan?”

Sifa bertanya dengan hati-hati, dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

Hendi tidak tahan dengan suasana hatinya, dan berkata kepada Sifa dengan sabar, “Sifa, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu tidak perlu khawatir.”

Sifa manarik baju Hendi, hidungnya memerah dengan tatapan tulus: “aku hanya ingin tahu, tidak apa-apa kan?”

Hendi tidak tega melihat Sifa lalu mengangguk: “sudah tidak apa-apa, jangan khawatir.”

Sifa baru menghela nafas panjang, memandang Decky, dan dokter lainya masih berbicara dengan Decky, Decky mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan dokter.

Tidak tahu apa yang dikatakan dokter yang mana, ekspresi Decky langsung tertegun, terlihat begitu takut.

Tak lama dia berbalik badan dan menatap tajam Sifa, kebencian yang tak ada habisnya, Sifa mau tidak mau harus menghadapinya.

Sifa penuh kekhawatiran, dan saat ini Decky berbalik dan berjalan menuju ke arah Sifa 。

Wajah Decky yang suram namun mengerikan, hingga urat lehernya menonjol kerena amarahnya.

Hendi melihat Decky berjalan mengarah Sifa dengan penuh amarah,langsung melindungi Sifa

Tangan Decky memegang lengan Sifa, dan ingin menarik keluar Sifa yang berada di belakang Hendi.

Namun, Hendi merespons dengan cepat, juga dengan erat memegang tangan Sifa tidak melepaskannya,dan sekajap berapi-api saling menatap.

Decky menahan emosinya,dengan tatapan penuh amarah dan berkata kepada Hendi : “Lepaskan!”

Hendi tahu Decky datang untuk mencari keributan, menghadang di depan Sifa tidak ada rasa takut sedikipun dan berkata: “aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Sifa!”

Sifa menatap Decky tanpa ekspresi, sedikit ketakutan pun tidak ada.

Decky menatap Sifa dan memiringkan ujung bibirnya berkata: “ Sifa kamu datang kemari atau aku akan menghempaskan pria ini lalu menarikmu keluar ?”

Baru saja Hendi ingin berbicara, Sifa langsung melangkah keluar dari belakang Hendi, mengangkat wajahnya untuk bertemu Decky.

“aku pergi denganmu!” Sifa menatap Decky dengan tegas.

Hendi terbelalak menatap Sifa dan berkata dengan keras: “ Sifa, kamu suda gila ya, mau cari mati?”

Sifa berbalik dan menatap Hendi : “aku boleh mati, aku sebenarnya memang akan mati, apa yang aku takutkan?

Di sorot mata Sifa ada kobaran api yang tidak dapat dilihat jelas oleh Hendi, dia tidak bisa mengatakan apa yang ingin dilakukan Sifa.

Decky menggenggam pergelangan tangan Sifa, dan berjalan menuju ruang inap, langkah kaki Decky begitu besar, Sifa hanya bisa dengan sempoyongan mengikuti di belakangnya.

Decky berjalan masuk tanpa menunggu Sifa meresepon, dan langsung menutup pintu.

Larasdan Hendi yang berada di luar pintu menjadi khawatir, Hendi dari luar terus mengetuk pintu.

Decky menghempaskan Sifa, Sifa tidak dapat mengelak dan membuatnya terjatuh ke lantai.

Sifa dengan sempoyongan mencoba berdiri, Decky berlutut, mencengkram dagu Sifa dan dengan kejamnya menantang Sifa.

“kamu lihat, ini adalah kesalahan yang pernah kau perbuat 3 tahun lalu, membuatnya terbaring disini sampai 3 tahun, 3 tahun loh!” amarah Decky jadi meluap.

Sifa memandang Yuli yang terbaring di ranjang rumah sakit tak berdaya, dia masih nampak seperti dulu, cantik sampai membuat para wanita merasa minder.

Sifa tidak mengerti, sahabat terbaiknya waktu itu, bagimana mungkin berbalik menyerangnya.

Sifa pun tertawa, Decky sangat marah, wanita ini melihat Yuli masih terbaring diatas ranjang justru tertawa?

Decky mengangkat tangannya ingin menamparnya, Sifa mengangkat kepalanya dan menatap mata Decky sambil berteriak keras: “pukul lah, hari ini pukul saja aku sampai mati, lagipula hidupku juga tak lama lagi, seperti apa yang kau inginkan.”

Tangan Decky yang terangkat sedikit gemetar, dia bahkan tidak tahu mengapa dia bisa melakukan ini, di depan wanita ini, dia selalu tidak bisa mengendalikan emosinya.

Decky mengertakkan giginya dan menatap Sifa : "apakah dengan begini aku akan melepaskanmu, kamu ingin matikan, tidaklah semudah itu, aku akan membuat hidupmu lebih menderita daripada kematian.”

Decky berdiri, berhenti sejenak lalu lanjut berkata: “kamu lihat sendiri, apa yang telah kau perbuat padanya, kamu masih bisanya hidup di dunia ini dengan enaknya.”

Wajah Sifa tetap tanpa ekspresi sedikitpun, seolah-olah tidak ada apapun yang dapat merangsangnya, ini bukan yang ingin dilihat Decky.

Sifa berdiri dan menghadap Decky, menatapnya tajam, dengan dinginnya berkata: “kalau kamu ingin aku mati, aku kapanpun bersedia, tapi ini terakhir kalinya aku memberi tahumu, masalah itu, bukanlah aku!”

Selesai Sifa berbicara, tanpa ragunya berjalan ke arah luar.

Decky mendengar perkataan Sifa, sejenak tanpa diduga, dia benar-benar mempercayai ucapan wanita itu, bukan dia.

Tapi dengan segera Decky menenangkan diri, masalah ini bukan dia jadi siapa, orang yang paling untung adalah dia, atau siapa yang ingin melukai dirinya sendiri?

Sifa membuka pintu, berjalan menuju keluar, Hendi bergegas melangkah maju, menatap Sifa dari atas ke bawah: “tidak apakan Sifa, apakah ada yang terluka?”

Sifa mengangguk: “tidak apa-apa, Hendi ayo kita pergi.” Selesai berbicara, dia gantian yang menarik lengan Hendi dan pergi.

Hendi sedikit linglung dan tidak menanggapi, tetapi tetap mengikuti Sifa berjalan menuju keluar.

Laras bediri di samping, semua di lihat dengan matanya, wanita yang kuat ini, benar-benar dalam masalah apapun mampu bertahan.

Laras tersenyum, Decky setiap kali bertemu wanita ini, selalu menjadi seperti ini.

Decky beberapa hari ini berjaga di sini, semua urusan kantor diserahkan pada Laras, juga mengatur staf di rumah sakit, di lantai ini, melarang Sifa keluar masuk.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu