Marriage Journey - Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
Ada edit nama Joshua -> Luis 140 19/10/2020
Ketika Marsha datang kebetulan dia bertemu Lai. Marsha pernah melihat foto Lai, walaupun hanya sekilas melihat foto itu, tapi Marsha sudah langsung mengingatnya dengan baik.
Karena bagaimana Lai yang memiliki tatapan mata dingin seperti ingin menjauhkan diri dan penuh ketidakpedulian ini jarang sekali dilihat olehnya. Ini adalah pertama kali untuk Marsha melihat dan bertemu orang seperti itu, cukup spesial.
Pria itu berjalan melewati Marsha. Auranya yang serasa menolak semua orang dari ribuan mil itu membuat Marsha tidak berani menoleh untuk memandangnya.
Setelah mengingat baik-baik detail waktu keluarnya Lai dari rumah. Maka dari sini bisa mencari informasi yang lain.
Di bawah masih hujan. Melihat sudah hampir waktu shift Sifa tiba, Marsha tersenyum lalu berdiri "Aku sudah duduk lama sekali disini. Besok pagi aku tidak ada apa-apa, jadi besok aku akan datang menemuimu lagi ya?”
Marsha tersenyum, matanya yang besar melengkung menjadi busur yang indah.
Pria penjual minuman itu tergoda oleh Marsha yang cantik dan energik. Tanpa sadar dia langsung tersipu malu dan berkata kepada Marsha "Iya, silahkan saja mau datang kapan saja. Aku akan selalu menyambutmu di sini.”
Setelah bicara, Marsha melihat ke langit yang masih hujan di luar dan langsung berlari menerjang hujan.
Pria itu terkejut. Dia langsung ikut keluar dengan membawa payung di tangannya dan berteriak pada Marsha "Hei cantik, ini payung untukmu. Cukup ingat saja untuk besok datang lagi kesini."
Marsha mengambil payung itu, membuka payungnya dan menatap pria itu, lalu berkata “Aku akan mengembalikan payungmu besok pagi, jadi tunggulah.”
Setelah bicara, Marsha pun berlari ke arah jalan raya, lalu dengan cepat menghentikan taksi untuk segera pulang ke hotel.
Ketika sudah pulang, tubuhnya masih saja basah karena hujan. Marsha melepas sepatu dan mantelnya lalu ganti bajunya dengan piyama sambil berkata kepada Sifa “Di luar agak dingin, juga masih hujan deras. Menurutku, lebih baik menyuruh Luis saja yang pergi. Bukannya kamu sekarang sendirian, bagaimana nanti kalau terjadi sesuatu padamu?”
Kata Marsha dengan cemas kepada Sifa.
Sebelum Sifa sempat menjawab, ada yang mengetuk pintu kamar mereka.
Marsha yang mengenakan piyama pun berjalan dan membukakan pintunya, yang berdiri di luar pintu adalah Luis yang sudah memakai jas hujan. Luis berdiri di depan pintu dan berkata kepada Sifa "Asisten Sifa, saat ini hujan cukup deras. Kamu ini seorang wanita, menurutku lebih baik ganti sift saja.”
Marsha memandang Luis lalu tersenyum “Meskipun aku tidak terlalu memahami dan mengenalmu, tapi menurutku kamu ini cukup baik dan bijaksana.”
Sifa menatap Luis sambil tersenyum, lalu memandangi hujan deras di luar. Dia pun mengangguk dan berkata pada Luis " Luis hati-hati ya, terima kasih banyak."
Luis mengangguk ke arah Sifa dan berjalan keluar dari hotel.
Melihat hujan yang semakin lebat di luar, Sifa mengerutkan keningnya. Dia dalam sekejap langsung mengkhawatirkan Luis.
Nama besar Saras akhir-akhir ini cukup sering didengar. Karena alasan satu panggung acara bersama dengan Ariana, namanya pun langsung jadi terkenal dan diketahui oleh banyak orang.
Saras yang pendidikannya cukup tinggi dan punya wajah cantik ini langsung menerima perhatian dan penggemar dari banyak orang di luar sana.
Sejak kejadian terakhir itu, Laras semakin tertarik pada Ariana.
Saras setelah syuting sebuah acara, dia melihat ke jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Dulu dia menelepon ayahnya dan bertanya ke ayahnya mengenai Decky. Ayahnya bilang malam ini Decky ada sebuah pesta yang wajib didatanginya.
Saras sengaja bersiap sepanjang hari dan mengatur agar sopirnya menunggu Decky di bawah PT Leng Tbk.
Sedangkan dia duduk di dalam mobil itu, bercermin merias diri secantik mungkin.
Kemudian, tampak mobil Decky keluar dari tempat parkir mobil.
Saras berseru dengan senangnya. Dia merasa kabar yang diberikan ayahnya kali ini tidak salah.
Sarah menyuruh sopir untuk segera mengikuti mobil Decky. Begitu sampai di tempat tujuan, Saras sengaja menunggu di depan Decky.
Di belakang Decky, ada Linda yang mengikutinya. Decky mengenakan baju hitam dengan dipadukan dasi warna merah. Rambutnya sengaja disisir dengan sangat rapi.
Dia melangkahkan kakinya berjalan menuju aula utama. Dia melewati Saras dan tak berniat untuk bicara dengan Saras.
Saras juga tidak marah karena ini. Dia mengejar Decky sambil tersenyum dan berkata kepada Decky mencoba menyenangkannya “Kakak Decky, kebetulan sekali ya. Aku juga ikut di pesta hari ini.”
Decky sama sekali tidak menoleh dan melihat ke Saras dan terus berjalan ke dalam.
Sarah juga masih saja tidak marah. Dia mengejar langkah kaki Decky, lalu mengulurkan tangan merangkul lengan Decky lalu tersenyum dan berkata “Ayo kita masuk bersama-sama Kakak Decky.”
Dia bicara sambil merangkul Decky berjalan masuk ke dalam. Decky mengerutkan kening dan langsung menghentikan langkah kakinya. Dia melirik ke Saras “Kamu ini bodoh ya, apa kamu tidak bisa menilai ekspresi orang hah?”
Kata Decky menatap lengannya yang dirangkul oleh tangan Saras dengan jijik, lalu melototi Saras.
Saras langsung terkejut dengan sikap Decky itu. Dia menundukkan kepala dan matanya langsung memerah. Dia menatap Decky dengan tatapan mata seolah tersudut, lalu berkata “Kakak Decky, aku hanya ingin masuk ke dalam bersamamu.”
Decky tidak terjebak dengan semua ini. Dia langsung melepaskan tangan Saras dengan kasar, lalu menepuk-nepuk bajunya sendiri dengan jijik. Lalu, berjalan masuk ke dalam tanpa menoleh sedikitpun.
Saras dalam sekejap hanya bisa berdiri dengan canggung di tempatnya. Tapi, untungnya karena saat ini sudah larut malam jadi tidak ada siapapun di aula besar ini.
Saras hanya merasa sangat sedih dalam hatinya, air matapun menetes tanpa bisa dikendalikan olehnya.
Saras berkedip dan air mata langsung mengalir di pipinya. Tapi, Saras langsung mengulurkan tangan dan mengambil kesempatan ketika tidak ada orang yang melihatnya untuk segera menyeka air matanya dengan cepat.
“Nona Saras, kelihatannya kamu kenal dengan direktur Leng ya?” Ariana yang mengenakan gaun putih muncul di aula. Tatapan matanya dengan tajam menatap Saras.
Begitu mendengar suara Ariana, Saras pun langsung mengangkat kepalanya dengan sangat terkejut “Kenapa kamu bisa ada disini?”
Saras berbalik karena dia takut Ariana akan melihat dirinya yang baru saja menangis.
Ariana tersenyum santai “Aku diundang di sini. Nona Saras, apa kamu lupa kalau kita dari perusahaan yang sama.”
Ariana menaikkan alisnya menatap Saras sambil memberikan tisu padanya.
Saras melirik Ariana dan menolah niat baik yang palsu dari Ariana “Aku tidak ingin pura-pura jadi orang baik di sini. Aku tahu kamu juga bukanlah orang yang baik, datang kesini berniat mau menggoda siapa?”
Setelah Saras merapikan riasannya, dia berbalik dengan sombongnya dan melototi Ariana. Dulu karena alasan pekerjaan, jadi dia berpura-pura punya hubungan yang baik dengan Ariana. Ayahnya dulu pernah memberitahunya, bekerja sama dengan Ariana adalah hal yang akan menguntungkan untuk perkembangan karirnya.
Tapi pertama kalinya bertemu dengan Ariana, dia sudah langsung tahu kalau Ariana ini bukanlah wanita biasa yang sederhana. Dia juga wanita yang tidak mudah menerima kekalahan dan kerugian. Jadi dia sedari dulu selalu saja berhati-hati dengan Ariana.
Ariana menaikkan alisnya tersenyum dan berkata “Ucapan apa ini, aku hanya datang dan muncul di publik sesuai dengan peraturan. Jelas tidak bisa dibandingkan dengan nona Saras yang berasal dari keluarga terpandang ini dong.” Ariana jelas masih tahu kalau Saras nona besar satu ini, paling tidak suka disaingi dan dikalahkan oleh orang lain.
Dia sendiri bergelut di dunia hiburan sudah bertahun-tahun, Dia masih saja tahu bagaimana menangani masalah seperti ini.
Saras langsung merasa cukup nyaman. Dia tersenyum dingin menatap Ariana lalu bekata “Baguslah kalau kamu tahu itu.”
Saras berbalik dan ingin pergi dari sana. Tapi Ariana malah memanggilnya “Nona Saras, aku hanya berniat baik untuk mengingatkanmu. Kita ini adalah sahabat baik di atas panggung dan di depan publik. Aku harap kedepannya di pesta jangan sampai membongkar jati diri masing-masing. Karena tidak akan ada untungnya melakukan semua itu.”
Kata Ariana sambil tersenyum dan menatap Saras dengan hangat.
Saras terkejut dan membeku di tempatnya. Setelah berpikir sejenak, dia pun berbalik dan pergi dari tempat itu.
Setelah Ariana melihat Saras sudah pergi, dia langsung melempar tisu yang diberikannya pada Saras tadi. Manajernya yang ada di samping mencoba menenangkannya dengan suara pelan “Kak Ariana, jangan marah. Hanya sekedar gadis manja. Mana mungkin pantas dibandingkan denganmu.”
Manajernya tampak sudah terbiasa dan dewasa menangani hal seperti ini. Dia melihat Ariana sambil tersenyum dan mencoba menenangkannya.
Ariana menarik sudut bibirnya tersenyum dingin, lalu berkata “Cih, siapa dia memangnya sesombong itu kepadaku. Ketika aku sudah masuk dunia entertainment, tidak tahu dia masih ada dimana. Suka sekali diagung-agungkan dan dipuji ya, apa dia tidak takut dipermalukan dan dikalahkan oleh orang yang lebih dari dia hingga namanya jatuh dan malu!” Kata Ariana sambil menggertakkan gigi.
Tapi baru saja tadi Ariana melihat Saras merangkul lengan Decky. Dia pasti kenal Decky, kalau tidak, mana mungkin orang biasa bisa seberani itu?
Ariana mulai waspada. Semuanya akan segera jelas setelah masuk ke dalam.
Laras juga datang ke pesta ini. Dia bersama dengan Decky, namun suasana di antara mereka berdua sedikit berbeda dan tidak normal. Karena masalah Sifa dulu, hubungan di antara mereka jadi tidak terlalu baik.
Dalam sekejap suasana di antara mereka berdua sedikit canggung. Laras berdiri di samping Decky melihat-lihat sekelilingnya.
Sedangkan Decky dengan ekspresi wajah yang begitu dingin bagai gunung es duduk di sisi lain. Auranya yang dingin membuat orang tidak berani mendekatinya. Wanita-wanita di sekitarnya hanya bisa lewat memutar jalan.
Saat ini Saras memeriksa jamnya dengan baik, lalu berjalan menuju Laras sambil tersenyum dan merangkul lengan Laras "Laras, kamu juga di sini?"
Saras memandang Laras dengan ekspresi pura-pura terkejut.
Laras tidak terlalu menyukai Saras. Dia menarik tangannya sendiri dengan jijik dengan ekspresi yang sama seperti Decky tadi "Kenapa kamu ada di sini?"
Laras berbalik dengan jijik sekali. Tapi Saras masih tidak menyerah dan berdiri di antara Laras dan Decky.
Decky tidak pernah suka bicara. Dia hanya duduk di samping seperti orang yang baik-baik saja.
Novel Terkait
Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniCinta Tapi Diam-Diam
RossieMy Enchanting Guy
Bryan WuCinta Yang Berpaling
NajokurataMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka