Marriage Journey - Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali

Ada edit nama Joshua -> Luis 140 19/10/2020

Ketika Marsha datang kebetulan dia bertemu Lai. Marsha pernah melihat foto Lai, walaupun hanya sekilas melihat foto itu, tapi Marsha sudah langsung mengingatnya dengan baik.

Karena bagaimana Lai yang memiliki tatapan mata dingin seperti ingin menjauhkan diri dan penuh ketidakpedulian ini jarang sekali dilihat olehnya. Ini adalah pertama kali untuk Marsha melihat dan bertemu orang seperti itu, cukup spesial.

Pria itu berjalan melewati Marsha. Auranya yang serasa menolak semua orang dari ribuan mil itu membuat Marsha tidak berani menoleh untuk memandangnya.

Setelah mengingat baik-baik detail waktu keluarnya Lai dari rumah. Maka dari sini bisa mencari informasi yang lain.

Di bawah masih hujan. Melihat sudah hampir waktu shift Sifa tiba, Marsha tersenyum lalu berdiri "Aku sudah duduk lama sekali disini. Besok pagi aku tidak ada apa-apa, jadi besok aku akan datang menemuimu lagi ya?”

Marsha tersenyum, matanya yang besar melengkung menjadi busur yang indah.

Pria penjual minuman itu tergoda oleh Marsha yang cantik dan energik. Tanpa sadar dia langsung tersipu malu dan berkata kepada Marsha "Iya, silahkan saja mau datang kapan saja. Aku akan selalu menyambutmu di sini.”

Setelah bicara, Marsha melihat ke langit yang masih hujan di luar dan langsung berlari menerjang hujan.

Pria itu terkejut. Dia langsung ikut keluar dengan membawa payung di tangannya dan berteriak pada Marsha "Hei cantik, ini payung untukmu. Cukup ingat saja untuk besok datang lagi kesini."

Marsha mengambil payung itu, membuka payungnya dan menatap pria itu, lalu berkata “Aku akan mengembalikan payungmu besok pagi, jadi tunggulah.”

Setelah bicara, Marsha pun berlari ke arah jalan raya, lalu dengan cepat menghentikan taksi untuk segera pulang ke hotel.

Ketika sudah pulang, tubuhnya masih saja basah karena hujan. Marsha melepas sepatu dan mantelnya lalu ganti bajunya dengan piyama sambil berkata kepada Sifa “Di luar agak dingin, juga masih hujan deras. Menurutku, lebih baik menyuruh Luis saja yang pergi. Bukannya kamu sekarang sendirian, bagaimana nanti kalau terjadi sesuatu padamu?”

Kata Marsha dengan cemas kepada Sifa.

Sebelum Sifa sempat menjawab, ada yang mengetuk pintu kamar mereka.

Marsha yang mengenakan piyama pun berjalan dan membukakan pintunya, yang berdiri di luar pintu adalah Luis yang sudah memakai jas hujan. Luis berdiri di depan pintu dan berkata kepada Sifa "Asisten Sifa, saat ini hujan cukup deras. Kamu ini seorang wanita, menurutku lebih baik ganti sift saja.”

Marsha memandang Luis lalu tersenyum “Meskipun aku tidak terlalu memahami dan mengenalmu, tapi menurutku kamu ini cukup baik dan bijaksana.”

Sifa menatap Luis sambil tersenyum, lalu memandangi hujan deras di luar. Dia pun mengangguk dan berkata pada Luis " Luis hati-hati ya, terima kasih banyak."

Luis mengangguk ke arah Sifa dan berjalan keluar dari hotel.

Melihat hujan yang semakin lebat di luar, Sifa mengerutkan keningnya. Dia dalam sekejap langsung mengkhawatirkan Luis.

Nama besar Saras akhir-akhir ini cukup sering didengar. Karena alasan satu panggung acara bersama dengan Ariana, namanya pun langsung jadi terkenal dan diketahui oleh banyak orang.

Saras yang pendidikannya cukup tinggi dan punya wajah cantik ini langsung menerima perhatian dan penggemar dari banyak orang di luar sana.

Sejak kejadian terakhir itu, Laras semakin tertarik pada Ariana.

Saras setelah syuting sebuah acara, dia melihat ke jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Dulu dia menelepon ayahnya dan bertanya ke ayahnya mengenai Decky. Ayahnya bilang malam ini Decky ada sebuah pesta yang wajib didatanginya.

Saras sengaja bersiap sepanjang hari dan mengatur agar sopirnya menunggu Decky di bawah PT Leng Tbk.

Sedangkan dia duduk di dalam mobil itu, bercermin merias diri secantik mungkin.

Kemudian, tampak mobil Decky keluar dari tempat parkir mobil.

Saras berseru dengan senangnya. Dia merasa kabar yang diberikan ayahnya kali ini tidak salah.

Sarah menyuruh sopir untuk segera mengikuti mobil Decky. Begitu sampai di tempat tujuan, Saras sengaja menunggu di depan Decky.

Di belakang Decky, ada Linda yang mengikutinya. Decky mengenakan baju hitam dengan dipadukan dasi warna merah. Rambutnya sengaja disisir dengan sangat rapi.

Dia melangkahkan kakinya berjalan menuju aula utama. Dia melewati Saras dan tak berniat untuk bicara dengan Saras.

Saras juga tidak marah karena ini. Dia mengejar Decky sambil tersenyum dan berkata kepada Decky mencoba menyenangkannya “Kakak Decky, kebetulan sekali ya. Aku juga ikut di pesta hari ini.”

Decky sama sekali tidak menoleh dan melihat ke Saras dan terus berjalan ke dalam.

Sarah juga masih saja tidak marah. Dia mengejar langkah kaki Decky, lalu mengulurkan tangan merangkul lengan Decky lalu tersenyum dan berkata “Ayo kita masuk bersama-sama Kakak Decky.”

Dia bicara sambil merangkul Decky berjalan masuk ke dalam. Decky mengerutkan kening dan langsung menghentikan langkah kakinya. Dia melirik ke Saras “Kamu ini bodoh ya, apa kamu tidak bisa menilai ekspresi orang hah?”

Kata Decky menatap lengannya yang dirangkul oleh tangan Saras dengan jijik, lalu melototi Saras.

Saras langsung terkejut dengan sikap Decky itu. Dia menundukkan kepala dan matanya langsung memerah. Dia menatap Decky dengan tatapan mata seolah tersudut, lalu berkata “Kakak Decky, aku hanya ingin masuk ke dalam bersamamu.”

Decky tidak terjebak dengan semua ini. Dia langsung melepaskan tangan Saras dengan kasar, lalu menepuk-nepuk bajunya sendiri dengan jijik. Lalu, berjalan masuk ke dalam tanpa menoleh sedikitpun.

Saras dalam sekejap hanya bisa berdiri dengan canggung di tempatnya. Tapi, untungnya karena saat ini sudah larut malam jadi tidak ada siapapun di aula besar ini.

Saras hanya merasa sangat sedih dalam hatinya, air matapun menetes tanpa bisa dikendalikan olehnya.

Saras berkedip dan air mata langsung mengalir di pipinya. Tapi, Saras langsung mengulurkan tangan dan mengambil kesempatan ketika tidak ada orang yang melihatnya untuk segera menyeka air matanya dengan cepat.

“Nona Saras, kelihatannya kamu kenal dengan direktur Leng ya?” Ariana yang mengenakan gaun putih muncul di aula. Tatapan matanya dengan tajam menatap Saras.

Begitu mendengar suara Ariana, Saras pun langsung mengangkat kepalanya dengan sangat terkejut “Kenapa kamu bisa ada disini?”

Saras berbalik karena dia takut Ariana akan melihat dirinya yang baru saja menangis.

Ariana tersenyum santai “Aku diundang di sini. Nona Saras, apa kamu lupa kalau kita dari perusahaan yang sama.”

Ariana menaikkan alisnya menatap Saras sambil memberikan tisu padanya.

Saras melirik Ariana dan menolah niat baik yang palsu dari Ariana “Aku tidak ingin pura-pura jadi orang baik di sini. Aku tahu kamu juga bukanlah orang yang baik, datang kesini berniat mau menggoda siapa?”

Setelah Saras merapikan riasannya, dia berbalik dengan sombongnya dan melototi Ariana. Dulu karena alasan pekerjaan, jadi dia berpura-pura punya hubungan yang baik dengan Ariana. Ayahnya dulu pernah memberitahunya, bekerja sama dengan Ariana adalah hal yang akan menguntungkan untuk perkembangan karirnya.

Tapi pertama kalinya bertemu dengan Ariana, dia sudah langsung tahu kalau Ariana ini bukanlah wanita biasa yang sederhana. Dia juga wanita yang tidak mudah menerima kekalahan dan kerugian. Jadi dia sedari dulu selalu saja berhati-hati dengan Ariana.

Ariana menaikkan alisnya tersenyum dan berkata “Ucapan apa ini, aku hanya datang dan muncul di publik sesuai dengan peraturan. Jelas tidak bisa dibandingkan dengan nona Saras yang berasal dari keluarga terpandang ini dong.” Ariana jelas masih tahu kalau Saras nona besar satu ini, paling tidak suka disaingi dan dikalahkan oleh orang lain.

Dia sendiri bergelut di dunia hiburan sudah bertahun-tahun, Dia masih saja tahu bagaimana menangani masalah seperti ini.

Saras langsung merasa cukup nyaman. Dia tersenyum dingin menatap Ariana lalu bekata “Baguslah kalau kamu tahu itu.”

Saras berbalik dan ingin pergi dari sana. Tapi Ariana malah memanggilnya “Nona Saras, aku hanya berniat baik untuk mengingatkanmu. Kita ini adalah sahabat baik di atas panggung dan di depan publik. Aku harap kedepannya di pesta jangan sampai membongkar jati diri masing-masing. Karena tidak akan ada untungnya melakukan semua itu.”

Kata Ariana sambil tersenyum dan menatap Saras dengan hangat.

Saras terkejut dan membeku di tempatnya. Setelah berpikir sejenak, dia pun berbalik dan pergi dari tempat itu.

Setelah Ariana melihat Saras sudah pergi, dia langsung melempar tisu yang diberikannya pada Saras tadi. Manajernya yang ada di samping mencoba menenangkannya dengan suara pelan “Kak Ariana, jangan marah. Hanya sekedar gadis manja. Mana mungkin pantas dibandingkan denganmu.”

Manajernya tampak sudah terbiasa dan dewasa menangani hal seperti ini. Dia melihat Ariana sambil tersenyum dan mencoba menenangkannya.

Ariana menarik sudut bibirnya tersenyum dingin, lalu berkata “Cih, siapa dia memangnya sesombong itu kepadaku. Ketika aku sudah masuk dunia entertainment, tidak tahu dia masih ada dimana. Suka sekali diagung-agungkan dan dipuji ya, apa dia tidak takut dipermalukan dan dikalahkan oleh orang yang lebih dari dia hingga namanya jatuh dan malu!” Kata Ariana sambil menggertakkan gigi.

Tapi baru saja tadi Ariana melihat Saras merangkul lengan Decky. Dia pasti kenal Decky, kalau tidak, mana mungkin orang biasa bisa seberani itu?

Ariana mulai waspada. Semuanya akan segera jelas setelah masuk ke dalam.

Laras juga datang ke pesta ini. Dia bersama dengan Decky, namun suasana di antara mereka berdua sedikit berbeda dan tidak normal. Karena masalah Sifa dulu, hubungan di antara mereka jadi tidak terlalu baik.

Dalam sekejap suasana di antara mereka berdua sedikit canggung. Laras berdiri di samping Decky melihat-lihat sekelilingnya.

Sedangkan Decky dengan ekspresi wajah yang begitu dingin bagai gunung es duduk di sisi lain. Auranya yang dingin membuat orang tidak berani mendekatinya. Wanita-wanita di sekitarnya hanya bisa lewat memutar jalan.

Saat ini Saras memeriksa jamnya dengan baik, lalu berjalan menuju Laras sambil tersenyum dan merangkul lengan Laras "Laras, kamu juga di sini?"

Saras memandang Laras dengan ekspresi pura-pura terkejut.

Laras tidak terlalu menyukai Saras. Dia menarik tangannya sendiri dengan jijik dengan ekspresi yang sama seperti Decky tadi "Kenapa kamu ada di sini?"

Laras berbalik dengan jijik sekali. Tapi Saras masih tidak menyerah dan berdiri di antara Laras dan Decky.

Decky tidak pernah suka bicara. Dia hanya duduk di samping seperti orang yang baik-baik saja.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu