Marriage Journey - Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang

Hendi menangis keras di luar pintu, dia nyaris pasrah.

Pada saat ini, Guru David membuka pintu. Dia menatap Hendi dan berkata dengan lantang "Hendi, cepat masuk!"

Mendengar suara Guru David, Hendi langsung masuk dengan mata merah padam.

Sifa yang terbaring di ranjang rumah sakit sudah pucat total dan sedang dalam keadaan koma.

Bibirnya tampak kebiruan karena sesak napas. Hendi melangkah maju dan melakukan tindakan penyelamatan.

Tapi elektrokardiogram masih menunjukkan tanda-tanda vital yang lemah. Hendi seketika tampak gila.

Dia menekan dada Sifa dengan sekuat tenaga. Air matanya menetes di baju Sifa.

Wajah Sifa masih pucat, tiada ekspresi atau warna apapun di mukanya.

Sifa seolah-olah tertidur. Hendi berteriak dengan marah "Sifa, bangun. Apakah kamu dengar? Bangun!"

Tapi Sifa tidak merespon. Saat ini elektrokardiogram mengeluarkan bunyi bip.

Semua orang saling memandang. Guru David berjalan mendekat dan memandang Hendi yang masih berjuang. Dia berkata dengan tak berdaya "Hendi, dia tidak bisa diselamatkan lagi. Maafkan aku."

Semua staf medis menggelengkan kepala ke arah Hendi. Sekarang sudah saatnya untuk mengakhiri penyelamatan. Pada saat ini peluang untuk hidup kembali sudah sangat rendah.

Hendi masih tidak menyerah. Matanya merah padam, dia berteriak pada semua orang "Cepat ke sini. Tidak boleh menyerah, tidak boleh..."

Lambat laun, raut muka Sifa menggelap. Hendi masih tak mau menyerah. Dia meraung "Sini kalian..."

Dia berteriak kepada semua orang. Guru David menggelengkan kepala sambil bergerak mundur ke samping. Bagi semua orang, perilaku Hendi tidak lain adalah perjuangan yang tidak berguna.

Seluruh tenaga Hendi hampir terkuras habis, namun dia masih berjuang. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil adrenalin dan memasukkannya ke dalam suntikan.

Guru David sontak memandang Hendi dengan kaget, berseru "Hendi..."

Tapi Hendi sudah kehilangan akal sehatnya sekarang. Dia hanya punya satu tujuan, yaitu menyelamatkan Sifa.

Pada saat adrenalin disuntik ke dalam nadi, kedua mata Sifa sontak terbuka lebar. Segera setelah itu, napas, detak jantung, dan denyut nadi kembali aktif.

Semua orang tercengang. Mereka bergegas maju untuk memberi bantuan. Hendi dan semua orang menghabiskan waktu sepanjang pagi di dalam ruang penyelamatan.

Untungnya Sifa berhasil diselamatkan, namun dia hanya sekadar membuka mata.

Sejak itu, dia jatuh koma. Namun, untungnya Hendi dan yang lainnya telah menyelamatkan nyawanya.

Anak juga berkondisi utuh di dalam perut Sifa, hampir tidak terpengaruh.

Guru David agak linglung saat memandang Sifa yang pucat dan tidak mengatakan sepatah kata pun di bangsal.

"Ini sungguh keajaiban. Aku belum pernah mengalami situasi seperti ini selama bertahun-tahun pengalaman medis."

Hendi mengangguk. Hendi sudah kewalahan sekarang, tapi dia enggan kembali ke kamar untuk beristirahat.

"Iya, aku selalu percaya bahwa dia adalah gadis yang kuat. Itulah mengapa aku begitu gigih untuk menyelamatkannya."

Hendi menyunggingkan senyum di wajahnya yang pucat, berkata pada Guru David.

Hendi tidak mau mendengarkan siapapun, dia terus berjaga di depan pintu bangsal Sifa. Saat lelah, dia hanya duduk di sofa untuk beristirahat.

Tujuannya adalah supaya situasi barusan tidak terjadi pada Sifa lagi.

Sifa dapat mendengar dengan jelas setiap perkataan Hendi padanya setiap saat, tapi bagaimanapun dia sama sekali tidak bisa membuka matanya.

Dia seolah mengalami banyak mimpi. Dia bermimpi ketika dia masih kecil, dia mengunjungi rumah bangsawan bersama orang tuanya.

Saat itu, dia masih merupakan kesayangan orang tuanya. Dia masih merupakan anak kecil yang suka berlarian.

Dia berlari ke halaman belakang keluarga bangsawan itu dan ingin bermain di sana, tetapi dia tidak sengaja melihat seorang bocah jatuh ke air.

Setelah diingat dengan cermat, dia selalu merasa bahwa dia pernah bertemu bocah itu.

Setelah dipikir lebih keras lagi, bocah itu memberi tahu dia bahwa namanya adalah Decky.

Kemudian jari-jari Sifa bergerak. Dia seolah sedang meronta.

Melihat Sifa seperti ini, Hendi hanya bisa meneriakkan namanya dengan keras secara terus-menerus.

Tapi Sifa tetap saja tidak bangun. Sifa terus mengalami demam tinggi, sekarang sudah hari keempat.

Semua dokter dan perawat memberikan semua ide yang terpikir dan mengerahkan semua upaya, tapi suhu tubuh Sifa tetap tidak kembali normal.

Sifa memegang tangan bocah itu. Karena usianya masih kecil, dia tidak sempat memberi tahu namanya kepada bocah itu.

Setelah kejadian itu, terdapat luka yang membekas di tangannya, luka yang didapatkannya saat menyelamatkan bocah itu.

Sifa merasa mimpi itu seperti kejadian di dunia nyata, dia seolah benar-benar kembali ke masa sekolah.

Dia dan Yuli sama-sama menyukai Decky, tapi dia tahu apa identitas dirinya.

Jadi dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun kepada Decky sebelum Yuli melakukannya.

Di sekolah, Decky adalah pria dan pangeran yang merupakan idaman semua gadis. Sedangkan diriya hanyalah gadis yang tidak dipandang oleh siapapun.

Entah apa yang terjadi, waktu kembali ke masa ketika dia baru saja menikah dengan Decky.

Dia mengharapkan pertama kalinya yang berharga bisa dilewatinya bersama Decky. Namun, apa yang terjadi.

Apa yang terjadi hanyalah tiga tahun penjara, tiga tahun kekerasan dan penganiayaan berat.

Dia bisa menanggung semua itu, baik melihat Decky membawa wanita lain pulang ke rumah maupun disalahpahami oleh Decky yang dicintainya.

Kemudian dia diminta oleh pria yang dicintainya itu untuk mendonasikan hatinya kepada wanita lain untuk menebus dosa-dosanya.

Tapi kesalahan apa yang telah dilakukan diriya sehingga dapat membuat seorang pria segitu membencinya. Sampai sekarang pun dia tidak mengerti persoalan ini.

Air mata Sifa bergulir melalui pipi. Dengan iba, Hendi mengulurkan tangan untuk menyeka air matanya.

Melihat Sifa seperti ini, Hendi tidak bisa mengendalikan air mata yang mengalir keluar. Dia mengulurkan tangan untuk membelai pipi Sifa.

“Sifa, apa yang membuatmu menangis dalam mimpimu?” Hendi memegangi lengan Sifa dan terus berbicara.

Sifa mengasingkan diri dari segalanya dan membenamkan dirinya dalam dunianya sendiri.

Dia terus mengenang kejadian-kejadian sebelumnya. Semua hal seketika terpapar di hadapannya.

Mengingat kembali masa lalu, dia merasa sakit hati.

Sepertinya dia dan Decky tidak pernah menyatakan cinta kepada satu sama lain.

Mengingat perkataan Decky pada dirinya saat kejadian itu, jantung Sifa serasa tertusuk jarum.

Sifa terbangun dalam keadaan linglung. Dia tidak ingin melanjutkan mimpi ini lagi.

Saat Sifa membuka mata dan melihat Hendi yang bertelungkup di sampingnya, hatinya terasa tidak enak.

Suaranya yang gemetar agak serak "Hendi?"

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu