Marriage Journey - Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
Hendi tahu dengan kedatangan anak ini lah, baru bisa membuat Sifa mengeluarkan senyuman yang lama tak terlihat.
Ini adalah senyuman sesungguhnya dari Sifa dan bukan senyuman untuk menyapa orang semacam itu, senyuman yang terpaksa dikeluarkan.
Suster perlahan meletakkan anak itu ke dalam tangan Sifa.
Sifa menggendong anak yang ada di dalam tangannya, mengamati dengan seksama wajah anak ini merasa dirinya seakan tidak puas-puas melihatnya.
“Hendi, kamu lihat, dia sepertinya juga tersenyum denganku.”
Hendi melihat kondisi ini, juga segera melihat ke anak itu.
“Anak sekecil ini, tak disangka sungguh mengeluarkan seuntaian senyuman.”
Hendi merasa kehidupan sungguh luar biasa mengagumkan sekali.
“Sifa, kamu lihat anak ini, kalau tersenyum sungguh sama persis dengan kamu!”
Meski Hendi berkata seperti ini ke Sifa, tapi Sifa malah melihat senyuman anak ini kenapa bisa sama seperti Decky.
Mungkin dua orang melihat dengan sudut yang berbeda atau mungkin juga hal yang dipikirkan di hati berbeda, baru merasa senyuman ini, satu mirip Decky, satu lagi mirip dirinya.
Sifa tidak ingin menyebut hal tentang Decky ke Hendi.
Sifa tahu setelah masalah ini, dalam hati Hendi pendapat dan keluhan terhadap Decky pasti sudah bertambah dalam lagi dari awal.
“Em, jujur, aku sendiri juga tidak kelihatan, anak ini mananya yang mirip aku!”
Setelah Sifa usai berkata, tersenyum ke Hendi.
Tepat ketika keduanya selesai mengatakan hal ini, orang dari pusat perawatan setelah melahirkan yang Hendi cari untuk Sifa, juga mendorong kereta makanan berjalan masuk ke kamar pasien.
Saat Sifa melihat makanan setelah melahirkan yang begitu mewah, dia langsung tertebak, ini pasti Hendi sengaja mengatur untuk dirinya.
“Hendi, sungguh tidak perlu seperti ini. Kamu tidak perlu menghabiskan begitu banyak uang, meminta mereka menyiapkan semua ini untukku.”
Meski Sifa ada agak sedikit bernada menyalahkan, berkata seperti ini ke Hendi, tapi pria itu bisa merasakan di dalam perkataan Sifa tersirat lebih banyak lagi rasa terima kasih.
“ Sifa … kamu tidak perlu berpikir banyak, kamu sekarang ini baru lahiran, tubuhmu sangat lemah, kamu memerlukan makanan bergizi seperti ini setiap hari!”
Setelah usai mengatakan perkataan ini, Hendi lalu bersama dengan orang pusat perawatan setelah melahirkan mempersiapkan dengan baik makanan, menghidangkan ke hadapan Sifa.
Selanjutnya Hendi perlahan mengambil anak dari dalam pelukan Sifa kemari.
“Aku sekarang mengantarkan anak ini ke suster sana, anak ini sekarang minum susu formula. Mungkin saat ini dia juga sudah lapar!”
Setelah Sifa mendengar selesai pria itu berkata, lalu mengangguk.
“Baik, kalau benar demikian kamu cepat pergi, tidak perlu urus aku.”
Sifa tersenyum dan mengatakan selesai perkataan ini.
Saat Hendi menggendong anak berjalan ke pintu kamar pasien, lagi-lagi tidak tenang menoleh dan melihat sebentar.
“Beberapa lauk ini kamu mau segera habiskan, kalau tidak sebentar saja sudah dingin tidak baik untuk tubuhmu.”
Hendi kembali berpesan ke Sifa.
“Baik, aku tahu, kamu cepat pergi sibuk sana!”
Setelah usai mengatakan ini, Hendi lalu pergi meninggalkan kamar pasien dan orang pusat perawatan setelah melahirkan usai menghidangkan semua makanan untuk Sifa, lalu pergi.
Sifa melihat lauk pauk yang mewah di hadapannya. Namun tidak ada nafsu makan sedikit pun.
Tapi dia tahu, ini sengaja dipersiapkan oleh Hendi dengan baik untuknya, bagaimana boleh menyia-yiakan maksud baik pria itu.
Anggap saja untuk anaknya sendiri itu, dirinya juga harus perlahan merawat dirinya dengan baik.
Setelah usai memikirkan semua ini, lalu Sifa mulai makan sayuran yang ada di hadapannya.
Sambil makan, Sifa sambil mengingat pemandangan Decky datang ke rumah sakit.
Pandangan mata Decky yang ganas dan jahat itu, lama sekali tidak bisa terbuyar pergi dari benaknya…
Dia tidak mengerti kenapa pria ini jauh-jauh datang ke Amerika, setelah dirinya sudah mau melahirkan, masih mau menyiksa dirinya.
Sifa tiba-tiba teringat Decky menyebut tentang Yuli. Juga tidak tahu yang Decky katakan itu sebenarnya ada berapa yang asli dan palsu, apa mungkin Yuli sekarang sungguh terjadi beberapa kondisi yang tidak bagus, jadi baru membuat dia mengerahkan begitu banyak pasukan lari ke Amerika untuk menyiksa dirinya seperti ini.
Sifa semakin memikirkan hal ini, semakin merasa dirinya seperti suasana hatinya agak berantakan dan tidak tenang.
Tidak tahu mengapa dirinya, yang pernah menjadi teman paling baiknya dulu bisa terjadi hal semacam itu, dia kembali mengingat situasi hari itu, namun bagaimana keras dia mengingat juga tidak berhasil, sebenarnya apa yang menyebabkan Yuli koma dan tak sadarkan diri.
Dia juga tidak tahu mengapa, saat dirinya terbangun sudah berada di atas ranjang Decky.
Semakin memikirkan hal ini Sifa semakin merasa dirinya tidak tenang. Bahkan lauk pauk juga agak tidak bisa tertelan…
Dan saat ini Hendi juga sudah kembali ke kamar pasien, melihat Sifa seakan makan dengan banyak pikiran, dia seketika bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Sifa saat ini.
Pria itu tahu Sifa pasti teringat lagi dengan jahanam itu, orang yang tidak berhenti menyiksa Sifa Decky.
Tapi Hendi tahu, meski bagaiamana pun juga dirinya juga tidak boleh menyebut nama Decky lagi di hadapan Sifa.
Meski Sifa sendiri sekarang sedang memikirkan orang itu. Dirinya juga tidak bersedia mengungkit semua hal mengenai orang ini, pria itu tidak bersedia karena perkataannya dan mempengaruhi suasana hati Sifa.
Pria itu perlahan berjalan ke depan ranjang Sifa, tapi saat ini, Sifa seakan memikirkan sampai terjerumus ke dalam, juga tidak memperhatikan, juga sudah ada orang yang berjalan dan duduk di samping ranjangnya.
“Sifa..”
“Apa mungkin makanan ini tidak sesuai dengan seleramu? Kenapa kelihatan kamu sepertinya tidak terlalu menyukainya, kalau tidak aku minta mereka menyiapkan lagi untukmu beberapa sayur lain?”
Perkataan Hendi ini seketika langsung memecahkan jalan pikiran Sifa.
Membuat dia seketika dari bayangan Decky tertarik keluar.
Kelihatan Hendi di depan matanya, sudah duduk di hadapannya, maka segera kembali ke jalan pikiran yang normal.
Sifa mengilas balik perkataan yang Hendi katakan ke dirinya tadi.
“Tidak perlul, Hendi … makanan ini sudah sangat bagus.”
Setelah selesai mengatakan ini, Sifa kembali mengambil sumpit lagi, menjepit makanan yang ada di hadapannya.
Agar tidak membuat Hendi mengkhawatirkan dirinya, dia menampilkan gaya dirinya memakan dengan enak, meski makanan itu berjalan masuk ke dalam mulutnya, sebenarnya tetap tidak berasa.
Sifa tahu bukan makanan ini yang tidak enak, tapi pikirannya yang sama sekali tidak pada makanan ini. Makanya baru bisa sedikit nafsu makan saja tidak ada.
“Sifa, kamu sekarang perlu baik-baik menambah gizi, kalau tidak, badanmu sungguh tidak akan kuat, apa kamu tahu?”
Hendi di samping, dengan nada suara yang lembut dan kecil kembali berpesan ke Sifa.
“Em, aku tahu, Hendi, terima kasih beberapa waktu ini menjagaku, demi anak ini, aku juga pasti akan baik-baik menjaga kesehatanku!”
Sifa makan makanan yang ada di hadapannya, sambil menjawab Hendi.
Sifa tahu dirinya tidak boleh menyia-nyiakan kerja keras pria yang ada di depan matanya ini, pria itu berusaha sekeras itu untuk dirinya, bagaimana bisa dia tega membuat pria itu kecewa lagi.
Meski dirinya tidak memiliki perasaan lainnya terhadap Hendi.
Tapi teringat Hendi selama ini menjaganya dengan sepenuh hati, dirinya tidak tega membuat Hendi repot lagi.
Berpikir pasti mau menyembuhkan penyakit ini dengan baik, tunggu saat dirinya sudah berkemampuan, tidak mau merepotkan Hendi menjaga dirinya lagi, mengingat dia juga perlu memiliki kehidupannya sendiri dan juga orang yang disukainya di kemudian hari.
Mana boleh dirinya terus membebani Hendi !
Tepat saat Sifa berpikir hal ini, tiba-tiba ada beberapa dokter, berjalan masuk ke dalam kamar pasien.
Selama ini, kepala dokter rawat inap yang menangani penyakit Sifa juga ikut berjalan masuk, kepala dokter rawat inap itu yang berada di belakang beberapa orang itu.
Sifa dan Hendi keduanya seketika agak binggung, kenapa tiba-tiba masuk begitu banyak dokter.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongUntouchable Love
Devil BuddyPria Misteriusku
LylySee You Next Time
Cherry BlossomKisah Si Dewa Perang
Daron JayMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka