Marriage Journey - Bab 167 Selamat Ulang Tahun

"Apakah kamu tahu? Aku sudah mencari tahu semuanya, penyembuhan penyakit ini tidak semudah yang kalian pikirkan. Kalau aku menjalani pengobatan sekarang, aku tidak bisa mempertahankan anakku"

Sifa berteriak ke Laras dengan emosional.

Laras yang sadar dirinya tidak mengerti seberapa sengsaranya hati Sifa pun menundukkan kepalanya dengan sedih: "Aku tahu aku bukan kamu. Tetapi wanita itu juga menjalani pengobatan pada saat dia hamil. Aku, Hendi dan Gustian sudah meminta orang untuk mencari tahu pengobatan seperti apa yang dia lakukan. Hal itu berarti kamu memiliki kemungkinan untuk sembuh, tetapi tidak boleh menunda lagi sama sekali. Kalau tidak, benar-benar tidak ada kesempatan lain lagi"

Sifa menundukkan kepalanya, "Jangan berkata lagi Laras..."

Nada suara Sifa membawa sedikit permohonan dan dipenuhi oleh sakit hati.

Suasana tiba-tiba menjadi diam. Melihat Sifa begitu sediih, Laras tidak bisa mengatakan apa pun. Padahal dia sudah menekad mau membujuknya, tetapi mengapa....

"Laras, aku tahu kalian memikirkan yang terbaik untuk aku. Tetapi kamu harus tahu kesempatan seperti ini sangat jarang ada dan bisa jadi aku tidak memiliki keberuntungan atau ciri-ciri tubuh seperti itu. Anak ini adalah satu-satu harapan dan keberanian yang membuat aku ingin terus hidup, apakah kamu tahu?"

Laras tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa.

Pada saat itu, Sifa juga sadar dirinya bersikap terlalu emosional, sehingga dia langsung memilah emosinya dan tersenyum kepada Laras.

"Laras, maaf. Hari ini adalah ulang tahun kamu, aku tidak bisa membelikan kamu apa-apa, aku tahu kamu tidak kekurangan apa pun, jadi aku membelikan kamu kue kecil secara simbolis. Semoga kamu menyukainya!"

Sifa mengeluarkan kue dan menyalakan lilin sebelum melihat ke Laras.

Laras mengangkat kepalanya dan tiba-tiba merasa agak tersentuh ketika melihat kue yang disedian Sifa.

Belasan tahun sudah berlalu dan Laras tidak pernah merayakan ulang tahunnya dengan siapa pun.

Laras tidak tahu harus bagaimana, Sifa menghiburnya: "Berdoalah, sebelum meniup lilin harus berdoa dulu, agar doa itu akan terkabul"

Sifa tersenyum dengan ringan dan terus menatap ke Laras.

Laras juga tersenyum: "Aku bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali aku melewati hari ulang tahun"

Setelah itu, Laras pun memejamkan matanya dan berdoa secara diam-diam.

"Apakah kamu ingin tahu apa doa aku tadi?" Laras bertanya.

"Kamu tidak tahu? Setelah berdoa tidak boleh mengatakannya, kalau tidak, doanya tidak akan terkabul"

Laras tertawa: "Kalau aku melakukannya, apakah masih bisa terkabul?"

Sifa melihat ke Laras dengan ekspresi yang bingung, Laras berdiri dengan cepat dan mencium bibir Sifa dengan lembut.

Sifa yang terkejut melamun di tempat, waktu dia mengangkat kepalanya, Laras sudah duduk kembali: "Ini adalah doaku. Kamu adalah impian aku, bisakah kamu memberi tahu aku apakah doa itu bisa terkabul?"

Laras berkata dengan senyuman ringan.

Sifa merasa agak terkejut, otaknya kosong dan dia menjawab dengan gugup: "Laras, kamu tidak boleh...."

"Aku tahu. Aku tidak boleh melakukan apa pun kepadamu, aku tidak boleh memiliki keinginan apa pun terhadap kamu, karena kamu adalah wanita Decky, tetapi apakah kamu tahu? Menyukai seseorang bukanlah hal yang bisa kita kontrol..."

Kata-kata Laras membuat Sifa tidak tahu harus berkata apa. Melihat lilin yang sudah tertiup dan kue yang masih diletak dengan rapi, Sifa tiba-tiba terjatuh ke dalam perasaan risau yang dalam.

"Waktu sudah sangat malam, aku pulang dulu. Hari ini adalah hari ulang tahun kamu, selamat ulang tahun dan semoga kamu bahagia setiap hair"

Sifa menatap ke Laras dengan tatapan yang dipenuhi ketulusan.

Laras tiba-tiba merasa agak tertekan, melihat senyuman Sifa dia berkata: "Sifa, aku ingin menanyakan satu pertanyaan terakhir"

Laras tiba-tiba bertanya waktu Sifa berdiri.

"Iya? Kamu bilang saja, Laras" Sifa berputar balik badannya dan melihat ke Laras.

"Kalau hari itu aku melakukan hal yang kamu tidak suka ataupun hal yang kamu tidak bisa memaafkan aku, apakah kamu bisa memaafkan aku, atau tidak masukkan ke dalam hati?"

Laras berkata dengan ekspresi yang sedih dan senyuman yang pahit.

Sifa mengerutkan alisnya, "Laras, aku tidak tahu kamu kenapa hari ini. Tetapi aku ingin memberi tahu kamu, kamu adalah temanku selamanya. Aku selalu akan memaafkan kamu, karena budi yang aku hutang kepada kamu tidak sedikit"

Setelah berkata Sifa pun berputar balik badan dan berjalan menuju pintu.

Pada saat itu juga, Sifa tiba-tiba merasa sangat kesusahan, dia tidak bisa berjalan dan kepalanya terasa pusing.

Apa yang terjadi? Karena penyakit dia atau sel kanker menyebar lagi?

Pada saat Sifa mau terjatuh ke lantai, Laras tiba-tiba mengulurkan tangannya untuk memelu Sifa.

Sifa mengangkat kepalanya dan melihat ke Laras, kesadaran dia mulai kabur: "Tolong aku..."

Sifa mengulurkan tangannya dan berkata kepada Laras.

Pada saat ini, di lobi hotel sudah tidak ada seorang pun, Laras sudah mengatur semuanya.

Dia sudah menduga Sifa pasti tidak akan setuju dengan hal ini, kebetulan saat ini hubungan Sifa dan Decky sangat bagus.

Ini adalah hasil yang didapai Sifa setelah berusaha bertahun-tahun, bagi Sifa, semua itu adalah berkah.

Sifa tidak akan tega meninggalkan Decky yang dia begitu cintai pada saat seperti ini.

Laras menundukkan kepalanya dan melihat ke wanita di depannya yang sudah mulai tidak sadar diri.

Laras, Hendi dan Gustian sudah merancang semuanya, meskipun cara seperti ini benar-benar sangat jahat, demi wanita yang dia cintai, dimarah jahat tidak termasuk apa-apa.

Laras melihat ke kue yang berada di atas meja. Ini adalah pertama kali dia dapat kue ulang tahun dalam begitu banyak tahun, hari ini memang adalah hari ulang tahunnya.

"Sifa, terima kasih atas kado ulang tahumu. Aku sangat menyukainya, lalu, doa yang aku katakan tadi, semua itu nyata"

Laras berkata kepada wanita yang berada di dalam pelukannya dan mulai tertawa.

Sesuai dengan rancangan dia, dia sudah mengatur wartawan berada di luar sebelumnya.

Laras mengendong Sifa yang sudah tidak sadar diri dan berjalan ke arah kamar presidensial yang terletak di lantai paling atas.

Hotel ini sudah melakukan semua persiapan di bawah rancangan Laras.

Laras meletakkan Sifa di atas tempat tidur dan mulai melepas jaketnya sebelum duduk di sisi tempat tidur juga.

Sifa merasa sangat kesusahan, seolah-olah ada berjuta semut yang sedang menggigit tubuhnya.

Kesadaran yang kabur membuat dia ingin melepaskan semua pakainnya.

Sifa melepaskan pakaiannya secara perlahan, keringatnya sudah membasahi rambut dan bajunya.

Sifa merasa sangat pusing, dia merasa ada seseorang di sisinya, sentuhan kecil dari orang tersebut membuat tubuhnya terasa sangat nyaman.

Sifa mulai berpindah ke arah orang itu berada secara perlahan....

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu