Marriage Journey - Bab 149 Kebenaran

Ada edit nama Joshua = Luis 19/10/2020 Bab 130

Kapolres segera membuka konferensi pers setelah kejadian tersebut. Ia meyakinkan masyarakat melalui konferensi pers: Kejadian ini sedang diselidiki secara menyeluruh. Semua orang yang terkait dengan masalah ini tidak akan dibiarkan begitu saja. Kami akan memberikan penjelasan kepada publik.

Setelah diadakan konferensi pers, barulah masyarakat agak tenang. Mereka ingin melihat apa yang dilakukan polisi dan melihat hasil dari masalah ini.

Bagaimanapun, kasus pembunuhan di Kabupaten Li dianggap sebagai hal yang relatif besar.

Semua masalah ini berakar dari kekuatan hitam yang tidak ditangani dalam jangka waktu yang panjang.

Semua polisi yang pernah terlibat dalam masalah ini telah diberhentikan dan ditahan. Kapolsek kantor cabang juga terlibat dalam masalah ini dan sedang diselidiki di kantor polisi.

Setelah Juna menceritakan kisah dalam, barulah Sifa mengetahui lebih banyak tentang cerita yang tidak terungkap "Dulu ketika aku masih muda, aku tidak bisa berpikir dengan dewasa. Aku bergaul dengan mereka sepanjang waktu. Jadi, aku tahu lumayan banyak tentang mereka. Pria botak itu bernama Azriel. Putra seorang pria gangster di Kabupaten Li. Dengan mengandalkan kenalan yang banyak dan pergaulan yang baik dengan polisi, dia selalu bertingkah sewenang-wenangnya di Kabupaten Li. Dia berfoya-foya setiap hari, mencuri barang dan memperkosa gadis. Tapi sekarang dia telah membunuh seseorang. Ini menandakan bahwa hari-hari baiknya telah berakhir."

Setelah Juna selesai berbicara, dia mencibir dengan dingin "Dulu dia berniat merampas rumahku. Karena kami pernah berteman di masa muda, jadi dia tahu tentang aku."

Sifa mengangguk "Ini bisa menjelaskan apa yang aku dengar sebelumnya."

Marsha sedikit terkejut saat mengetahui bahwa Juna dan Sifa telah mencapai kesepakatan. Dalam waktu singkat, Sifa berhasil meyakinkan Juna. Ini adalah hal yang luar biasa.

“Sifa, apakah kamu telah meyakinkannya?” Marsha duduk di kursi dengan mata membelalak dan menatap Marsha dan Juna dengan tatapan tidak percaya.

Sifa tersenyum tipis "Tidak, aku bukan meyakinkannya. Tapi, dia sendiri yang telah paham."

Juna menundukkan kepala "Aku selalu mempertahankan pemikiranku, sampai sekarang pun aku tidak akan menyerah. Tetapi selama kalian dapat membantu aku menemukan anakku, aku boleh menyerahkan apapun yang aku punya."

Setelah Sifa memberi tahu Marsha, Luis dan Domi tentang sebab akibat dan keseluruhan kejadian, mereka mengangguk dengan serius.

Mereka melihat Juna dengan tatapan kagum. Betapa hebatnya seoang ayah hingga bertindak seperti ini.

Sekarang mereka paham mengapa begitu banyak orang tidak mengenalnya dan tidak akrab dengannya. Mereka juga mengerti mengapa Juna tidak mau menerima uang yang begitu banyak dan bersikeras mempertahankan rumah bobrok ini sementara dirinya harus menjaga orang tua yang sakit parah dan bekerja di lokasi konstruksi dengan susah payah.

Semua orang tidak bisa berkata-kata untuk waktu yang lama, suasana hening.

Sifa akhirnya mengerti mengapa begitu banyak orang berkualifikasi akademis tinggi dan berkemampuan professional gagal menyelesaikan masalah ini.

Itu karena mereka hanya datang dengan tujuan tanpa memikirkan akar permasalah. Mereka hanya peduli pada proyek dan pekerjaan, tidak merangkul perasaan bersama mereka.

Setelah pencarian beberapa hari, kelima pria akhirnya ditemukan di sebuah desa terpencil yang terletak jauh dari Kabupaten Li.

Setelah perjalanan selama beberapa hari, mereka berlima menjadi sangat kurus. Mereka melarikan diri ke desa tersebut dengan berjalan kaki.

Karena penangkapan yang diadakan besar-besaran di seluruh kota, mereka tidak dapat mengemudi atau membawa mobil untuk melarikan diri. Mereka hanya bisa berjalan melintasi pegunungan ke pedesaan. Mereka tidak menyangka mereka akan tetap ditangkap oleh polisi.

Kemarahan Sifa meledak saat melihat pria botak itu. Tanpa banyak pikir, dia langsung mengambil batu bata yang ada di tanah dan membantingnya ke kepala pria botak itu.

Sebuah lubang besar lekas terbentuk di kepala pria itu. Semua warga yang berkerumun bertepuk tangan dan berseru “Bunuh dia, bunuh binatang itu! "

Pria itu menatap Sifa dengan marah, tangannya mengepal erat.

Sifa tidak menunjukkan sedikitpun kelemahan. Pria botak dikawal oleh sekelompok polisi sehingga dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri.

Sifa melangkah maju, memelototi Azriel dengan penuh kemarahan. Matanya merah padam, dia menggigit bibir bawahnya agar dirinya tidak terlalu emosional. "Kasih tahu aku, di mana jenazah pria itu?"

Azriel tertawa terbahak-bahak "Hahaha. Pada saat seperti ini, kalian tetap harus memohon padaku, bukan?"

Sifa seketika tidak bisa mengendalikan diri. Dia mengulurkan tangan dan melambaikan tamparan kuat ke pipi pria itu. Bekas telapak tangan yang merah pun tercetak di wajah pria itu.

Sifa agak kehilangan kendali atas emosinya sendiri. Dia berteriak keras pada Azriel "Katakan, di mana dia! Katakan padaku!"

Tanpa memedulikan pandangan semua orang, Azriel tertawa terbahak-bahak. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang keberadaan pemuda.

"Memang kenapa kalau kamu menemukan dia. Dia mati karena mencoba untuk menyelamatkan kalian. Aku rasa kalian akan mengingatnya sepanjang hidup. Kejadian ini akan selalu membekas di hati kalian. Kalian akan tenggelam dalam penyesalan sepanjang hidup. Hahahaha!" Pria itu melihat Sifa dengan ekspresi puas di wajah.

“Kamu …” Sifa ditarik oleh Juna. Juna menatap Azriel . Setelah sekian lama, dia akhirnya berkata “Hidupmu hanya tersisa kesedihan.”

Azriel akhirnya meledak setelah melihat Juna "Apa-apaan kamu. Kalau bukan karena kamu, apakah aku akan menjadi diriku yang sekarang? Aku benar-benar menyesal karena aku hanya menculik anakmu tanpa membunuhnya!"

Usai berbicara, Azriel tertawa lagi. Dia melihat ke arah Juna dengan ekspresi bangga "Apakah kamu benar-benar mengira bahwa putramu sendiri yang mau meninggalkan rumah. Saat itu aku sangat kekurangan uang. Di sekitar aku, cuman kamu yang punya anak. Aku menculiknya dan menjualnya. Sekarang aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati atau mungkin saja organ-organnya sudah diambil semua dan tubuhnya dijadikan makanan untuk anjing liar."

Ekspresi wajah Azriel yang tampak menyeramkan itu membuat Sifa merinding. Kenapa ada pria berhati segitu kejam di dunia ini.

Mata Juna seketika memerah. Tubuhnya bergemetaran hebat. Setelah terdengar suara raungannya, terlihat dia berkelahi dengan Azriel tanpa memedulikan polisi.

"Kenapa! Kenapa! Dasar binatang, kembalikan anakku... Ah!"

Tiba-tiba, suasana menjadi kacau balau. Banyak polisi bergegas kemari untuk memisahkan dua orang yang sedang berkelahi tersebut.

Tapi kekuatan Juna benar-benar mencengangkan sehingga tidak bisa dihentikan. Dia meninju wajah Azriel dengan kuat. Mulut dan hidung Azriel bercucuran darah.

Ketika kerumunan di sekitar mendengar apa yang baru saja dikatakan Azriel , mereka terdiam. Kenapa ada pria yang begitu kejam di dunia ini? Sebelumnya mereka semua masih mengira bahwa pria malang itu adalah orang yang aneh.

Azriel sudah sekarat. Tanpa menghiraukan larangan semua orang, Sifa bergegas ke depan untuk menghentikan Juna, tapi dirinya terlempar ke samping oleh Juna. Untungnya, dia ditahan oleh polisi di belakangnya sehingga dia tidak terjatuh ke lantai.

Banyak petugas polisi tidak bisa menghentikan Juna. Sifa berdiri di sana, menangis sambil berteriak pada Juna “Kamu bunuh dia saja. Dengan begitu, anakmu tidak akan pernah pulang lagi. Ayahnya adalah seorang pembunuh, bagaimana mungkin dia bisa pulang. Kalau kamu berhenti sekarang, kita masih punya kesempatan. Beri dirimu sebuah kesempatan, beri anakmu yang malang sebuah kesempatan!"

Setelah Sifa selesai berbicara, air matanya mulai mengalir. Marsha yang berdiri di belakangnya juga menangis tak karuan.

Gerakan Juna tiba-tiba terhenti. Ekspresinya bengong, matanya yang tak berseri melihat Azriel yang telah dipukul dirinya hingga luka parah.

Benaknya tiba-tiba muncul ekspresi anaknya yang menyalahkannya. Tangan yang diangkatnya terjatuh lemah. Dia berteriak dengan keras "Nak, ayah bersalah padamu!"

Melihat situasi ini, sekelompok polisi bergegas maju dan menekan Juna ke lantai. Juna tidak melakukan perlawanan apapun. Wajah yang berlinangan air mata ditekan hingga menempel di lantai.

Sifa meneteskan air mata. Dia berjongkok dan menangis dengan keras. Tidak ada yang tahu bagaimana cara menghiburnya, semua orang hanya bisa berdiri di tempat dengan kepala tertunduk.

Saat ini, pria lain tidak tahan dengan interogasi polisi dan akhirnya mengatakan di mana jenazah pemuda itu dikuburkan.

Setelah perjalanan sepanjang hari, sekelompok orang kembali ke Kabupaten Li. Dipimpin oleh beberapa pria itu, mereka datang ke hutan kecil di pinggiran Kabupaten Li.

Di hutan yang rimbun, beberapa pria menunjukkan tempat jenazah dikuburkan. Ada bekas penggalian di bawah pohon itu.

Penguburannya sangat sederhana, nyaris bisa ditemukan oleh setiap orang yang lewat. Tapi sini adalah pinggiran kota, hampir tidak ada orang yang datang ke sini. Jadi, memakamkan jenazah di sini pada dasarnya tidak akan ditemukan oleh siapapun.

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu