Marriage Journey - Bab 146 Juna Lai

Ada Revisi Bab 133-138, 145-146 19/10/2020

Sifa ditahan oleh salah satu pria itu, dia tidak bisa bergerak, serta berlutut di tanah yang lembab dan keras dengan kaki mati rasa.

Namun Sifa tidak merasakannya sama sekali, hanya menatap si botak tanpa ekspresi.

Sepertinya mereka mengatakan bahwa tidak ada yang berani melawan mereka di sini, tetapi mereka berada di luar sekarang, situasi ini siapa yang dapat membantu mereka.

Sesaat Sifa sedikit putus asa dan Marsha ditahan di seberang dengan air mata di wajahnya.

Pria botak itu berkata kepada para pria "Jika tidak ada masalah, ayo bawa mereka ke tepi desa, agar nyaman bagi bro-bro untuk melakukan hal-hal selanjutnya. Jika kalian merasa tidak nyaman setelah melakukannya, kalian bisa mengubur mereka hidup-hidup di tepi desa. Orang-orang tidak akan tahu. "

Setelah berbicara, orang-orang itu langsung menatap Sifa dan Marsha dan mereka melihat dari atas hingga bawah.

Salah satu pria tidak sabar untuk mengarahkan tangan dan menyentuh dada Marsha, tetapi Marsha dengan keras kepala menolak dan tidak berhasil.

Lelaki yang menahan Sifa itu pun langsung nekat, mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Sifa.

Sebelum Sifa melawan, hanya terdengar suara letupan, saat lelaki botak itu langsung melihat bahwa lelaki itu ingin melakukan sesuatu pada Sifa.

Dengan amarah yang mengerikan di wajahnya, dia mengulurkan tinju ke wajah pria itu.

“Dia milik guwa, wanita ini hanya guwa yang bisa menyentuh, siapa kamu, apa kamu ingin mati?” Pria botak itu berteriak dengan marah kepada pria lain.

Setelah selesai berbicara, ia menendang pria itu menjauh dan memeluk Sifa, tangannya yang berminyak memegang pipi Sifa.

“Sayang, tunggu sebentar, kamu harus bertingkah laku baik, kalau tidak orang yang barusan akan menjadi takdirmu, aku akan membuatmu gembira!” Pria itu membelai pipi Sifa dengan tangannya, mulutnya penuh dengan kata-kata mesum.

Sifa berbalik dengan jijik dan berteriak pada pria itu dengan marah "Lepaskan aku, adakah yang lebih rendah dari kelakuan binatangmu!"

Sifa berjuang keras dengan segenap kekuatannya.

Tapi Sifa tidak berdaya, dia ditahan dengan tangan dan kakinya tidak dapat bergerak sama sekali dan itu sia-sia. Sebaliknya, lelaki itu langsung terangsang oleh Sifa dan tertawa cabul "Oh, hei, aku suka wanita sepertimu, aku suka, mari bersenang-senang di ranjang, biarkan aku mencicipi! "

Setelah berbicara, ia mengulurkan tangannya ke arah kerahnya. Sifa berteriak pada pria itu "Lepaskan aku, kuberitahu bahwa kamu akan menyesal !"

Dia mengulurkan tangannya untuk menutupi kerahnya dengan erat, menatap pria itu dengan tajam.

Lelaki itu memiliki ekspresi yang mengerikan, tangannya tidak berhenti sama sekali, dia menatap dada Sifa yang montok.

Saat Sifa sedang meronta, kakinya tiba-tiba bebas dan ada ruang untuk melawan.

Lelaki itu sedang duduk di atas Sifa, Sifa mengerahkan seluruh tenaganya, melengkungkan lututnya tepat di atas punggung lelaki itu.

Dalam sekejap, pria itu berteriak kesakitan "Ah! Kamu..."

Seketika melepaskan lengan Sifa dan bergeser ke samping, Sifa bangkit dari tanah dengan panik.

Pria itu sendiri melihat bekas luka di punggungnya saat melihatnya.

Sepertinya hanya goresan kecil dan kali ini Sifa akan mendorong ke arah punggung pria itu.

Pria itu sangat kesakitan sehingga dia segera berjongkok di tanah, berkeringat deras dan memegangi punggungnya dengan kuat.

Sifa segera berdiri dan berlari keluar dengan panik.

Tak disangka, saat ini lelaki itu dengan cepat berdiri, menjambak rambut Sifa dan mengumpat dengan marah "Dasar pelacur tak tahu malu, aku akan membunuhmu!"

Dia menjambak rambut Sifa dengan keras, melemparkannya ke tanah, Sifa bereaksi dengan cepat, dengan cepat ia meraih meja di sampingnya dan langsung jatuh, berdiri dengan terhuyung.

Pria itu tampak marah dan menatap Sifa dengan tegas dan berkata "Aku beri tahu sekarang, seperti apakah pria sejati itu!"

Setelah selesai berbicara, dia menampar wajah Sifa, menekannya ke bawah, lalu menekan Sifa ke dinding dan mencoba melakukan sesuatu pada Sifa.

Sifa mengumpat dengan suara keras, ketika laki-laki itu menempelkan tangannya ke dinding, ia tidak bisa menggunakan tenaganya. Dalam sekejap, Sifa merasa putus asa. Kalau begitu, ia lebih memilih membiarkan anaknya sendiri untuk mati daripada mengalami penganiayaan.

Pada saat ini, suara laki-laki rendah datang "Apa yang kamu lakukan?"

Dalam sekejap, pria itu menghentikan gerakannya dan menatap pria itu.

Sifa memandang pria itu dengan cara yang sama, tapi sekilas dia sedikit terkejut, ternyata itu dia?

Pria botak itu langsung melepaskan tangan Sifa, Sifa nyaris tak punya tenaga karena kesulitan bergerak.

Perlahan-lahan berjongkok di dinding dan berjongkok di tanah sampai berada di dekatnya dan dia mendekati pria itu.

Ya, pria itu adalah Juna Lai. Meskipun Sifa tidak melihatnya selama beberapa hari sejak Sifa datang ke sini, Sifa pernah melihatnya di foto, jadi pasti dia.

***(Juna Lai = pemilik rumah yang tidak mau pindah)***

Dengan wajah serius, Juna memancarkan aura yang tidak ramah. Si botak menatapnya dengan ramah dan berkata "Aku sudah lama tidak melihatmu, darimana saja kamu sekarang?"

Sifa sempat sedikit kaget, apa mereka saling kenal?

Sifa berjongkok di tanah menahan nafas dan mendengarkan suara keras.

“Kamu tidak perlu ikut campur urusanku.” Juna tidak peduli berkata pada pria botak itu.

Dalam sekejap, lelaki botak itu menjadi sedikit marah dan berkata kepada Juna "Jangan lupa, siapa yang memberimu mobil dan minum ketika kamu tidak punya uang sebelumnya, sikapmu sekarang berbeda?"

Juna sama sekali tidak terpengaruh oleh kata-kata pria botak itu, tapi sembari menyatakan "Aku tidak ingat masa lalu."

Pria botak itu langsung tertawa dengan posisi tangan pinggulnya "Benarkah kamu tidak ingat. Mungkinkah kamu juga lupa tentang anakmu?"

Tiba-tiba, wajah Juna tampak ingin melakukan pembunuhan dan dia mengulurkan tangannya untuk mencekik leher pria botak itu “tidak ada yang bisa menyebutkan urusan putraku!” Wajahnya tampak kejam dan tangannya dengan kuat mencekik leher si kepala botak itu. Pria itu meraung kesakitan.

Sifa berjongkok di tanah dan ketakutan dengan suara Juna, tapi suara pria itu Sifa masih dengar sedikit.

Saat ini, lelaki botak itu tidak takut sama sekali, malah menunjukkan ekspresi bangga "Tidak apa-apa, kamu bunuh aku, toh kamu masih memiliki rumah yang belum dibongkar untuk mengganti aku dan keluargaku bisa dianggap beruntung, tapi putramu tidak ada kesempatan untuk mendapatkannya kembali. "

Setelah berbicara sambil tersenyum, dia menutup matanya dan memberikan ekspresi ‘bagaimana’ pada Juna.

Juna sangat marah, urat membiru di lehernya mengeras karena kemarahannya dan matanya yang memerah, seakan darah akan segera ditumpahkan.

Tangannya memukul wajah pria botak itu yang menjadi semakin jelek.

“Apa menurutmu aku tidak berani? Aku bisa membunuh dan tidak masuk penjara sebelumnya, sekarang juga bisa!” selesai bicara kedua tangan mencekik erat leher pria itu.

Jelas pria botak tidak menyangka dia akan seperti ini tiba-tiba, menatapnya dengan terkejut dan mulai mengulurkan tangannya untuk meronta.

Tapi Juna jauh lebih tinggi darinya, dengan tubuh hampir 1,9 meter. Bagaimana mungkin orang yang jadi kuli di lokasi konstruksi sepanjang tahun lebih lemah?

Pria botak itu tidak memiliki ruang untuk melawan sama sekali. Teman-temannya datang untuk membantu, tetapi takut dengan tatapan mata Juna.

Juna terlihat seperti seseorang dengan tatapan yang sangat mematikan, ketika dia mengangkat kepalanya, Sifa menyadari bahwa ada bekas luka panjang di wajahnya, mulai dari dahi hingga dagu, luka itu sangat mengerikan dan menakutkan.

Hati Sifa terguncang, hanya merasakan hawa dingin menghampiri sekujur tubuhnya, dia terkejut.

Sifa langsung tahu kenapa tidak ada yang bisa menyelesaikan proyek itu sampai sekarang.

Semua orang di luar berjalan ke arahnya dan seketika Marsha tidak dijaga dan dia melarikan diri dengan telanjang kaki. Yang paling penting sekarang adalah meminta bantuan.

Pria botak itu mengulurkan tangannya dan memohon ampun, tapi Juna sama sekali tidak berbelas kasihan.

Sifa hanya merasa pria itu ingin menghabisi lelaki botak, wajah lelaki botak itu langsung membiru dari biasanya.

Sekelompok pria itu melihat bahwa yang mereka lakukan itu salah dan langsung kabur.

Pria botak itu meronta-ronta, wajahnya membiru dan ungu.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu