Marriage Journey - Bab 155 Punya Hak Apa Kamu

Ada edit nama Joshua = Luis Bab 133-138, 144-146 19/10/2020

Ada edit nama Kabupaten Li -> Kabupaten Kansas Bab 133-138, 144-146 Tanggal 19/10/2020

Saat keluar, Decky menanyakan apa yang sedang dia lakukan, dirinya menjawab bahwa dia pergi melakukan USG, ada banyak orang di rumah sakit.

Makanya Decky tenang membiarkan dirinya pergi sendiri.

Sifa pulang ke rumah dengan hati-hati, akhir-akhir ini, hubungannya dengan Decky berkembang pesat.

Tampaknya mereka saling mengesampingkan urusan mereka dan ingin memulai kembali.

Sifa terpikat sesaat, tetapi penyakitnya kali ini membuatnya benar-benar tersadar.

Ternyata, tidak peduli bagaimana mengubah, semua orang tidak bisa kembali ke masa lalu.

Decky mendengar suara pintu, dia menatap Sifa, lalu mengerutkan alis dan bertanya “Kenapa malam sekali?”

Sifa menampilkan senyuman seperti yang dilatihnya tadi di koridor “Tidak ada, banyak sekali orang yang melakukan USG hari ini, aku tidak menemukan di mana laporan pemeriksaanku.”

Sifa membalikkan tubuh untuk mengendalikan emosinya, menutupi kegelisahannya ketika berbohong.

Decky sedang menggunakan komputer, tangannya terus membalik-balik dokumen, tidak begitu peduli dengan Sifa, dia hanya mengangguk tanpa berbicara.

Sifa duduk di sofa, awalnya dia ingin menunggu Decky untuk tidur bersama, tetapi kamar tidur yang tidak pernah dia masuki itu menarik perhatiannya.

Sifa berdiri, dia berjalan ke sana. Hari itu dia memang ingin masuk, tetapi karena hubungannya dengan Decky saat itu tidak seperti sekarang....

Sifa membuka pintu pelan-pelan, dia menyalakan lampu, dalam sekejap, barang-barang di kamar itu membuatnya terkejut.

Ruangan itu dipenuhi dengan foto-foto Yuli, semuanya tersusun dengan rapi.

“Apa yang kamu lakukan? Apa keluargamu nggak mengajarimu untuk jangan sembarangan menyentuh kamar orang lain?”

Tiba-tiba Decky marah besar, tidak disangka Sifa langsung memasuki kamar itu.

Awalnya kamar itu adalah area terlarangnya, Decky meneriaki Sifa.

Sifa terdiam di tempat, kedua tangannya mengepal erat di belakang punggung, dia menunduk, menjelaskan dengan tergagap “Itu... aku nggak sengaja... aku cuman ingin lihat...”

Tiba-tiba Decky mengamuk, dia menarik kuat Sifa ke ruang tamu.

“Punya hak apa kamu di rumahku untuk melihat dan menyentuh barangku?” Teriak Decky padanya dengan raut wajah penuh emosi.

Sifa terdiam di tempat, melihat Decky yang penuh amarah, seketika Sifa merasa kebaikan Decky padanya dulu hanyalah ilusi semata.

Sifa diam menundukkan kepala, air matanya jatuh setetes demi setetes seperti garis putus-putus.

Decky segera menyadari jika emosinya di luar kendali, dia mendekati Sifa, tangannya yang gemetar terulur untuk menarik Sifa.

Sifa menghindar, dia membalikkan punggung pada Decky, segera menyeka air matanya.

Tangan yang diulurkan Decky terhenti di udara dengan canggung.

Dia menarik tangannya dengan canggung, menunduk dan berucap lemah “ Sifa... aku...”

Sifa tersenyum, dia mengangguk lalu melambaikan tangan pada Decky “Tidak apa-apa, itu memang tempat yang nggak seharusnya aku datangi.”

Selesai berucap, Sifa berjalan ke kamar, mengunci pintu dan membekap mulutnya, lalu pelan-pelan duduk bersandar di pintu.

Air matanya membasahi sebagian besar baju, tiba-tiba Sifa merasa bingung.

Jelas-jelas sebelumnya baik-baik saja, dirinya hanya membuka pintu tersebut, apa salahnya?

Dialah yang menyuruhku datang ke sini, dia juga yang ingin kembali bersama dan melupakan masa lalu, tapi sekarang kenapa?

Sifa terjebak dalam dirinya sendiri dan sangat terpuruk, dia membekap mulut supaya tangisannya tidak terdengar.

Hatinya seperti tertimpa sebongkah batu besar, membuatnya sesak napas.

Sifa melihat sekeliling kamar, tiba-tiba dia teringat kata-kata yang Yuli katakan dulu; dia suka warna biru muda, kelak semua rumah akan dicat biru muda, lemari baju harus berwarna putih dan tempat tidur empuk yang besar akan terlihat lebih nyaman.

Seketika, Sifa merasa murka, semua rumah ini didesain menurut keinginan Yuli.

Siapa dirinya yang tinggal di sini dan ingin menjalani kehidupan bahagia seperti orang lain? Dirinya hanya wanita yang dibutuhkannya di sisinya saat diinginkan dan akan langsung dibuang ketika sudah tidak dibutuhkan.

Sifa menengadah dan tersenyum pahit, dia bukan menertawakan Decky, tetapi menertawakan dirinya sendiri. Meskipun dirinya dulu telah mengalami begitu banyak kesulitan, namun, hal itu tidak membuatnya belajar dari kesalahan.

Sifa berdiri, dia mengeluarkan koper, mengemasi semua barangnya dengan secepat kilat.

Melihat dirinya dengan mata memerah di depan cermin, Sifa merasa dirinya seperti orang bodoh.

Dia menarik kopernya keluar dengan senyum tak berdaya.

Decky duduk dengan tenang di sofa, seolah-olah tidak ada yang terjadi tadi.

Sifa menggigit bibir, dia melewati ruang tamu untuk menuju ke pintu utama.

Decky mendongak, dia bertanya dengan suara serak “Sudah larut malam, mau ke mana kamu?”

Sifa memegang erat kopernya, dia membelakangi Decky tanpa berbalik sedikit pun “Aku nggak pergi ke sana, tapi aku juga nggak akan berada di sini.”

Sifa menoleh, dia membuka pintu hendak keluar.

Decky segera mengejarnya, tangannya memegang erat koper Sifa.

Urat matanya terlihat memerah karena amarah “Sudah kubilang, mau kemana kamu saat ini?”

Decky meneriaki keras pada Sifa, membuat Sifa terlonjat kaget olehnya.

Sedikit ketakutan, dia menghindar ke belakang.

Apa maksudnya, apakah itu berarti semua ini salahnya sendiri?

Sifa menggigit erat bibirnya, tidak membiarkan dirinya bersuara.

Air matanya menggenang di pelupuk mata, dengan sekuat tenaga dia menahan kembali air matanya.

Decky menarik Sifa, suaranya melembut “Sekarang di luar sangat berbahaya, kamu nggak boleh ke mana-mana.”

Selesai berkata, dia mengambil koper Sifa dan mau membawanya masuk.

Sifa berbalik, dia menundukkan kepala dan berucap “Aku rasa aku tidak perlu masuk lagi, ini bukan tempatku dan juga tidak perlu menahanku.”

Ucapan Sifa membuat Decky terdiam di tempat, Sifa melangkah maju untuk mengambil kopernya, menariknya ke luar dengan keras kepala.

Decky merasa sangat rumit, menatap Sifa yang begitu keras kepala dan tidak mau mendengar penjelasan, ditambah dengan marah-marah.

Dia langsung melangkah maju dan memegang lengan Sifa “Aku bilang apa ya apa, sejak kapan kamu berani tidak menuruti perkataanku? Hah?”

Decky meremas kuat Sifa, dia meneriakinya dengan wajah muram.

Sifa mengerutkan alis, dia meronta kesakitan, seketika, muncul jejak merah besar di lengannya.

“Kamu menyakitiku, lepaskan....” Ronta Sifa pada Decky, wajahnya sangat mengerikan.

Decky menarik paksa Sifa ke dalam kamar, lalu mengunci pintu dan membiarkan Sifa duduk di ranjang.

Melempar koper Sifa, dia terlihat sangat murka, tampak seperti seekor singa marah, siapa pun tidak bisa mendekatinya.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu