Marriage Journey - Bab 77 Niat Licik
Semua orang melirik ke arah suara tersebut, Diska yang duduk di lantai bagaikan telah menemukan malaikat penyelamat nyawa, sehingga menangis tragis dan berdiri dengan gerakan terhuyung-huyung.
Pada saat semua orang masih belum sempat bereaksi, Diska bergerak dengan cepat dan berlari ke sisi Decky, setelah itu menangis dengan tampang kasihan: "Direktur Leng, Anda harus membela aku ….”
Sifa mengerut alis, kenapa wanita ini malah begitu licik?
Semua orang terus menatap Decky dan tidak berani bersuara, sebenarnya mereka sangat takut terhadap direktur yang serius dan tegas ini.
Sifa berdiri, lalu mengangkat kepala dan terus melotot Diska yang berdiri di sisi Decky.
Decky menatap Sifa sambil mengerut alis, suara tangisan wanita di sisinya membuat Decky merasa sedikit muak.
Decky menatap karyawan yang telah mengepung di sekeliling, sehingga langsung membentak dengan suara yang tegas dan tatapan yang dingin: "Kalian tidak perlu kerja ya?”
Semua orang langsung bubar dan buru-buru kembali ke meja kerja masing-masing.
Diska menunduk kepala dan menangis tersedu-sedu, suaranya yang rendah dan ringan terus menyerap ke dalam telinga Decky.
Marsha yang berdiri di samping sedang tersenyum sinis, setelah itu dia melirik Decky besertaDiska yang berada di sisinya, tatapan matanya penuh dengan jejak sindiran.
Dia sudah sering menghadapi wanita seperti ini, bukannya ingin bermain strategi ya? Aku Marsha juga bukan orang yang gampang diatasi, melawan sahabatnya sama saja seperti melawan dirinya !
Marsha beranjak ke depan dan tersenyum dengan reaksi sombong: "Aduh, ini bukannya asisten Diska ya? Buat apa menangis? Barusan bukannya kamu sendiri yang datang ke sini dan mencari masalah asisten Shen ya? Setelah itu bukannya kamu yang merobek dokumen di tangan asisten Shen ya?”
“Buat apa berlagak polos di hadapan direktur Leng?”
Marsha menuntut Diska dengan nada yang tegas.
Diska menjerit ketakutan dan bersembunyi di belakang tubuh Decky, setelah itu berkata kepada Marsha dengan tampang polos: “Kamu jangan sembarangan menuduh, asisten Shen sendiri yang sengaja mencari masalahku pada sebelumnya, kalau tidak aku juga tidak bakal berdebat dengan dirinya, direktur Leng kamu harus memihak padaku.”
Diska menatapnya dengan tatapan yang polos, air matanya ikut mengalir melalui wajahnya.
Decky sedikit kaku terbengong, seolah-olah telah melihat bayangan Yuli pada tubuh Diska .
Suara Sifa memotong kesadaran Decky, “Asisten Diska, ini di kantor, kalau ada urusan apa kita boleh selesaikan secara pribadi.”
Sifa tersenyum lembut, setelah itu dia beranjak ke hadapan Decky, lalu menunduk kepala dan berkata, “Maaf direktur Leng, dokumen yang Anda berikan sudah terlanjur dirobek, Anda mau memberikan lagi kepadaku atau bagaimana?”
Diska melotot kedua matanya untuk menatap Sifa di hadapannya, Sifa menunduk kepala dan tersenyum licik kepada Diska .
Decky mengangkat alis dan menatap Sifa di hadapannya, sebenarnya wanita ini sangat jelas dengan keadaan, saat ini Sifa memanfaatkan cara lainnya agar dirinya dapat turut mengurus masalah ini, meskipun kelihatannya dia tidak berkenan dengan masalah tersebut, namun pada kenyataannya dia jauh lebih menginginkan penyelesaian daripada siapapun.
Seandainya memang demikian, tidak masalah juga apabila dirinya memuaskan keinginan Sifa, oleh sebab itu Decky berbalik badan dan memanggil dua orang pengawal, setelah itu melotot Diska dengan tatapan jijik dan berkata: “Bawa dia keluar, ke depannya jangan membiarkan dia masuk lagi !”
Setelah selesai berkata dia berbalik badan dan berjalan ke ruangan sendiri, sama sekali tidak memberikan kesempatan apapun kepada Diska .
Diska sangat kaget dan ingin menarik lengan Decky, namun pengawal langsung menghalangi tindakannya dengan gerakan yang cepat, setelah itu berkata dengan nada dingin: “Nona, kamu tidak boleh masuk, silakan keluar !”
Diska menjerit nama Decky dengan sekuatnya: “Decky, kamu tidak boleh begitu padaku, Decky ……”
Suara yang sangat putus asa terus bergema di dalam seluruh gedung, semua orang sedang menunduk kepala dan mengerjakan tugas sendiri, seolah-olah takut kalau dirinya akan menjadi orang yang diusir pada selanjutnya.
Sifa melotot Diska dengan tatapan dingin, sudut bibirnya masih menampakkan jejak senyuman.
Diska membentak kepada Sifa: "Sifa, kamu akan mati, aku pasti akan membalasmu, kamu tunggu saja, wanita jalang !”
Diska berusaha memberontak, namun tetap saja tidak dapat mengalahkan kedua pengawal.
Sifa mengangkat kepala dan memberikan sebuah senyuman sinis kepada Diska, setelah itu langsung berbalik dan berjalan menuju lift.
Decky menutup layar komputer, semua kejadian barusan telah diketahui oleh dirinya.
Meskipun bukan demi membela keadilan, dirinya tetap saja akan memecat wanita yang bernama Diska ini, semuanya hanya masalah waktu saja.
Setelah melalui kejadian kali ini, nama Sifa sudah terkenal di seluruh perusahaan, pada sebelumnya semua karyawan hanya sekedar mencurigai hubungan wanita tersebut bersama direktur mereka.
Namun pada saat ini, mereka sangat yakin bahwa wanita tersebut memang memiliki hubungan yang spesial bersama direktur mereka, oleh sebab itu pada saat ini tatapan semua orang terhadap Sifa sudah berbeda dari biasanya.
Sifa sama sekali tidak peduli dan lanjut hanya berjalan ke arah ruangan Decky.
Decky sepertinya sudah mengetahui kalau Sifa akan datang mencarinya, sehingga dokumen yang akan diberikan kepada Sifa sudah terletak di atas mejanya.
Sifa tidak merasa ragu lagi, dia beranjak ke depan dan tersenyum sopan: "Direktur Leng, aku antar dokumen ini ke direktur An.”
Setelah selesai bicara dia bersiap-siap untuk mengambil dokumen dan pergi meninggalkan ruangan.
Namun Decky malahan langsung menyeret tangannya, seluruh tubuh Sifa dikepung oleh Decky dan ditahan oleh Decky.
Seluruh tubuh Sifa dikunci oleh Decky, dia sama sekali tidak dapat bergerak, sehingga hanya bisa sedikit memiringkan badan dan menunduk kepalanya, akhirnya mendorong dada Decky dengan kesan memberontak.
Decky menatap Sifa dengan tatapan menggoda: “Hm? Sekarang maksudnya sedang menolakku ya?”
Sifa menunduk kepala dan tidak berbicara, wajahnya sedikit merona merah, dia dapat merasakan apa yang ingin dilakukan oleh Decky terhadap dirinya.
Sifa mendorong dada Decky dan berkata: "Itu …Direktur Leng, aku masih ada urusan yang belum diselesaikan, aku masih ada dokumen yang belum kasih ke direktur An.”
Decky menghampiri wajah Sifa dan menahan kepala Sifa pada permukaan meja, setelah itu satu tangannya langsung mencubit pada dagu Sifa.
Dia berbicara di samping telinga Sifa dengan suara yang kecil dan penuh dengan kesan bermain: "Kamu bukannya tidak suka dengan wanita itu ya, aku sudah membuat keputusan demi dirimu, bukannya kamu harus memberikan imbalan kepadaku ya?"
Sifa merasa sedikit bingung, dia menatap Decky dengan reaksi tidak berdaya, Decky juga memperlihatkan sebuah senyuman menggoda kepadanya.
Kedua tangan Decky sedang berkeliaran pada tubuh Sifa, tubuh Sifa merinding seketika dan ingin memberontak dari pelukan Decky.
Namun Decky malahan mengeratkan pelukan, setelah itu menahan seluruh tubuh Sifa pada permukaan meja.
Sifa sedikit panik, dia menunduk kepala dan sambil mendorong dada Decky: "Direktur Leng, kamu mau buat apa?” Namun Decky malahan tidak berbicara dan terus mengunci tubuh Sifa, tidak memberikan kesempatan melarikan diri kepada Sifa.
Jantung Sifa berdebar tidak tenang, namun wajahnya telah merah merona karena godaan Decky.
Pada saat ini tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan Decky, Decky dan Sifa sama-sama membalikkan badannya.
Setelah itu terdengar suara Laras yang berasal dari luar ruangan: "Direktur Leng, kakek Leng minta kita pulang sekarang, aku boleh masuk?”
Decky mengunci tubuh Sifa dan sama sekali tidak bermaksud untuk melepaskannya, dalam hati Sifa merasa sangat tegang.
Sifa sangat takut apabila ada orang lainnya yang melihat keadaan saat ini, sehingga memanfaatkan kesempatan ketika Decky yang sedang mengalihkan perhatian kepada Laras dan berhasil meloloskan diri dari pelukan Decky.
Setelah merapikan baju sendiri, Sifa membuka pintu dan keluar dengan membawa dokumen.
Laras sama sekali tidak merasa kaget ketika melihat Sifa yang keluar dari ruangan, Sifa menunduk kepala dan menyapa Laras dengan suara yang kecil, setelah itu langsung melangkah cepat ke arah ruangan sendiri.
Novel Terkait
My Cold Wedding
MevitaPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Cintaku Pada Presdir
NingsiJalan Kembali Hidupku
Devan HardiSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAfter The End
Selena BeeMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka