Marriage Journey - Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
Laras sama sekali tidak ada persiapan untuk menerima kenyataan ini, bagaimanapun hasil saat ini benar-benar di luar dugaannya, apakah Sifa mengetahui kondisi kesehatan sendiri? Jangan-jangan dia tidak tahu bahwa dirinya telah mengidap kanker lambung stadium terakhir?
Laras tidak berani percaya, dia beranjak ke depan dan menangkap lengan dokter: "Kalian pasti salah, ini tidak mungkin!”
Laras membentak pada dokter dengan gaya tidak percaya, dia tidak dapat menerima hasil seperti ini.
Dokter menggeleng kepala dan berkata dengan nada tidak berdaya: "Aku juga tidak berdaya, hasil pemeriksaan sudah pasti, kalian yang sebagai keluarga pasien harus ada persiapan, kesempatan untuk bertahan hidup kecil sekali.”
Dokter sudah beranjak pergi ketika selesai bicara, Laras langsung menyandar pada dinding di samping dengan tubuh yang tidak bertenaga.
Dia mana mungkin bisa menerima hasil seperti ini, di dalam otak pemikiran Laras terus menayangkan adegan ketika Sifa sedang berbaring di pelukannya dengan tubuh yang berlumuran darah.
Kata-kata dokter pada barusan terus bergema di dalam otaknya, seolah-olah sedang mengingatkan dirinya bahwa semuanya ini bukan mimpi.
Laras menutupi wajah sendiri, Sifa begitu baik, namun mengapa malah terus mengalami kejadian seperti ini.
Pada saat Sifa sadar kembali lagi, efek obat mereda nyeri telah memudar, dia sudah dapat duduk sendiri apabila sedikit menguatkan gerakannya.
Sifa melirik keadaan di sekeliling, dia sangat mengenal dengan suasana dan bau di dalam rumah sakit, setelah itu Sifa terus mengerut alis.
Dia mengelus perutnya dengan gerakan berhati-hati, semoga kejadian kali ini tidak berpengaruh buruk terhadap anak di dalam kandungannya.
Sifa ingin berdiri, namun kakinya sama sekali tidak bertenaga.
Oleh sebab itu seluruh tubuh Sifa hampir terjatuh ke arah lantai, namun dalam seketika itu, sepasang tangan yang besar dan bertenaga langsung memeluknya.
Setelah itu Sifa dibawa ke dalam sebuah pelukan yang lembut, dia sedikit mengangkat kepalanya dan kebetulan bertatapan dengan mata Laras.
Sifa sedikit memiringkan badannya untuk berdiri, namun Laras sama sekali tidak bergerak dan juga tidak bermaksud melepaskannya.
Sifa mengerut alis, wajahnya yang pucat menampakkan ekspresi bingung.
Reaksi wajah Laras sangat suram, sepertinya suasana hatinya sangat tidak baik, sehingga langsung bertanya dengan terus terang: "Aku boleh menanyakan sesuatu padamu?”
Sifa menyandar di dalam pelukan Laras dan merasa sedikit tidak nyaman, sehingga memberontak untuk berdiri,
Namun lengan Laras sangat bertenaga, dia menguatkan tenaganya untuk memeluk Sifa, sehingga Sifa tidak dapat meloloskan diri dari pelukannya.
Sifa menarik sudut bibir dan berkata dengan suara ringan: "Laras, kamu tanya saja.”
Laras menatap Sifa untuk beberapa saat dan berkata: "Kamu, tahu kondisi kesehatan kamu sendiri?”
Sifa langsung mengangkat kepalanya dan menatap Laras dengan tatapan waspada, setelah itu berkata dengan nada menjauh: "Buat apa kamu tanya ini?”
Laras menyadari jejak waspada dari tatapan Sifa, apabila Sifa menjawab demikian, tandanya dia telah mengetahui kondisi kesehatan sendiri.
Laras menatap Sifa dengan tatapan kaget: "Kalau kamu sudah tahu kondisi sendiri, mengapa tidak mau menjalankan pengobatan? Mengapa tidak mau kasih tahu kami?” Laras tidak mengerti dengan maksud Sifa.
Sifa mengetahui bahwa dirinya sudah tidak sanggup mengelabuhi Laras lagi, sehingga wajahnya menjadi semakin pucat.
Sifa menggigit bibir sendiri dan gaya kesusahan, akhirnya baru berkata kepada Laras: "Laras, aku berharap kamu dapat menjaga rahasia ini untuk sementara waktu.”
Sifa menunduk kepalanya, tatapannya mengandung jejak emosional yang tidak diketahui Laras.
Laras meletakkan Sifa ke atas kasur dengan gerakan ringan.
Setelah itu dia berdiri dan membelakangi Sifa, lalu menahan dahi sendiri dengan gaya tidak berdaya.
Kamar pasien menjadi sunyi dalam seketika, Sifa sedang mengelus perut dengan kedua tangannya, di atas meja tertera sebuah laporan pemeriksaan, tulisan kanker lambung stadium terakhir yang berwarna merah terus menarik perhatian Sifa.
Sifa menarik sudut bibir dengan kesan tidak berdaya, dia berbaring di atas kasur dan terus menatap plafon.
Keadaan di dalam kamar sangat hening.
Laras membalikkan badan dan menatap Sifa yang berwajah pucat, dia membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya tidak dapat melontarkan apapun.
Hasil laporan pemeriksaan yang menarik perhatian sedang menusuk ke dalam hati Laras.
Sifa mengerut bibirnya dan tidak berbicara sama sekali, Laras duduk kembali dan berkata dengan suara yang serak: "Aku boleh menjaga rahasia untuk kejadian ini, tetapi kamu mesti menyetujui satu hal.”
Setelah mendengar suara Laras, Sifa sedikit menoleh kepalanya dan menatap Laras dengan tatapan kosong.
Laras menunduk kepala dan berkata dengan suara ringan: "Kamu mesti menjamin kalau kamu akan menjalankan pengobatan, kamu akan memberitahuku baik kondisi apapun, aku juga berharap bisa membantumu.”
Setelah selesai bicara Laras menunduk kepala dengan tidak berdaya, tangannya terus mengepal selimut yang berwarna putih.
Sifa mengangguk kepalanya, namun tetap saja tidak berbicara.
Saat ini Hendi sudah dapat duduk dari kasurnya, dia sudah demam dalam tiga hari berturut-turut.
Hendi duduk di atas kasur dengan tubuh yang lemah, dia merasa otaknya sangat pusing, mulutnya tidak ada rasa apapun.
Dia sedikit menelan air ludahnya, namun tenggorokannya langsung terasa sakit dan tidak nyaman.
Mungkin saja Hendi adalah satu-satunya dokter yang pingsan di dalam ruang operasi, bagaimanapun Hendi sudah lembur berturut-turut selama satu minggu ini.
Akhirnya Hendi pingsan ketika selesai menjalankan operasi, setelah itu dia demam selama tiga hari, seluruh tubuhnya kehilangan kesadaran dan terus berbicara sembarang.
Beberapa suster yang berhubungan baik dengan Hendi pada biasanya turut merawat Hendi secara bergiliran.
Hendi menatap malam musim dingin yang berada di luar jendela, saat ini keadaan di luar sangat sunyi, sedangkan dirinya yang sebagai dokter malahan sakit dan berbaring di sini.
Hendi menarik sudut bibirnya sambil tersenyum, lalu mengeluarkan ponselnya dari laci, di atas layar tertera beberapa panggilan tidak dijawab,
Semuanya adalah panggilan yang berasal dari Sifa dan orang tuanya.
Hendi menggeleng kepalanya yang masih terasa pusing, sepertinya kondisinya mulai membaik ketika melihat panggilan yang berasal dari Sifa.
Hendi menelepon kembali ke ponsel Sifa, namun tidak ada yang mengangkat. Hendi sangat khawatir dan mengerut alisnya, Sifa jarang menghubungi dirinya apabila tanpa sebab, Sifa akan menghubungi dirinya apabila ada keperluan mendadak atau penyakitnya telah kambuh lagi.
Hendi merasa sangat khawatir, sebenarnya masalah apa yang membuat Sifa menghubungi dirinya pada waktu tengah malam?
Hendi terus menghubungi ponsel Sifa, namun tetap saja tidak ada yang mengangkat.
Hendi buru-buru turun dari kasur, dia mengganti pakaian pasien dan berjalan keluar. Suster yang melihatnya langsung menghalangi Hendi dan menatapnya dengan tatapan kaget: "Dokter Shen, kamu sekarang masih tidak boleh turun dari kasur !”
Hendi langsung beranjak melalui sisi suster tersebut, dia mengerut alis dan tidak berbicara, malahan terus berjalan ke arah lift dan sama sekali tidak memedulikan halangan suster.
Pada saat melewati sebuah kamar pasien, dia tiba-tiba melihat wajah yang sangat dikenalnya.
Hendi langsung menghentikan langkahnya dan menatap ke arah kamar tersebut, saat ini Laras sedang berdiri di depan pintu kamar pasien, namun dia tidak melihat petunjuk larangan merokok yang menempel pada pintu.
Hendi menyimpan ponselnya dan melirik ke arah kamar, dikarenakan jarak yang terlalu jauh, sehingga dia tidak dapat melihat dengan jelas bentuk wajah orang tersebut.
Hendi berjalan menghampiri, sebelumnya dia pernah berinteraksi dengan Laras, meskipun Laras adalah karyawan Decky, namun dia merasa sifat Laras masih tergolong baik.
“Disini dilarang merokok.” Hendi menatap Laras dan berkata.
Laras mengangkat kepala dan mengisap rokoknya,lalu dia sedikit memejamkan matanya dan melihat keberadaan Hendi.
Setelah itu Laras mengangguk kepada Hendi, dia melihat larangan petunjuk yang menempel di pintu, sehingga langsung memadamkan rokoknya.
Hendi berjalan ke hadapan Laras dan berkata kepadanya: "Kenapa kamu bisa di sini?”
Tubuh Laras terasa sedikit kaku, dia mengangkat kepala dan tersenyum kepada Hendi: "Tidak apa-apa, ada seorang temanku yang lagi sakit.”
Setelah itu Laras langsung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlySang Pendosa
DoniThe Gravity between Us
Vella PinkyCinta Seorang CEO Arogan
MedellineKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMarriage Journey×
- Bab 1 : Kanker Lambung Stadium Terakhir
- Bab 2 : Kamu Kotor
- Bab 3 : Decky Menidurinya
- Bab 4 : Menghindar Bagaikan Ular Berbisa
- Bab 5 : Berikan Jantungku Kepadanya
- Bab 6 : Aku Merasa Aku Kotor !
- Bab 7 Transplantasi Dihentikan
- Bab 8 Hamil ?
- Bab 9 Anak Haram Siapa
- Bab 10 Kamu Tidak Pantas Menjadi Seorang Ibu
- Bab 9 Aku Tidak Punya Rumah
- Bab 12 Hasil Terburuk
- Bab 13 Wanita Tidak Tahu Malu
- Bab 14 Wanitaku
- Bab 15 Itu Anakku
- Bab 16 Shen, Kamu Tidak Pantas!
- Bab 17 Berubah Seiring Berjalannya Waktu
- Bab 18 Orang Seperti Apa
- Bab 19 Tamu Yang Tiba-tiba Datang Tanpa Diundang
- Bab 20 Membusuk Di Sekitarku
- Bab 21 Sedikit Berubah
- Bab 22 Harapan Mendapatkan Kekecewaan
- Bab 23 Bersimpati
- Bab 24 Bertemu di Rumah Sakit Secara Tidak Sengaja
- Bab 25 Keadaan Darurat
- Bab 26 Wanita Kuat
- Bab 27 Tidak Boleh Mati!
- Bab 28 Terserah!
- Bab 29 Mengkhawatirkanku?
- Bab 30 Seperti Sepasang Suami Istri
- Bab 31 Curiga
- Bab 32 Aku Nyonya Leng
- Bab 33 Kamu Mengorok
- Bab 34 Bawa Masuk
- Bab 35 Isi Hati
- Bab 36 Aku Sudah Memperkerjakan Pembantu Untukmu
- Bab 37 Shen Yang Berbeda
- Bab 38 Pembukuan?
- Bab 39 Kamu Hari Ini Cantik Sekali
- Bab 40 Makan Malam Keluarga Leng
- Bab 41 Serangan Balik
- Bab 42 Wanita Dengan Dua Watak
- Bab 43 Kami Akan Berusaha
- Bab 44 Secercah Harapan, Beratus Kali Lipat Usaha
- Bab 45 Menjadi Asistennya?
- Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang
- Bab 47 Rumor
- Bab 48 Bercanda Berlebihan
- Bab 49 Jaga Dirimu Dengan Baik (1)
- Bab 50 Jaga Dirimu Dengan Baik (2)
- Bab 51 Wanita Cantik, Marsha
- Bab 52 Pria Munafik
- Bab 53 Biarkan Aku Menemanimu Di Saat Sedih
- Bab 54 Wanita Pemberani
- Bab 55 Dengan Begini Apakah Kita Sudah Menjadi Teman?
- Bab 56 Aku Akan Melindungimu Mulai Dari Sekarang
- Bab 57 Bukankah Kamu Suka Seperti Ini?
- Bab 58 Bisakah Kamu Membawakanku Pakaian
- Bab 59 Tidak Peduli Apa Tujuanmu, Kamu Telah Berhasil
- Bab 60 Momen Yang Memalukan
- Bab 61 Tetap Terasa Dingin
- Bab 62 Apakah Dia Telah Pergi?
- Bab 63 Cemburu
- Bab 64 Lihat Saja Pulang Nanti
- Bab 65 Semakin Menarik Semakin Berbahaya
- Bab 66 Kekecewaan Dan Keputusasaan Datang Dari Harapan
- Bab 67 Tolong aku!
- Bab 68 Situasi Berbahaya
- Bab 69 Pegang Erat Tanganku
- Bab 70 Wanita Bertekad Dengan Pisau
- Bab 71 Tuhan Tahu Betapa Khawatirnya Dia
- Bab 72 Perubahan Mendadak
- Bab 73 Aku Dan Dia Pilih Salah Satu
- Bab 74 Jangan Bergerak!
- Bab 75 Melepaskanmu
- Bab 76 Kamu Tidak Pantas Menyukai Dia!
- Bab 77 Niat Licik
- Bab 79 Dia Sedang Sakit, Penyakit Yang Tidak Dapat Disembuhkan
- Bab 79 Laras, Tolong Menjaga Rahasia Ini
- Bab 80 Kondisi Penyakit Semakin Memburuk
- Bab 81 Perhatian Yang Tiba-Tiba
- Bab 82 Kehangatan
- Bab 83 Gaun Motif Bintang
- Bab 84 Sangat Cocok Denganmu
- Bab 85 Penghargaan Untukmu!
- Bab 86 Pikiran Ariana
- Bab 87 Lebih Perhatian Dari Dirinya Sendiri?
- Bab 88 Pusat Perhatian Semua Orang
- Bab 89 Tubuhmu Begitu Jujur?
- Bab 90 Beri Kesempatan?
- Bab 91 Mau Jadi Wanita Sejatiku?
- Bab 92 Wanita Yang Sedang Jatuh Cinta Memang Berbeda
- Bab 93 Hidup yang Didambakan
- Bab 94 Ngambek?
- Bab 95 Bagaimana Menghadapinya
- Bab 96 Tidak Ada Yang Lebih Mencintaimu Daripada Aku
- Bab 97 Merebut Wanita Orang Lain
- Bab 98 Harus Memperlakukannya Dengan Baik
- Bab 99 Pelecehan Seksual Dan Kekerasan
- Bab 100 Luka Hati
- Bab 101 Masalah Ini Tidak Begitu Sederhana
- Bab 102 Takut Akan Kepergiannya Yang Mendadak
- Bab 103 Kamu Suka Dia Kan?
- Bab 104 Aku Tidak Mau Bermain-Main Lagi
- Bab 105 Aku Jatuh Cinta Dengannya, Apakah Ada Yang Salah?
- Bab 106 Perjanjian Perceraian
- Bab 107 Ayo Kita Mulai Dari Awal Hubungan Kita?
- Bab 108 Selama Aku Ingin Kamu Milikku, Maka Kamu Hanya Bisa Jadi Milikku
- Bab 109 Kalau Merindukannya, Harusnya Pergi Langsung Menemuinya Tidak Peduli Seberapa Jauh Itu
- Bab 110 Aku Hanya Mencintai Satu Pria
- Bab 111 Gunung Es Ribuan Tahun Telah Meleleh?
- Bab 112 Romantis
- Bab 113 Sifa, Wanitaku
- Bab 114 Tidakkah Harus Memberiku Penghargaan?
- Bab 115 Takut Semua Ini Hanyalah Mimpi
- Bab 116 Penurunan Suhu Secara Tiba-tiba
- Bab 117 Mengibaskan Ekor
- Bab 118 Dia Tidak Bisa
- Bab 119 Mengapa Dia Melakukan Ini
- Bab 120 Cemburu
- Bab 121 Mengambil Inisiatif
- Bab 122 Perasaan Bukan Sesuatu Yang Dapat Dikendalikan
- Bab 123 Benar-Benar Menganggap Dirimu Sebagai Anak Dari Keluarga An
- Bab 124 Aku Tidak Akan Meremehkan Seseorang Sepertimu
- Bab 125 Memasuki Ranah Hiburan
- Bab 126 Status Sosial
- Bab 127 Sekolah Akting
- Bab 128 Cari Masalah?
- Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri
- Bab 130 Membentuk Tim Proyek
- Bab 131 Tidak Akan Melupakan Pelajaran
- Bab 132 Kura-kura Tua Akhirnya Berubah Cerdas
- Bab 133 Membuat Rencana Baru
- Bab 134 Mengambil Langkah Yang Tidak Biasa
- Bab 135 Bermain Dengan Api
- Bab 136 Apa Kamu Merindukan Aku ?
- Bab 137 Kebuntuan Investigasi
- Bab 138 Kekalahan
- Bab 139 Bisa Terpikirkan Aku, Itu Sudah Cukup
- Bab 140 Pertikaian Yang Jelas Sekali
- Bab 141 Tidak Kenal Akrab
- Bab 142 Kemunculan Yang Mengejutkan
- Bab 143 Kehangatan Sementara
- Bab 144 Krisis
- Bab 145 Menyelamatkan Korban
- Bab 146 Juna Lai
- Bab 147 Kamu Adalah Ayah Yang Baik
- Bab 148 Penyelidikan
- Bab 149 Kebenaran
- Bab 150 Keputusan Akhir
- Bab 151 Serangan Balik Yang Kuat
- Bab 152 Tertawalah Kalau Senang
- Bab 153 Bisakah Kamu Membantuku
- Bab 154 Apa Pun Yang Terjadi, Tolong Selamatkan Anakku
- Bab 155 Punya Hak Apa Kamu
- Bab 156 Jangan Mati Di Dalam Mobilku!
- Bab 157 Kabar Baik
- Bab 158 Kamu Tunggu Saja!
- Bab 159 Beritahu Aku Kalau Itu Bukan Sungguhan
- Bab 160 Pria Lain
- Bab 161 Kamu Coba Saja
- Bab 162 Perang Dingin
- Bab 163 Rasa Cemburu Yang Berlebihan
- Bab 164 Jangan Lupa Masalah Sebelumnya
- Bab 165 Sayang, Santai saja
- Bab 166 Kesempatan Yang Bisa Disembuhkan Dari Penyakit
- Bab 167 Selamat Ulang Tahun
- Bab 168 Rencana
- Bab 169 Rencana (2)
- Bab 170 Meskipun Tidak Percaya
- Bab 171 Aku Berharap Kamu Mati
- Bab 172 Badai Rumor
- Bab 173 Dia Yang Tidak Normal
- Bab 174 Perjanjian Perceraian
- Bab 175 Menginginkannya dengan Ganas
- Bab 176 Anakku ...
- Bab 178 Apakah Kondisi Ini Bisa Membaik?
- Bab 179 Gangguan Tanpa Henti
- Bab 180 Tidak Menghalangimu!
- Bab 181 Roda Berputar
- Bab 182 Apakah Kamu Orang Dunia Hiburan!
- Bab 183 Sadar Sepenuhnya
- Bab 184 Pergi
- Bab 185 Awalan Baru
- Bab 186 Masa Lalu Yang Tidak Bisa Dikenang
- Bab 187 Bangun
- Bab 188 Curhat
- Bab 189 Marsha Pergi
- Bab 190 Tindakan Kecil
- Bab 191 Terekspos
- Bab 192 Mencari Kesempatan
- Bab 193 Selalu Merindukannya
- Bab 194 Aku Ingin Dia Mati
- Bab 195 Sherly
- Bab 196 Pernah Mencintainya
- Bab 197 Menutup Pameran Lukisan
- Bab 198 Berangkat Ke Amerika Serikat
- Bab 199 Gerakan Janin
- Bab 200 Perhatian Hendi
- Bab 201 Sama Sekali Tidak Tahu Pameran Lukis Ditutup
- Bab 202 Diam-Diam Menyelidiki
- Bab 203 Menuju Apartemen
- Bab 204 Yuli Sakit Parah
- Bab 205 Menerima Pukulan
- Bab 206 Tidak Bisa Menghadapi Tekanan
- Bab 208 Tekanan Sifa
- Bab 208 Mendatangi
- Bab 209 Terpancing Emosi
- Bab 211 Kecemasan
- Bab 212 Kabar Mendadak
- Bab 213 Perasaan Bertentangan
- Bab 213 Penyebaran Sel Kanker
- Bab 214 Pertahanan Satu-Satunya
- Bab 215 Kedatangan Decky
- Bab 217 Tubuh Yang Lemah
- Bab 218 Kemarahan Yang Tidak Terkendali
- Bab 219 Diri Yang Tidak Berdaya
- Bab 219 Tubuh Lemah
- Bab 220 Memberi Tugas Secara Rahasia
- Bab 221 Menjaga Sepenuh Hati
- Bab 222 Menerima Pengobatan
- Bab 223 Mengatur Secara Rahasia
- Bab 224 Mengenang Masa Kecil
- Bab 225 Mendadak Pulang
- Bab 226 Bertemu Yuli
- Bab 227 Suasana yang Menekan
- Bab 228 Mengetahui Balas Dendam Dari Hendi
- Bab 229 Kerahasiaan Laras
- Bab 230 Kabar Baik Mendadak
- Bab 231 Yuli Akan Segera Bangun
- Bab 232 Ariana Memicu Keributan Besar
- Bab 233 Menjerat Tanpa Akhir
- Bab 234 Melihat Trik Licik Ariana
- Bab 235 Kabar Baik
- Bab 236 Insiden Ariana
- Bab 237 Yuli Bangun
- Bab 238 Mendapatkan Tanggapan
- Bab 239 Minta Enam Milyar
- Bab 240 Sudah Boleh Pulang
- Bab 241 Terus Berpikir
- Bab 242 Kembali Normal
- Bab 243 Panggilan Telepon Dari Ibu Leng
- Bab 244 Ketenangan Yang Akan Segera Hancur
- Bab 245 Tidak Ingin Membebani Hendi
- Bab 246 Kabar Baik Yang Tiba-Tiba Datang
- Bab 247 Dipaksa Kembali
- Bab 248 Diantar Lagi Ke Gerbang Pintu Rumah Keluarga Leng
- Bab 249 Hendi Mencari Dengan Sangat Panik
- Bab 250 Menanyakan Dan Menyalahkan
- Bab 251 Mendapat Saham
- Bab 252 Bertengkar
- Bab 253 Mengingat Masa Lalu
- Bab 254 Kekecewaan Tidak Berujung
- Bab 255 Menyewa Rumah Di Luar
- Bab 256 Bertemu Dengan Laras
- Bab 257 Hendi Kembali
- Bab 258 Tragedi
- Bab 259 Mengubah Pemikiran
- Bab 260 Pertemuan Yang Canggung
- Bab 262 Benar-Benar Kehilangan Harapan
- Bab 262 Sengketa Di Ruang Tamu
- Bab 264 Jatuh
- Bab 265 Mencoba Membuat Tuduhan Palsu
- Bab 266 Pertengkaran Antar Teman Baik
- Bab 267 Pikiran Yang Jahat
- Bab 268 Dia Sedang Berbohong
- Bab 269 Melakukan Kepalsuan
- Bab 270 Damai
- Bab 271 Tes DNA
- Bab 272 Ayo Bicarakan Ini Denganku
- Bab 273 Penghinaan
- Bab 274 Dilema
- Bab 275 Dilema
- 276 Menolak Cek
- 277 Berkomunikasi dengan Kakek
- BAB 278 Kecewa
- 279 Dalam Suasana Hati yang Buruk
- Bab 280 Bertemu Hendi Di Bar
- Bab 281 Main Tangan
- Bab 282 Kembali Ke Rumah Keluarga Leng
- Bab 283 Punya Pemikiran Masing-masing
- Bab 284 Diperingatkan
- Bab 285 Tidak Boleh Mengalah
- Bab 286 Dikalahkan
- Bab 287 Tidak Puas
- Bab 288 Kekhawatiran
- Bab 289 Diskusi Tak Berhasil
- Bab 290 Rapat di Ruang Kerja
- Bab 291 Tiga Persyaratan
- Bab 292 Mengikat
- Bab 293 Pembagian Warisan
- Bab 294 Mengobrol Secara Terbuka