Marriage Journey - Bab 129 Kesempatan Membuktikan Diri

Sifa tiba-tiba teringat sesuatu, dia tersenyum sambil berkata kepada Kak Fey "Ngomong-ngomong, tadi kamu membuat perumpamaan yang bagus. Telur menghantam batu. Ternyata kamu cukup tahu diri. Kamu tahu bahwa kamu adalah batu tak berharga yang bisa diinjak oleh siapapun, bahkan tidak ada yang mau melihatmu. Tampaknya kamu tidak terlalu bodoh."

Sifa memeluk kedua tangan di depan dada, memasang ekspresi percaya diri. Jika ingin bertanding keterampilan menyindir, agaknya tidak akan ada yang bisa menyaingi dirinya. Dia tidak selalu sabar, terkadang orang harus memiliki batas kesabaran.

Kita tidak boleh menjadi seseorang yang bisa diganggu dan diapa-apakan oleh orang lain dengan sesuka hati.

Kak Fey sangat marah. Dia menunjuk Sifa, mengumpat dengan keras. Tubuhnya bergetar hebat karena terlalu marah "Dasar kamu wanita brengsek yang tidak tahu malu, kamu dan wanita bernama Marsha tidak ada bedanya. Kalian sama-sama rubah, hanya tahu untuk tidur dengan pria."

Sifa memandang Kak Fey, alis berkerut. Kak Fey boleh mengkritik dirinya, tetapi tidak boleh melibatkan temannya.

Sifa sontak marah, muka berubah muram, suara dingin "Aku peringatkan kamu, kamu boleh mengataiku, tapi jangan mengatai temanku."

Sifa berkata pada Kak Fey dengan tampang serius.

Orang-orang yang berdiri di samping mulai membicarakan masalah Marsha. Ini membuat Sifa semakin marah.

Melihat Sifa akhirnya tergerak, Kak Fey langsung menodongkan jari pada Sifa sambil mencemooh “Kenapa, berani buat, tapi tidak mau diomong. Dia cukup berani untuk menggoda suamiku. Kalian sama-sama murahan!"

Kak Fey menunjuk Sifa dan mulai menghina dengan keras. Tinju Sifa terkepal semakin erat, kukunya mencengkeram ke dalam daging karena kepalannya terlalu kuat.

Kak Fey tersenyum pada kerumunan, berlagak seombong, seolah perihal suaminya berselingkuh dengan wanita lain adalah sesuatu yang layak untuk dipamerkan.

Sifa mencibir sambil menggelengkan kepala, menatap wanita gendut dan jelek yang ada di depannya.

"Tahukah kamu mengapa suamimu berselingkuh dengan wanita lain? Itu karena kamu suka membuat keributan yang tidak jelas, jelek dan tidak tahu bagaimana mengatur diri sendiri. Ini adalah kesedihanmu sebagai seorang wanita!"

Sifa tidak pernah kalah dalam hal memarahi orang, apalagi berurusan dengan wanita yang tidak berotak seperti ini, mulut langsung mengeluarkan banyak kata sekaligus.

Kak Fey tercengang di tempat dengan tubuh gemetaran, bibir juga mulai bergetar. Dia menunjuk Sifa, tidak bisa berkata apa-apa "Kamu... kamu..."

Sifa tersenyum cerdas pada Kak Fey, mengambil dokumen di lantai dan berjalan ke sisi lain.

Sifa memelototi kerumunan. Mereka pun segera bubar, seolah takut tatapan Sifa akan melukai mereka.

Sifa berjalan ke kantornya sendiri, emosi langsung melonjak, dia menghempaskan dokumen-dokumen ke meja.

Dia sudah bertemu hal semacam ini berkali-kali, tetapi kali ini paling membuatnya emosi.

Semua orang mengatakan bahwa dia masuk dari pintu belakang. Kenyataan memang sesuai dengan apa yang dikatakan mereka. Dia duduk di posisi ini karena Decky. Oleh karena itu, dia tidak bisa berdalih.

Tapi dia bukan tipe orang yang suka mengandalkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Sifa duduk dengan tak berdaya di sofa, kedua tangan menopang kepala, melamun.

Decky melihat wanita di monitor terlihat begitu kesal untuk pertama kalinya, dia menjadi tertarik. Dia menatap layar dengan senyum menawan di sudut mulut.

Terlihat Sifa duduk di sofa dengan kesal, lalu bangkit dan berjalan mondar-mandir di ruang kantor, ekspresi tampak tegang.

Decky merasa lucu, apakah wanita ini keram?

Setelah memikirkannya, Sifa masih merasa sangat tidak senang. Dia tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju kantor Decky.

Decky berpura-pura fokus pada pekerjaan. Sifa terlihat cemas, dia berjalan masuk dan berkata pada Decky "Direktur Leng, aku mau membicarakan sesuatu denganmu."

Decky mengangkat kepala dengan alis yang ikut terangkat, meletakkan pulpen di tangan dan menatap Sifa "Katakanlah."

Sifa menggigit bibir bawah, lalu berkata dengan serius "Orang-orang di perusahaan bilang aku masuk dari pintu belakang, tapi aku ingin membuktikan bahwa aku mampu."

Sifa menatap Decky dengan tegas.

Decky mengangkat alis, mematikan komputer, berkata kepada Sifa "Tapi kenyataannya kamu memang masuk dengan mengandalkan aku."

Sifa memandang Decky dengan panik, menjelaskan "Itu benar, tapi aku mau membuktikan bahwa aku bisa masuk sendiri tanpa bergantung padamu."

Decky seketika merasa lucu setelah melihat Sifa memberi penjelasan dengan ekspresi panik.

Dia melihat Sifa, bibir mencetak senyuman "Lalu apa yang harus aku lakukan?"

Sifa menghampiri Decky, memandangnya dengan serius "Kamu kasih aku proyek yang bisa aku kerjakan. Kalau aku bisa mengerjakannya dengan baik, maka itu akan menjadi bukti terbaik bagiku untuk membuktikan diri. Kalau aku tidak mengerjakannya dengan baik, aku akan tinggal di rumah saja. Lagipula, perutku sudah semakin menonjol."

Setelah Sifa selesai berbicara, dia menundukkan kepala dan melihat perutnya sambil mengedutkan bibir.

Mendengar perkataan Sifa, Decky ikut melihat ke arah perutnya. Meski Sifa memakai mantel hitam besar, tapi perutnya yang agak menonjol tetap terlihat.

Decky memandang wanita di depan, mengangguk seolah terobsesi "Oke, aku punya proyek yang belum terselesaikan, kamu bisa mencobanya."

Decky mengeluarkan setumpuk dokumen dari laci dan menyodorkannya ke Sifa.

Sifa tampak berseri-seri, mengambil dokumen di meja dan mulai mencermatinya dengan serius.

Ini adalah proyek perusahaan yang tertunda karena pembangunannya harus menempati rumah masyarakat, tetapi ada satu keluarga tidak setuju dan tidak mau pindah, sehingga pengerjaannya pun belum dimulai.

Decky terus memusingkan masalah ini. Dia pernah pergi ke lokasi pengerjaan secara pribadi dan mendatangkan banyak negosiator berpengalaman, tetapi tetap tidak ada kemajuan.

Decky memandang Sifa dan berkata "Masalah ini belum terselesaikan. Kamu boleh mencobanya. Aku pernah ke sana sebelumnya. Keluarga itu benar-benar aneh. Uang sudah ditambahkan sampai batas teratas, tapi mereka tetap tidak setuju."

Decky menyampaikan sekata demi sekata kepada Sifa.

Setelah membaca dokumen yang ada di tangan, Sifa berkata sambil tersenyum kecil pada Decky "Oke, aku akan mengatasi masalah ini."

Decky agak terkejut. Proyek ini telah ditugaskan kepada banyak orang, tidak ada yang bisa mengatasinya. Sebagai seorang wanita, Sifa berkata dirinya bisa mengatasi masalah ini?

Decky tersenyum dengan rasa tidak percaya. Dia menyetujui Sifa untuk sementara waktu. Bagaimanapun, dia telah lama berpikir untuk membiarkannya tinggal di rumah saja. Terlebih lagi, peluang bertemu Laras di perusahaan sangat besar, dia merasa tidak enak di hati.

Sifa tersenyum berseri-seri. Dia segera mulai mengerjakan dokumen di tangannya. Sepanjang sore, semua pikirannya fokus pada masalah ini. Dia telah membaca hampir separuh dari dokumen yang tebal itu.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu