Marriage Journey - Bab 253 Mengingat Masa Lalu

“Kakek, aku hanya bergurau denganmu, jangan dianggap serius.” Decky melambaikan kedua tangannya dengan kuat, berusaha untuk menjelaskan.

Kakek yang mendengar sampai disini hanya tertawa kencang.”Tidak bisa begitu, karena sudah mengatakannya, mana boleh dirubah begitu saja? hari ini kamu harus membawa wanita ini pulang untuk ku lihat.”

Setelah kakek mengatakannya, dia mengambil koran yang berada diatas meja, berjalan kearah ruang makan dengan mengabaikan ekspresi wajah Decky .

Decky tercengang, dia harus mencari wanita dimana? Otaknya berputar dengan cepat, muncul wajah beberapa wanita, lalu segera menolaknya.

“Haih! Tidak bisa, mereka sudah pernah bertemu dengan ayah dan ibu, kalau membawa mereka pasti ketahuan.”

Decky panic sampai menggaruk pipinya, dia sungguh menyesali keputusannya tadi. Kakek duduk disamping, ketika menoleh melihatnya, tidak kuasa menahan tawa.

Ketika jam makan siang, Decky terlihat murung, hanya mengetuk mangkuk dengan sumpit, sama sekali tidak mood untuk makan.

“Sedang apa kamu?” ibu mengambil sumpitnya, dan berkata dengan kesal.

Decky hanya menunduk dan meminta maaf, lalu pandangannya kembali kosong.

“Haha, jangan perdulikan dia, dia sedang pusing dengan taruhan kami tadi pagi.” Kakek memutar bola matanya sambil berkata dengan nakal.

Decky sungguh panic sampai tidak tahu harus bagaimana baiknya.waktu seolah berlalu dengan sangat cepat, dalam sekejap sudah tiba saatnya, jam 3 sore, adalah saatnya bermain bola.

“Aku pergi main bola dengan teman dulu, bye!” baru berjalan sampai depan pintu, pintu berdecit dan terbuka, sinar luar memancar masuk.

Decky berteriak kedalam rumah, namun sama sekali tidak ada yang menjawab.

Tidak lama kemudian, mobilnya sudah tiba di lapangan bola, didalamnya tidak ada seorang pun, dan dia mulai bermain dengan bebas.

Kemampuan bermain Decky sangat bagus, bahkan ada beberapa gaya yang dia kuasai, membuat bola menari dengan begitu keren ditangannya.

Karena postur tubuhnya, permainan bola Decky menjadi sangat bagus. Ketika dia sedang asik bermain, temannya menghampiri.

“Decky, dulu kamu tidak begini, kenapa hari ini diam-diam main duluan?” temannya bertolak pinggang dan bertanya dengan penasaran.

“Apalagi kalau bukan kakekku, pagi ini bertaruh dengannya, sungguh tidak menyangka dia begitu cerdik, malah menjebakku.” Decky melempar bola ditangannya ke samping, berkata dengan tidak berdaya.

seketika suara tawa menggema di lapangan, penuh dengan tawa yang mengejek Decky .

“Kali ini bisa lihat sendiri kan, jahe yang pedas memang harus jahe tua, kali ini tahu rasa kamu, kamu atur saja sendiri.”

Tawa diwajah mereka begitu nakal, menatap Decky sambil memeluk bola.

“Sudah, sudah, jangan dipikirkan lagi, main dulu.”

Mendengar ini, Decky langsung bersemangat, seolah basketlah nyawanya, sepanjang sore Decky melupakan hal ini, tenggelam dalam permainan basket sampai sulit menarik diri keluar.

Tidak berapa lama, mereka sudah kelelahan sampai terengah-engah, tubuh mereka basah oleh keringat, sampaibaju yang mereka kenakan basah kuyup.

Decky langsung melepas kausnya, memperlihatkan otot perutnya yang begitu kekar, delapan potong roti sobek berjajar rapi dari perut sampai dadanya yang bidang, dibawah keringat yang mengalir, memancarkan cahaya yang menyilaukan.

Sebenarnya bukan anak wanita yang tertarik oleh pemandangan ini, bahkan orang lain yang melihat juga tidak kuasa menahan diri untuk melirik kearahnya.

Decky membuka tutup botol air dengan mudah, mulai menenggaknya dengan cepat, tidak lama kemudian airnya sudah habis. Tepat disaat ini, tiba-tiba Decky teringat pada wanita itu, seketika dia bingung harus bagaimana baiknya.

Dan tepat disaat ini, mata Decky langsung bersinar, tiba-tiba seorang wanita muncul dihadapannya.

Wanita ini terlihat cantik, rambut yang hitam dibuat sedikit ikal dan terurai di bahunya. Mengenakan t-shirt panjang selutut, memperlihatkan kulitnya yang begitu putih bak salju, lekuk kakinya begitu ideal, mengenakan sepatu olah raga, membuat mata Decky yang melihatnya semakin bersinar, itu tipe yang dia suka.

Decky menatapnya lurus dan tidak henti, dan wanita itu sepertinya menyadarinya, shingga berjalan menghampirinya. Wajahnya yang cantik seketika menarik perhatian Decky.

Meskipun tidak menggunakan riasan apapun, namun kulitnya yang putih sudah membuat wajahnya terlihat begitu cantik. Alisnya yang tebal dan matanya yang besar, hidung yang tinggi dan paras yang sempurna, senyuman tipis yang memperlihatkan barisan gigi yang putih dan rapi.

Hati Decky seketika tergerak dan berdegup dengan kencang. Tangannya yang memegang botol minum terkadang bergetar.

“Kenapa? Apakah ada sesuatu di tubuhku sampai kamu menatapku seperti itu?” gadis itu berjalan kearahnya, senyum tipisnya begitu menggoda.

“Bukan, bukan.” Decky segera bangkit berdiri dan meletakkan bajunya, lalu membenahi diri dengan cepat, kemudian mengulurkan tangan untuk menyapanya.

“Hai, namaku Decky, senang berkenalan denganmu.”

Gadis itu seolah tidak takut sama sekali, dia mengulurkan tangan dengan anggun, “Halo, namaku Sifa, senang berkenalan denganmu.”

Mereka berdua duduk berdampingan dan mulai mengobrol, seolah begitu cocok, senyum terus menghiasi wajah mereka, terkadang mereka tertawa lepas, membuat orang yang mendengar menoleh.

Tidak terasa sudah sore, Decky menggerutu lirih, berkata dengan tidak enak hati. “Itu… malam ini, bisakah kamu makan kerumahku?”

Mendengar ini, Sifa tidak kuasa menutup mulutny, matanya juga menyipit karena menahan tawa.

“Kenapa? Bisakah kamu memberikanku sebuah alasan kenapa aku harus makan kerumahmu? Kita baru saja berkenalan.”

Sifa berkata dengan anggun dan penuh percaya diri.

“Itu, pagi ini aku bertaruh dengan kakekku untuk membawa seorang wanita pulang dan makan bersama, itu membuatku pusing seharian.”Decky berkata dengan tidak berdaya, matanya penuh dengan keputusasaan, terlihat begitu murung.

“Uhm.. kalau begitu baiklah, kalau aku setuju berarti kamu berhutang budi padaku.” Sifa berkata dengan nakal sambil berputar mengelilinginya.

Decky mendengar ini langsung bersemangat, sekujur tubuhnya seperti tersulut oleh sesuatu yang membuatnya begitu penuh percaya diri.

Decky membawanya pulang kerumah dan makan dengan nikmat. Sifa seolah sangat disukai semua orang, wajah seluruh orang yang berada dimeja makan dipenuhi oleh senyum dan sesekali mengangguk.

Decky mengangkat dan menggoyangkan kakinya dengan senang, membuat tubuhnya terus bergetar. Sifa mengambilkan lauk untuknya dengannya hati-hati, meletakkan diatas piringnya, menopang dagu dan menatapnya dengan lembut.

Decky sepertinya seketika tergerak hatinya, wajahnya langsung merona bahkan lehernya juga ikut memerah, dia segera menutupi wajahnya dengan tanagn dan berlari ke toilet.

Semua yang melihat sikapnya seketika teratwa, termasuk Sifa, mungkin ini cinta pada pandangan pertama.

Sejak saat itu mereka terus bersama setiap hari, mereka begitu bahagia.

Langit malam menyelubungi jendela diluar sana, malam sudah larut, bulan yang terang menggantung dilangit dan menatap dengan hening semua makhluk yang sudah tertidur lelap.

Saat ini Sifa berbaring diatas ranjang yang begitu mewah, matanya tertuju lurus kepangit-langit kamar, sinar rembulan menyinari kamar dari celah jendela.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu