Marriage Journey - Bab 46 Wanita Ini Tidak Gampang

Sifa melihat jam dan buru-buru naik taksi pulang ke vila, dirinya tidak sempat mengganti sandal dan langsung berlari ke ruang tamu.

Sifa terengah-engah berdiri di depan Decky, dengan kedua tangan menutupi dadanya.

Decky melihat sekilas wajah Sifa, lalu berkata dengan kesal: “Kamu kemana? bukankah aku sudah mengatakannya tanpa ijinku kamu tidak boleh berhubungan dengan orang lain?”

Wajah Sifa memucat dan dia yang mengingat masalah ibunya untuk sementara lebih baik tidak mengatakannya.

Sifa mencoba tersenyum: “Hanya seorang teman saja, aku mengenalnya dari belajar menggambar.”

Mata Sifa berbinar, jari-jarinya berputar kencang.

Decky mengendus dingin dalam hatinya, wanita ini bodoh ya?. Dengan jejak kebohongan yang begitu jelas, apakah dia pikir aku akan percaya?

Tapi Decky tidak langsung membongkar kebohongannya, malah mengerutkan kening, berkata: “Itu urusanmu, bukankah kamu tidak ingin berhutang padaku? Besok jam 9 pagi datang tepat waktu melapor ke kantorku.”

Setelah itu, Decky berdiri dan berjalan ke atas, ketika berjalan sampai setengah, dia membalikkan wajahnya, menatap Sifa: “Ingat, jangan katakan kamu istriku.”

Sifa berdiri di ruang tamu, mengeluarkan senyum pahit. Apakah dia kembali hanya untuk memberitahuku tidak boleh mengatakan identitas dirinya, apakah karena takut malu?

Tapi apakah ini sangat penting bagi Decky? Dirinya tidak pernah peduli.

Sifa merasa ucapan Decky seperti baskom berisi air dingin yang disiramkan ke dirinya dari atas hingga ke kaki.

Sifa berdiri cukup lama di ruang tamu tidak berbicara, sakit di perutnya membuatnya sadar.

Sifa memegang perutnya dan darah keluar dari sudut mulutnya. Dia dengan panik mengeluarkan tisu menutupi mulutnya menuju ke kamar mandi.

Sifa mengunci kamar mandi dari dalam, menatap dirinya di cermin di depannya. Darah mengalir dari dagunya ke kemeja putihnya.

Masih ada darah di ujung mulutnya dan bau amis menyebar di hidungnya.

Perasaan perih perutnya membuat Sifa sangat tidak nyaman.

Sifa menggigit bibirnya dengan kuat, tidak membiarkan dirinya bersuara, dan dengan erat menutupi perutnya dengan tangannya, meringkuk di lantai.

Beberapa adegan mulai muncul di benak Sifa, tapi dia tidak bisa menyingkirkannya.

Keringat membasahi rambutnya di sepanjang pipinya, Sifa berpikir di saat ini siapa yang bisa membantu dirinya.

Bibi Wu sudah tidur, dan pria yang dicintainya selama tiga tahun, melihat dirinya seperti ini mungkin tidak akan merasa sedih.

Yang ada merasa dirinya sedang memainkan pertunjukan dan pura-pura menyedihkan di depannya. Kalau begitu, Sifa lebih rela menahannya sendiri.

Sifa meringkuk di lantai yang dingin sampai keesokan paginya, tidak tahu sejak kapan rasa sakit di perutnya menghilang.

Sifa tidak tahu kapan dirinya pingsan. Dia hanya merasa tubuhnya kedinginan dan mati rasa.

Dia mengerang kesakitan dan Bibi Wu bergegas mencari sumber suara itu. Ketika pintu dibuka dia melihat Sifa terbaring di tanah.

Dengan cepat Bibi Wu berjalan mendekat dan mengangkat Sifa ke sofa, setelah Sifa membaik, dia yang berbaring sepanjang malam di lantai membuat tubuhnya kaku dan ngilu.

Sifa bertanya dengan suara serak: “Apakah dia sudah pergi?”

Bibi Wu melihat Sifa dengan sedih lalu mengambil air panas mengelap tubuhnya: “Tuan pagi-pagi sekali sudah pergi.”

Sifa memejamkan mata dan mengangguk, ternyata pagi-pagi sekali sudah pergi. Tidak ingin pergi ke kantor bersamaku karena takut digosipkan?

Sifa memijat lehernya yang sakit, lalu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

Sifa mengabaikan rasa sakit dan mati rasa yang ada di tubuhnya, lalu dengan cepat berdiri, tapi tubuhnya lemah dan langsung terjatuh.

Bibi Wu melangkah maju dengan panik: “Nona, apa yang kamu lakukan….”

Sifa tidak berbicara, berusaha berdiri dan terhuyung-huyung berjalan ke atas.

Mengenakan setelan jas kecil yang sudah dipilih kemarin, lalu berdandan sederhana dan keluar.

Ketika Sifa berdiri di depan pintu PT.Leng.Tbk untuk pertama kalinya, dia melihat orang di sekitarnya berlalu-lalang dan baru sadar ini semua bukan mimpi.

Sifa mengikuti orang-orang berjalan masuk, dia yang melihat sekelilin tidak memperhatikan orang-orang yang masuk membawa kartu kerja.

Ketika giliran Sifa, seorang petugas segera menghadangnya, berkata dengan dingin: “Nona, tolong keluarkan kartu kerja Anda.”

Sifa sedikit kebingungan, berdiri di tempat dengan malu: “Ee…itu, Direktur Decky tidak memberiku kartu kerja.”

Sifa berdiri di tempat menghalangi banyak karyawan yang terburu-buru ingin masuk kerja, antrean di belakang mulai berteriak tidak sabar: “Kalau tidak ada minggir, jangan menghalangi kita bekerja.”

Petugas itu menggelengkan kepala: “Nona maaf, aku tidak peduli apakah kamu mendapat persetujuan khusus dari Direktur Decky atau tidak, kalau Anda ingin masuk harus sama dengan yang lainnya membawa kartu kerja.”

Sifa menundukkan kepalanya, tidak tahu harus berkata apa, dan menyingkir: “Maaf!”ucap Sifa menundukkan kepala.

Kebetulan Laras melihatnya, dia meraih lengan Sifa: “Kantor Direktor Decky ada disini. Kamu pasti sudah lama menunggu, mari ikut denganku.”

Setelah itu, dia langsung menarik Sifa ke lift, semua orang terkejut, Direktur Laras yang tidak pernah pandai berbicara, malah membawa seorang wanita ke dalam perusahaan.

Tiba-tiba suasana menjadi diam, semua orang melirik Sifa, tampaknya dia bukan gadis yang gampang!

Sifa menundukkan kepala, berbisik kepada Laras: “Terima kasih Laras.”

Laras tersenyum: “Hal sepele, pada dasarnya memang harus aku yang melakukannya.”

Laras langsung membawa Sifa ke kantor Decky.

Decky memandang Sifa dan Laras dari layar CCTV, lalu mengerutkan kening tidak senang, apa yang dilakukan anak ini, tidak tahukah dia, Sifa datang untuk apa? Untuk apa ikut campur?

Dengan cepat pintu kantor Decky didorong terbuka, Laras membawa Sifa masuk: “Decky, aku sudah membawanya kemari, kalau tidak ada hal lain aku pergi dulu.”

Decky menganggukkan kepala, Laras melirik Sifa sekilas, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.

Tiba-tiba di dalam kantor hanya menyisakan Decky dan Sifa.

Decky berdiri melirik Sifa, tampak jelas wanita ini bisa berdandan. Apakah dia ingin ke perusahaan menggoda orang? Sepertinya sifatnya sulit untuk diubah.

Decky tersenyum dingin: “Keluarlah, minta Linda aturkan pekerjaan untukmu, dia sudah menunggumu di luar.”

Setelah mengatakannya, Decky berjalan keluar tanpa melihat Sifa.

Sifa mengikuti Decky dari belakang, berjalan menuju jendela di depan kantor Direktur.

Linda tidak pernah bertemu Sifa sebelumnya, tapi Decky tidak pernah meyerahkan seorang wanita kepada dirinya, lalu meminta dirinya mengatur sebuah pekerjaan untuk wanita itu di kantor.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu